Newsletter

Didukung 8 Kebijakan Prabowo & DHE, Mari Berdoa RI Kembali Pesta

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
18 February 2025 06:00
Ilustrasi Prabowo Subianto
Foto: Cover Ilustrasi Prabowo/ Ilham Restu
  • Pergerakan pasar keuangan RI kemarin berhasil bangkit, IHSG terbang nyaris 3%, rupiah juga menguat, sementara obligasi sedikit terkoreksi.

  • Wall Street berakhir beragam sementara bura Eropa melesat di tengah pembicaraan damai Ukraina-Rusia

  • Pasar keuangan hari ini ada potensi merespon lanjutan kebijakan yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI berhasil bangkit pada perdagangan kemarin Senin (17/2/2025) usai rilis surplus neraca perdagangan lebih tinggi dari yang diharapkan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin ditutup melesat 2,90% ke posisi 6830.88. Apresiasi ini menjadi yang terkuat secara year-to-date (YTD).

Adapun, sebanyak 411 saham naik, 192 turun, dan 189 tidak berubah. Nilai transaksi pada perdagangan kemarin mencapai Rp 11,56 triliun dengan melibatkan 19,27 miliar saham dalam 1,39 juta transaksi.

Tercatat hampir semua sektor berada di zona hijau. Utilitas memimpin dengan kenaikan 12,42%. Lalu diikuti oleh bahan baku 4,03%, finansial 3,51%, energi 1,55%, teknologi 1,46%, industri 0,61%, konsumer non-cylcicals 0,35%, dan kesehatan 0,06%.

Hanya dua sektor yang merana, yaitu konsumer cyclicals -0,05% dan properti -1,46%.

Mengutip Refinitiv, dua saham bank BUMN menjadi penggerak IHSG. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI ditutup naik 5,85% ke level 5.425. BMRI mengerek IHSG sebesar 26,81 indeks poin.

Lalu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menutup perdagangan dengan kenaikan 4,15% ke level 4.020. BBRI mengatrol IHSG sebanyak 24,59 indeks poin.

Selain itu saham bank jumbo lainnya, BBCA juga menyumbang 21,15 indeks poin terhadap kenaikan IHSG.

Kenaikan saham-saham perbankan pelat merah seiring dengan rencana mereka mengadakan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada bulan depan. Dalam rapat tersebut akan diumumkan besaran dividen dari laba tahun buku 2024.

Beralih ke pasar nilai tukar yang terpantau juga berhasil menguat. Merujuk data Refinitiv, rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 0,28% pada posisi Rp16.210/US$.

Penguatan tersebut menjadi penguatan rupiah selama empat hari beruntun, meskipun pada saat perdagangan intraday rupiah sempat menembus level Rp16.160/US$.

Penguatan rupiah kemarin terdorong kabar baik dari internal di mana neraca dagang surplus lebih dari ekspektasi dan penerbitan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Surplus awal tahun ini jauh di atas dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga. Konsensus ini memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2025 akan mencapai US$1,78 miliar. Konsensus juga memperkirakan ekspor akan tumbuh 6,47% (year on year/yoy) dan impor melesat 9,17% (yoy).

Dari sisi lain, presiden Prabowo mengumumkan kebijakan terbaru Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan menetapkan bahwa DHE SDA dalam sistem keuangan Indonesia ditingkatkan menjadi 100% dalam jangka waktu 12 bulan dan berlaku per 1 Maret 2025.

Adapun untuk aturan DHE itu juga disertai beberapa ketentuan yang bisa memperbolehkan DHE untuk digunakan operasional eksportif. Setidaknya ini memberikan sedikit kelegaan akan kekhawatiran sebelumnya terhadap pengetatan likuiditas.

Berikutnya, beralih ke pasar obligasi terpantau ada sedikit kontraksi yang terbilang cukup normal.

Melansir data Refintiiv, yield obligasi acuan RI untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan tipis 0,15% menjadi 6,76%.

Kenaikan yield ini berlawanan arah terhadap harga, jadi ketika yield naik, maka harga turun.

Meski ada kenaikan yield, ini masih terbilang cukup normal lantaran pada Jumat pekan lalu yield mengalami penurunan cukup signifikan hingga 1,29% setara 9 basis poin (bps).

Dari Amerika Serikat, bursa Wall Street berakhir beragam. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 165,35 poin, atau 0,37%, ke 44.546,08. S&P 500 melandai 0,01% ke 6.114,63, sementara Nasdaq Composite naik 0,41% ke 20.026,77.

Beragamnya posisi indeks kemarin berbanding terbalik dengan akhir pekan lau di mana ketiganya berakhir di zona hijau.

Secara umum, bursa Wall Street menyambut positif penundaan kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Namun, data inflasi terbaru menunjukkan kekhawatiran.

Trader juga mempertimbangkan penurunan 0,9% dalam penjualan ritel untuk Januari, lebih buruk dari estimasi Dow Jones yang memperkirakan penurunan 0,2%.

"Sepertinya ekonomi dan inflasi tidak mengalami percepatan yang luar biasa, yang menyebabkan tekanan pada suku bunga," kata Matt Stucky, manajer portofolio utama di Northwestern Mutual Wealth Management Company, kepada CNBC International.

Dia mengatakan melemahnya imbal hasil Treasury 10-tahun menunjukkan adanya perbaikan kedalaman pasar tetapi juga meningkatkan harga aset di sisi ekuitas karena dinamika korelasi tersebut.

Imbal hasil Treasury 10-tahun terus menurun pada Jumat pekan lalu dan Senin pekan ini menuju 4,478%.

Sementara itu, bursa saham Eropa naik ke level rekor pada Senin, dipimpin oleh saham pertahanan.

Lonjakan ditopang keputusan pemimpin politik di kawasan itu yang menyerukan sebuah pertemuan darurat mengenai perang Ukraina -Rusia di tengah semakin meningkatnya seruan dari AS untuk meningkatkan belanja militer demi keamanan.

Indeks STOXX 600 pan-Eropa (.STOXX) naik 0,54%, sementara indeks saham pertahanan dan dirgantara (.SXPARO) melonjak hampir 4% ke puncak sepanjang masa, setelah sebelumnya lebih dari dua kali lipat nilainya sejak Rusia menginvasi Ukraina tiga tahun lalu.

Bursa FTSE London melesat 0,41%, bursa DAX Jerman terbang 1,26% sementara bursa Prancis CAC menguat 0,13%.

Para investor mengharapkan laba di industri pertahanan terus meningkat dengan kuat, didorong oleh lonjakan anggaran pertahanan yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan keamanan baru-yang oleh para analis disebut sebagai "supercycle" bagi sektor ini.

"Resolusi terhadap konflik di Ukraina dapat memberikan dorongan pertumbuhan positif bagi Eropa, termasuk peningkatan kepercayaan konsumen, harga energi yang lebih rendah, dan kondisi keuangan yang lebih mudah," kata Bruno Schneller, direktur pelaksana di Erlen Capital Management, kepada Reuters.

Pasar keuangan Tanah Air tampaknya masih akan banyak dipengaruhi sentimen dari dalam negeri setelah rilis neraca dagang dan sederet kebijakan yang diumumkan Presiden Prabowo guna mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk update DHE.

Selain itu, pelaku pasar masih menanti sejumlah data dari hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) Rabu esok hari (19/2/2025), kemudian berlanjut pada Kamis ada rilis Neraca Pembayaran dan hasil risalah Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Berikut rincian sentimen yang akan berpengaruhi pada perdagangan hari ini :

Neraca Dagang RI Januari 2025 : Surplus Lebih Banyak Dari Perkiraan

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 3,45 miliar pada Januari 2025, ini menandai surplus selama 57 bulan beruntun sejak Mei 2020.

Surplus ini dipicu oleh impor yang lebih rendah sebesar US$ 18 miliar, sementara ekspor mencapai US$21,45 miliar.

Capaian surplus itu juga lebih banyak dari yang diperkirakan. Sebelumnya, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2025 akan mencapai US$1,78 miliar.

Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan surplus pada Januari 2025 ditopang oleh surplus komoditas minyak dan gas (migas), penyumbangnya a.l. bahan bakar mineral, lemak hewan dan nabati, serta besi dan baja.

Pada saat yang sama, dia mengatakan neraca perdagangan komoditas migas mengalami defisit US$ 1,43 miliar disumbang oleh impor minyak mentah dan hasil minyak.

Data BPS menunjukkan, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan dengan beberapa negara. Adapun, 3 terbesar yakni AS US$ 1,58 miliar, India US$ 0,77 miliar dan Filipina US$ 0,72 milliar. Sementara itu, dengan China, Indonesia mengalami defisit US$ 1,77 miliar.

Rilis BPS Senin, (17/2/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)Foto: Rilis BPS Senin, (17/2/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)
Rilis BPS Senin, (17/2/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)

8 Kebijakan Ekonomi RI Awal Tahun

Pada kemarin Senin (17/2/2025), Presiden Prabowo Subianto mengumumkan daftar kebijakan yang akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025.

"Saudara-saudara sekalian dalam kuartal I tahun ini, kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Prabowo.

"Saudara-saudara juga kebijakan-kebijakan yang mendorong daya saing untuk transformsi ekonomi kita, pertama tentunya program MBG yang diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan di seluruh daerah-daerah di negara kita karena uang berputar di desa, di kecamatan, di kabupaten," tambah Prabowo.

Adapun, daftar kebijakan ekonomi pada kuartal I-2025 tersebut yaitu:

 

DHE Untuk Perkuat Rupiah

Sentimen berikutnya datang dari update aturan devisa hasil ekspor (DHE) yang kabarnya boleh digunakan untuk operasional, dengan catatan dan syarat tertentu seiring dengan pemberlakuan DHE 100% pada 1 Maret 2025 mendatang.

Pemberlakuan DHE ini akan ditingkatkan menjadi 100% dengan jangka waktu 12 bulan sejak penempatan dalam rekening khusus DHE SDA dalam bank-bank nasional.
Kebijakan yang diumumkan Presiden Prabowo ini berlaku mulai 1 Maret 2025. Kebijakan ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam.

Kebijakan pengetatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) akan mampu menambah likuiditas valuta asing (valas), khususnya dolar Amerika Serikat (AS) sehingga membantu stabilitas nilai tukar rupiah.

Hal ini disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (17/2/2025)
"Dengan adanya DHE SDA akan tingkatkan devisa dan dukung stabilitas nilai tukar rupiah," ungkapnya.


Presiden Prabowo Subianto mewajibkan seluruh Devisa Hasil Ekspor (DHE) atau 100% disimpan di dalam negeri mulai 1 Maret 2025 dalam kurun waktu satu tahun. Lewat kebijakan ini ditargetkan US$ 80 miliar masuk ke pasar keuangan dalam negeri.

Perry sendiri meyakini target tersebut sangat realistis. Mengingat kebijakan diberlakukan untuk sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Meskipun, sektor minyak dan gas bumi dikecualikan.

"Dengan kebijakan yang baru ini kami perkirakan akhir tahun ini bisa meningkat US$ 80 miliar dari US$13 miliar menjadi US$80 miliar masuknya ke rekening khusus," jelas Perry.

Presiden Prabowo Subianto menyatakan meskipun DHE wajib 100%, tetapi akan memberikan ruang bagi eksportis untuk keberlangsungan usaha.

Ruang yang dimaksud adalah pertama penukaran rupiah di bank yang sama untuk menjalankan kegiatan operasional dan menjaga keberlangsungan usaha.

"Kedua, pembayaran dalam bentuk valas atas kewajiban pajak, PNBP dan kewajiban lainnya ke pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan, jelas Prabowo dalam konferensi pers, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (17/2/2025).

Prabowo melanjutkan yang ketiga yaitu, pembayaran dividen dalam bentuk valuta asing. Keempat pembayaran untuk pengadaan barang dan jasa berupa bahan baku, bahan penolong atau barang modal yang belum tersedia atau tersedia namun hanya sebagian atau tersedia tapi spesifikasinya tidak memenuhi pasokan di dalam negeri.

"Kelima, pembayaran kembali atas pinjaman barang modal dalam bentuk valas," terang Prabowo.

Kebijakan ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam.

"Dalam pasal ini diatur pula sanksi administrasi berupa penangguhan pelayanan ekspor bagi yang tidak melaksanakan PP ini," paparnya.

Kami melihat kebijakan ini setidaknya bisa membuat eksportir sedikit bernapas lega dan menjawab keresahan akan kekhawatiran likuiditas yang mengetat untuk operasional.

BI Kembali Cut?
Bank Indonesia (BI) mulai menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari ini dan besok (18-19/2/2025). Sebagian pelaku pasar memperkirakan BI akan memangkas suku bunga kembali sementara sebagian lain memproyeksi BI akan mempertahankan suku bunga.

Seperti diketahui, BI secara mengejutkan memangkas suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,75% pada Januari 2025. BI memangkas suku bunga sebagai upaya untuk mendongkrak pertumbuhan.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk :

  • Pidato Fed Waller dan Daly

  • CNBC Indonesia Energy Outlook 2025 di Four Seasons Hotel, Jakarta Selatan (08.30 WIB)

  • CNBC Indonesia Special Dialogue: Swasembada Energi "Strategi Sektor Energi Demi Topang Pertumbuhan Ekonomi 8% (15.00 WIB)

  • Rapat Paripurna ke-13 DPR RI Masa Persidangan II Tahun Sidang 2024-2025 dengan salah satu agenda pembicaraan tingkat II/pengambilan keputusan terhadap RUU tentang Perubahan Keempat atas UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (10.00 WIB)

  • Hari Keamanan Berinternet 2025 Bersama Google yang akan dilaksanakan di Ruang Media Center Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat. Narasumber: Menkomdigi dan perwakilan Google Indonesia (08.30 WIB)

  • IBC menggelar INDONESIA ECONOMIC SUMMIT 2025 di Shangri-La Hotel, Jakarta Selatan, dengan narasumber antara lain Wakil Presiden RI 2009-2014 (Arrijal), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Arrijal), dan Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi (11.00 WIB)

  • SMBC Economic Outlook Indonesia di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Menteri Investasi (Zahwa), Wakil Menteri Keuangan (Zahwa), dan Komisaris Utama Bank Mandiri.

  • Konferensi Pers Virtual Paparan Kinerja Tahun Buku 2024 Danamon (14.30 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada :

  • Pembukaan perdagangan waran MDKADRCV5A

  • Pembukaan perdagangan waran SMGRDRCV5A

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular