Newsletter

Perang Dagang Datang di Awal Ramadhan, IHSG- Rupiah Bisa Terguncang

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
28 February 2025 06:19
rupiah detik
Foto: detik.com

Pasar keuangan Indonesia hari ini diperkirakan masih akan tertekan karena banyaknya sentimen negatif, terutama dari luar negeri. Kebijakan tarif Trump hingga pengumuman data inflasi PCE serta lonjakan dolar AS bisa membuat pasar lesu.
Satu faktor positif datang dari datangnya bulan puasa pada akhir pekan ini.

Kebijakan Tarif Trump

Presiden Trump kembali mempertegas tabuhan genderang perang dagangnya dengan mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25% akan mulai berlaku pada 4 Maret, sementara China akan dikenakan tambahan tarif 10% pada tanggal yang sama. Keputusan ini memperkuat kebijakan proteksionisme ekonomi yang menjadi ciri khas pemerintahannya, sekaligus menambah ketidakpastian di pasar global.

Sebagai catatan, pada 4 Maret 2025 adalah pekan pertama di bulan Ramadhan sehingga kebijakan Trump ini diyakini berdampak besar terhadap pasar keuangan pekan tersebut.

Kebijakan tarif ini sebelumnya sempat ditangguhkan pada 3 Februari untuk jangka waktu satu bulan, yang menyebabkan kebingungan tentang apakah tarif akan kembali diberlakukan atau tidak setelah periode penundaan berakhir.

Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Kamis(27/2/2025), Trump memastikan bahwa tarif tersebut akan berjalan sesuai jadwal.
Dalam pernyataannya, Trump mengeklaim bahwa perdagangan narkotika ilegal dari Meksiko dan Kanada ke AS masih berada pada tingkat yang sangat tinggi dan tidak dapat diterima, meskipun kedua negara telah berjanji untuk meningkatkan pengawasan di perbatasan mereka.

"Kami tidak bisa membiarkan ancaman ini terus merusak AS. Oleh karena itu, hingga masalah ini berhenti atau setidaknya sangat dibatasi, tarif yang dijadwalkan untuk diberlakukan pada 4 Maret akan tetap berlaku, seperti yang telah dijadwalkan sebelumnya," tulis Trump, sebagaimana dikutip dari CNBC International.



Selain itu, ia mengumumkan bahwa China yang saat ini sudah dikenai tarif 10% akan menghadapi tambahan tarif 10% lagi, sehingga total tarif yang dikenakan terhadap impor China akan meningkat menjadi 20% mulai 4 Maret.

Trump juga menegaskan bahwa tanggal 2 April akan tetap menjadi hari berlakunya kebijakan tarif timbal balik (resiprokal) yang ia canangkan.

MSCI Pangkas Bobot Saham Indonesia, Investor Waspada

Hari ini, 28 Februari 2025, Morgan Stanley Capital International (MSCI) akan melakukan cutoff perubahan bobot saham Indonesia dalam indeks globalnya. Efektif per 3 Maret 2025, MSCI mengurangi bobot Indonesia dari 2,2% menjadi 1,5%, yang diperkirakan memicu tekanan jual dari investor asing dalam beberapa hari ke depan.

Sebelumnya, MSCI telah memangkas jumlah konstituen saham Indonesia secara bertahap. Dalam rebalancing terbarunya, MSCI tidak menambah saham baru di kategori large cap Indonesia, tetapi justru mengeluarkan tiga saham yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). MDKA dan INKP kini masuk ke kategori small cap, sedangkan UNVR dikeluarkan sepenuhnya dari daftar konstituen MSCI. Perubahan ini mempersempit cakupan investasi asing di pasar saham domestik.

Dampak pemangkasan bobot Indonesia dalam MSCI ini juga semakin terasa dengan penurunan peringkat saham Indonesia dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Morgan Stanley mencatat bahwa tren return on equity (ROE) saham-saham Indonesia terus melemah akibat perlambatan ekonomi dan tekanan terhadap sektor siklikal. Dengan rebalancing yang makin menggerus bobot saham Indonesia, investor diharapkan mencermati aliran dana asing dan volatilitas yang berpotensi meningkat dalam waktu dekat.

Data Inflasi PCE AS Jadi Penentu Arah Pasar

Selain rebalancing MSCI, pelaku pasar hari ini juga menanti rilis data Core Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index atau inflasi peribadi konsumen AS untuk Januari 2025. Inflasi PCE menjadi pertimbangan utama bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Inflasi PCE pada Desember 2024 sebelumnya mencatat kenaikan 2,8% (yoy) sementara proyeksi terbaru berada di 2,6% (yoy). Jika inflasi lebih tinggi dari ekspektasi, maka peluang pemangkasan suku bunga The Fed kemungkinan akan semakin tertunda.

Berdasarkan konsensus ekonom, inflasi PCE diperkirakan naik 0,3% secara bulanan dan 2,5% secara tahunan, sementara Core PCE diprediksi tumbuh 0,3% MoM dan 2,6% YoY. Meski ada tren penurunan, data ini tetap menunjukkan inflasi berada di atas target The Fed yang menginginkan inflasi turun ke level 2%.

Analis menilai bahwa angka inflasi yang masih tinggi bisa membuat The Fed mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Bahkan, Goldman Sachs memperkirakan bahwa data ini bisa meredakan kekhawatiran pasar terhadap perlambatan inflasi, seiring dengan kebijakan suku bunga ketat yang terus dipertahankan oleh bank sentral AS. Dengan demikian, respons pasar terhadap laporan PCE ini akan menjadi faktor kunci dalam pergerakan aset keuangan hari ini.

Pertumbuhan Ekonomi AS dan Klaim Pengangguran

Pasar juga akan mencermati rilis estimasi kedua pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal IV 2024.  Pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 2,3% pada kuartal IV-2024, jauh le ih rendah dibandingkan 3,1% pada kuartal III-2024.

Data ini semakin menandai lesunya ekonomi AS setelah sejumlah indikator mulai dari kepercayaan konsumen, penjualan ruah, hingga manufaktur.
Klaim pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 22 Februari tercatat 242.000. Angka ini naik 22.000 dari level yang direvisi minggu sebelumnya dan lebih tinggi dari estimasi Dow Jones yang memperkirakan 225.000.

Indeks Dolar Menguat Signifikan
indeks dolar menembus 107, 29 pada perdagangan kemarin, level tertingginya dalam delapan hari terakhir. Kenaikan indeks dolar ini menandai investor tengah berburu dolar dan kemungkinan besar menjual instrumen lain non-berdenominasi dolar.

Kenaikan indeks dolar juga biasanya menandai adanya outflow dari Emerging Market karena investor menjual instrumen investasinya di Emerging Market, termasuk rupiah,  dan kembali membeli dolar. 

Kondisi ini bisa membuat rupiah kembali tertekan karena outflow.

Sentimen Ramadhan
Umat Islam Indonesia akan menyambut Ramadhan pada akhir pekan ini. Muhammadiyah sudah mengumumkan akan memulai puasa pada Sabtu (1/3/2025) sementara pemerintah akan melakukan sidang isbat hari ini.

Puasa diharapkan bisa meningkatkan konsumsi masyarakat yang akan berdampak positif pada perusahaan dan ekonomi Indonesia. Saham-sahamm consumer goods akan diuntungkan seperti PT Unilever Indonesia dan Indogood Group.

(emb/emb)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular