
Kebangkitan IHSG & Rupiah Diuji Trump, Sanggup Bertahan?

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street hancur lebur pada perdagangan Senin waktu AS atau Selasa dini hari waktu Indonesia. Bursa jatuh karena Presiden AS Donald Trump menegaskan kebijakannya untuk menerapkan tarif ke Meksiko dan Kanada.
Indeks S&P ambruk 1,76%, ditutup di 5.849,72, yang menjadi hari terburuknya sejak Desember. Indeks Dow Jones turun 649,67 poin, atau 1,48%, berakhir di 43.191,24, dan indeks Nasdaq jatuh 2,64%, ditutup di 18.350,19.
Salah satu saham yang ambles adalah Nvidia yakni lebih dari 8%.
Bursa jatuh menyusul keputusan Trump untuk menerapkan tarif sebesar 25% ke Meksiko dan Kanada. Penegasan ini menghapus harapan investor jika Trump akan menunda atau menghentikan kebijakan tersebut.
"Tidak ada ruang lagi untuk Meksiko atau Kanada. Tarif timbal balik dimulai pada 2 April ... tetapi yang sangat penting, besok, tarif 25% untuk Kanada dan 25% untuk Meksiko ... akan mulai berlaku." " kata Trump di Gedung Putih, berdampingan dengan Menteri Perdagangan Howard Lutnick.
Trump juga menandatangani tindakan untuk memberlakukan tambahan bea 10% terhadap China.
Pergerakan risk-off pun terjadi, menghantam segala sektor mulai dari teknologi hingga saham small caps. Selain Nvidia, saham perusahaan yang sebelumnya populer AI seperti Broadcom dan Super Micro Computer juga anjlok. Di tempat lain, indeks Russell 2000, yang berfokus pada saham small cap, turun hampir 3%.
Saham-saham yang berpotensi terkena dampak langsung dari tarif atau pembalasan dari negara-negara yang ditargetkan juga mengalami penurunan. GM dan Ford mencapai titik terendah sesi perdagangan setelah komentar Trump. Dana yang diperdagangkan di bursa (exchange-traded funds atau ETF) dari iShares yang melacak Meksiko dan Kanada masing-masing turun lebih dari 1%.
"Apakah pasar saham bisa bertahan menghadapi perubahan ini masih harus dilihat," kata Chris Rupkey, kepala ekonom di FWDBONDS, dalam sebuah catatan. "Bagaimanapun juga, tarif akan menjadi kejutan bagi ekonomi."
Aksi jual pada hari Senin yang mengawali n Maret terjadi setelah ketiga indeks utama mencatat kerugian sepanjang Februari, terutama karena ketakutan akan dampak tarif serta tanda-tanda awal melemahnya ekonomi. Dow dan S&P 500 masing-masing turun lebih dari 1% pada Februari, sementara Nasdaq Composite, yang didominasi saham teknologi, mengalami bulan terburuknya sejak April 2024 dengan pelemahan sekitar 4%.
Data ekonomi yang lemah dari sektor manufaktur dan konstruksi yang dirilis pada hari Senin semakin menambah kekhawatiran tentang kondisi ekonomi AS. Rangkaian data ini membuka pekan yang sibuk untuk laporan ekonomi, yang akan ditutup dengan laporan ketenagakerjaan Februari yang dijadwalkan rilis pada hari Jumat.
(rev/rev)