
Hantu Resesi AS Muncul Lagi, Goldman Sachs Pangkas Rating RI: Suram!

Pasar keuangan diprediksi masih menjalani hari-hari berat terlihat dari posisi IHSG yang kini tengah berada di jalur penurunan dan tekanan jual asing lagi-lagi menyelimuti pasar saham Tanah Air. Kekhawatiran akan penundaan pemotongan suku bunga AS juga menghantui pergerakan suram dari rupiah.
Ambruknya Wall Street dan meningkatnya kekhawatiran mengenai resesi di Amerika Serikat (AS) akan membayangi transaksi saham dan mata uang hingga SBN hari ini.
Goldman Sachs Turunkan Peringkat Saham RI
Bank Investasi dan pengelola aset global Goldman Sachs menurunkan peringkat dan rekomendasi atas aset keuangan di Indonesia. Penurunan ini terjadi karena perusahaan yang bermarkas di New York tersebut memperkirakan adanya peningkatan risiko fiskal atas sejumlah kebijakan dan inisiatif yang dipilih oleh Presiden Prabowo Subianto.
Goldman menurunkan peringkat saham RI dari overweight menjadi market weight. Lebih lanjut, Goldman juga menurunkan rekomendasi atas surat utang yang diterbitkan BUMN tenor 10 sampai 20 tahun menjadi netral. Sebelumnya, surat utang BUMN menjadi salh satu aset yang paling ramai diburu oleh manajer investasi global.
Penurunan peringkat ini terjadi Setelah Goldman menaikkan proyeksi defisit fiskal Indonesia dari semua 2,5% kini menjadi 2,9% dari PDB.
Goldman mengungkapkan pasar keuangan Indonesia masih berada dalam tekanan beberapa bulan terakhir karena sentimen tarif dan perang dagang global hingga pelemahan ekonomi domestik membuat investor ketakutan dan kabur dari pasar RI.
Sebagai catatan, IHSG terkoreksi cukup dalam sepanjang tahun dan sempat turun dua digit meski kini mulai membaik. IHSG tercatat menjadi salah satu indeks acuan dengan koreksi paling parah secara global, dengan rupiah juga sempat menyentuh level terendah dalam lima tahun terakhir.
Menurut Goldman, ketakutan investor asing terjadi setelah Prabowo mengumumkan inisiatif pemangkasan dan realokasi anggaran, pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), hingga program 3 juta rumah yang mana dianggap dapat membuat bengkak defisit anggaran.
Pemerintah Umumkan Kebijakan THR Swasta
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli dijadwalkan akan menggelar konferensi pers mengenai aturan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi karyawan swasta pada hari ini.
THR diharapkan bisa menjadi pendongkrak belanja di tengah lesunya ekonomi Indonesia.
Terkait THR, Presiden Prabowo meminta perusahaan transportasi online seperti Gojek dan Grab untuk memberikan Bonus Hari Raya (BHR) kepada para pengemudi ojek online (ojol) dan kurir online.
"Tahun ini pemerintah menaruh perhatian khusus pada pengemudi dan kurir online yang telah memberikan kontribusi penting dan mendukung layanan transportasi dan logistik di Indonesia. Untuk itu pemerintah mengimbau kepada seluruh perusahaan layanan transportasi aplikasi untuk memberi Bonus Hari Raya dalam bentuk uang tunai dengan mempertimbangkan keaktifan pekerja," kata Prabowo di Istana Negara, Senin (10/3/2025).
Dalam kesempatan itu, hadir pula CEO GoTo Patrick Walujo dan CEO Grab Anthony Tan.
Lebih lanjut terkait mekanismenya ia mengatakan akan dibahas lebih lanjut dengan para pengusaha. Prabowo mengatakan, saat ini ada 250.000 pekerja pengemudi online aktif dan kurang lebih 1-1,5 juta yang statusnya part time.
"Untuk mekanisme besaran ini kita serahkan nanti untuk dirundingkan dan akan disampaikan oleh Menaker melalui Surat Edaran," kata Prabowo.
Ia berharap kebijakan BHR ini dapat membuat pekerja dan pengemudi online ikut merasakan libur dan mudik Lebaran dengan baik.
Penjualan Mobil Nasional Meningkat
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) telah melaporkan kinerja penjualan mobil di Indonesia periode Februari 2025 yang tercatat naik. Penjualan mobil nasional secara wholesales (pabrik ke dealer) tumbuh 2,2% secara tahunan (yoy) menjadi 72.295 unit dibandingkan Februari 2024 yang mencatatkan 70.772 unit.
Jika dibandingkan secara bulanan (mtm), penjualan mobil juga mencatatkan kenaikan sebesar 16,7% dari periode Januari 2025 yang terjual sebanyak 61.932 unit.
Selain itu, penjualan ritel (dari dealer ke konsumen) justru mengalami penurunan tipis secara tahunan sebesar 0,8% (yoy) menjadi 69.872 unit pada Februari 2025, dari 70.420 unit pada Februari 2024. Namun, jika dibandingkan secara bulanan, penjualan ritel naik sebesar 9,1% (mtm) dari periode Januari 2025 yang terjual sebanyak 64.029 unit.
Penjualan Motor Nasional Juga Naik
Penjualan sepeda motor Indonesia di sepanjang tahun ini hingga akhir Februari 2025 telah mencapai 1.141.578 unit. Penjualan motor pada Februari 2025 saja tumbuh sebesar 3,74% dibandingkan Januari 2025.
Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Senin (10/3/2025), penjualan Februari tercatat mencapai 581.277 unit. Angka tersebut naik 4,04% dibandingkan bulan sebelumnya, pada Januari 2025 membukukan angka 560.301 unit. Sementara secara bulanan, penjualan motor pada Februari 2025 meningkat 3,74% (mtm).
Meskipun secara total penjualan awal tahun menyusut lebih sedikit. Sebab total gabungan angka penjualan Januari-Februari 2024 itu mencapai 1.151.343 unit.
Kepercayaan Konsumen Indonesia
Pada hari ini Selasa (11/3/2025), Bank Indonesia (BI) akan merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Februari 2025. Sebelumnya, Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Januari 2025 menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada pada level 127,2. Level sedikit lebih rendah dari IKK pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 127,7.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menuturkan keyakinan konsumen yang tetap optimis pada Januari 2025 bersumber dari tetap kuatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Januari 2025 tercatat masing-masing sebesar 113,5 dan 140,8.
Resesi Amerika
Kekhawatiran kembali mengenai bakal terjadinya resesi di AS membuat pasar khawatir. Ketidakpastian ekonomi membuat para ekonom mengeluarkan sinyal kehati-hatian. Peluang resesi menjadi meningkat. Terlebih sejumlah indikator mulai dari kepercayaan konsumen hingga pertumbuhan ekonomi memburuk.
Para ekonom di Goldman Sachs, mengutip kebijakan Trump, telah meningkatkan peluang mereka untuk terjadinya resesi selama 12 bulan ke depan dari 15% menjadi 20%. Dan Morgan Stanley meramalkan "pertumbuhan yang lebih lambat tahun ini" daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Resesi umumnya didefinisikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang lemah atau negatif dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun. AS sempat mengalami resesi pada awal tahun 2020 saat pandemi Covid menyebar di mana jutaan orang kehilangan pekerjaan.
Presiden Trump buka suara soal kemungkinan negeri itu akan resesi tahun ini. Hal tersebut dikatakannya dalam sebuah wawancara yang ditayangkan Minggu waktu setempat, mengutip AFP, Senin (10/3/2025).
"Saya tidak suka memprediksi hal-hal seperti itu," katanya kepada pewawancara Fox News ketika ditanya langsung tentang kemungkinan resesi di 2025.
"Ada masa transisi, karena apa yang kami lakukan sangat besar. Kami membawa kekayaan kembali ke Amerika," tambahnya.
Dari data ekonomi AS beberapa minggu terakhir, belanja konsumen turun signifikan di Januari, terbesar dalam empat tahun terakhir, di tengah pelebaran defisit perdagangan AS hingga mencapai rekor US$ 131 miliar di bulan yang sama. Perusahaan dilaporkan bergegas memindahkan barang sebelum tarif berlaku.
MengutipThe Guardian, Selasa (11/3/2025), para ekonom mengatakan risiko 'Trumpcession' meningkat karena tindakan nekat dan pendekatan tarif yang terputus-putus dari Trump mengguncang investor global, yang dicontohkan dengan keputusan minggu lalu untuk menghentikan tarif AS atas barang-barang dari Kanada dan Meksiko untuk kedua kalinya dalam beberapa bulan. Trumpcession sendiri merupakan idiom dari Trump danrecession atau resesi, penurunan ekonomi atau negatif dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun.
The Fed Akan Pangkas Suku Bunga Jika Terjadi Perlambatan Ekonomi
The Federal Reserve (The Fed) tidak akan menurunkan suku bunga pada pertemuan kebijakannya minggu depan, tetapi dapat memangkas biaya pinjaman secara cepat pertama pada bulan Juni jika kekhawatiran yang meningkat akan perlambatan ekonomi yang dipicu oleh perang dagang menjadi kenyataan.
Setidaknya di situlah taruhannya di pasar berjangka, di mana kontrak yang ditetapkan pada suku bunga kebijakan The Fed semakin dihargai untuk pengurangan seperempat poin persentase pada Juni, Juli, dan Oktober.
Prosentase ini muncul setelah pernyataan Presiden Trump akhir pekan lalu tentang "periode transisi" saat ia menaikkan tarif pada China, Kanada, dan Meksiko. Saham AS dan imbal hasil Treasury juga turun pada hari Senin karena kekhawatiran bahwa komentarnya mengisyaratkan resesi yang akan datang.
Ketua Fed Jerome Powell pada hari Jumat (7/3/2025), mengatakan bank sentral AS tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga, dengan pasar tenaga kerja yang masih kuat, inflasi di jalur yang bergelombang menuju target 2% bank sentral AS, dan ketidakpastian yang tinggi atas dampak kebijakan perdagangan, fiskal, imigrasi, dan regulasi Trump.
Para ekonom mengatakan kebijakan tersebut dapat mendorong harga lebih tinggi dan memperlambat ekonomi setidaknya dalam waktu dekat. Para ekonom Goldman Sachs pada hari Senin (10/3/2025) memangkas perkiraan pertumbuhan AS mereka menjadi 1,7%, dan menaikkan perkiraan inflasi mereka.
Skenario seperti itu dapat memaksa The Fed untuk membuat pilihan yang sulit antara mempertahankan tekanan pada inflasi dengan mempertahankan suku bunga kebijakannya dalam kisaran 4,25%-4,50% saat ini atau memangkas suku bunga untuk melindungi pasar tenaga kerja dari kemerosotan.
Sementara pasar bertaruh pada pendekatan yang terakhir, beberapa ekonom melihat The Fed memperlambat pemotongan suku bunga untuk menjaga harga yang meningkat karena tarif agar tidak memicu ekspektasi inflasi rumah tangga dan bisnis, yang dapat memperdalam peluang inflasi aktual yang terus tinggi.
The Fed mempertahankan suku bunga kebijakannya tidak berubah tahun ini setelah memangkasnya sebesar 1% penuh pada tahun 2024. Para pembuat kebijakan akan memiliki lebih banyak data untuk disaring pada pekan ini, dengan laporan lowongan kerja yang akan dirilis pada hari Selasa dan rilis Indeks Harga Konsumen untuk bulan Februari pada hari Rabu.
Lowongan JOLTS AS
Pada hari ini, Selasa (11/3/2025), Biro Statistik Tenaga Kerja AS akan melaporkan Jumlah lowongan pekerjaan JOLTS periode Januari 2025. Sebelumnya, jumlah lowongan pekerjaan menurun menjadi 7,6 juta pada hari kerja terakhir bulan Desember, Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan.
Selama bulan tersebut, perekrutan dan total pemutusan hubungan kerja sedikit berubah pada masing-masing 5,5 juta dan 5,3 juta. Dalam pemutusan hubungan kerja, berhenti (3,2 juta) dan PHK dan pemecatan (1,8 juta) sedikit berubah. Rilis ini mencakup estimasi jumlah dan tingkat lowongan pekerjaan, perekrutan, dan pemutusan hubungan kerja untuk seluruh sektor nonpertanian, menurut industri, dan menurut kelas ukuran perusahaan.
(saw/saw)