
IHSG & Rupiah Sedang Tidak Baik-Baik Saja, Bertahan Sampai Kapan?

Pelaku pasar hari ini akan mencermati sejumlah sentimen, baik dari dalam ataupun luar negeri. Ambruknya Wall Street, peluncuran bullion bank, hingga pernyataan pemangku kebijakan Indonesia akan menjadi sentimen pasar hari ini.
Berikut beberapa sentimen yang bisa mengubah arah pasar hari ini:
CNBC Indonesia menggelar Economic Outlook 2025
CNBC Indonesia menggelar Economic Outlook 2025 bertajuk "Riding the Wave of 8% Economic Expansion", yang akan berlangsung hari ini, Rabu (26/2/2025) di The Westin, Jakarta. Acara ini menghadirkan para pemangku kepentingan utama, mulai dari menteri, utusan khusus presiden, hingga pakar ekonomi ternama.
Sebagai pembicara utama adalah Hashim Djojohadikusumo yang merupaka Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi. Hadir juga sebagai pembicara adalah Menteri Koordinator Bidang Pangan RI Zulkifli Hasan, Menteri BUMN RI Erick Thohir, dan Menteri Investasi dan Hilirisasi / Kepala BKPM Rosan Roeslan.
Menarik ditunggu kebijakan atau pernyataan dari masing-masing narasumber mengingat mereka memiliki peran besar dalam pemerintahan Prabowo Subianto, terutama Erick dan Rosan mengenai Danantara.
Morgan Stanley Pangkas Peringkat Saham Indonesia di MSCI
Morgan Stanley resmi menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari posisi equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Langkah ini diambil seiring dengan melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi domestik serta meningkatnya tekanan terhadap profitabilitas sektor siklikal.
Dalam laporan terbarunya, Morgan Stanley menyoroti pergeseran tren return on equity (ROE) yang kini lebih menguntungkan China dibanding Indonesia. Analis mencatat bahwa ROE saham-saham di China mulai menunjukkan pemulihan, didorong oleh perbaikan kinerja operasional serta efisiensi neraca keuangan di sektor-sektor dengan bobot besar dalam indeks MSCI.
Sebaliknya, Indonesia menghadapi tantangan akibat perlambatan ekonomi yang berdampak negatif pada sektor siklikal domestik. Tim analis Morgan Stanley tetap berhati-hati terhadap prospek pemulihan dalam waktu dekat dan lebih memilih eksposur ke pasar Asia lainnya yang dianggap lebih menjanjikan.
Selain faktor fundamental, valuasi saham juga menjadi alasan utama di balik penurunan peringkat ini. Morgan Stanley menilai valuasi saham China kini lebih menarik dibanding Indonesia, terutama setelah Beijing menunjukkan sikap yang lebih akomodatif terhadap sektor swasta.
"Kami kini merevisi asumsi kelipatan valuasi MSCI China menjadi 11,6x dari sebelumnya 10,0x, dengan diskon 7% terhadap asumsi kami untuk pasar negara berkembang (EM), dibandingkan diskon 17% sebelumnya," tulis laporan tersebut, Selasa (25/2/2025).
Namun, peningkatan risiko di pasar China tetap menjadi perhatian, khususnya terkait ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat. Morgan Stanley mengamati kebijakan dagang "America First" yang akan dievaluasi pada 1 April, serta potensi pembatasan ekspor yang dapat memengaruhi sentimen investor global.
Dengan revisi peringkat ini, Morgan Stanley menetapkan target MSCI Emerging Markets (MSCI EM) di level 1.200, mencerminkan kenaikan sekitar 5%. Sementara itu, target indeks Hang Seng untuk Desember 2025 dipatok pada 24.000 poin, dan MSCI China diproyeksikan naik ke 77, atau melonjak 49% dari posisi saat ini.
DPK Perorangan Kontraksi Tiga Bulan Beruntun
Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) perorangan terus mengalami kontraksi dalam tiga bulan terakhir, menunjukkan adanya peningkatan penarikan dana oleh masyarakat. Data Bank Indonesia (BI) mencatat DPK perorangan pada Januari 2025 terkontraksi 2,6% (yoy), lebih dalam dari 2,1% pada Desember 2024. Sementara itu, DPK korporasi justru tumbuh 14,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 10,7%.
Penurunan DPK perorangan berdampak pada kemampuan bank dalam memperoleh dana murah, yang berpotensi menghambat ekspansi kredit. Terlebih, deposito perorangan juga mengalami kontraksi lebih dalam, mencapai 6,8% (yoy) pada Januari 2025, dibandingkan dengan koreksi 5,3% pada bulan sebelumnya. Giro perorangan bahkan anjlok 50,7%, menunjukkan perubahan preferensi masyarakat dalam menyimpan dana.
Dengan likuiditas yang semakin ketat, bank kemungkinan harus bersaing lebih agresif untuk menarik dana masyarakat dengan menawarkan bunga simpanan yang lebih tinggi. Jika tren ini berlanjut, risiko kenaikan suku bunga kredit dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. Stabilitas sektor perbankan dan kebijakan moneter akan menjadi kunci dalam mengatasi tekanan ini.
Peluncuran Bullion Bank
Presiden Prabowo direncanakan akan meresmikan pendirian Bullion Bank atau bank emas Indonesia pertama pada hari ini, Rabu (26/2/2025). Bullion Bank merupakan tempat penyimpanan emas atau bank emas yang menyediakan layanan kegiatan perbankan melalui instrumen logam mulia.
Kehadiran bullion bank diharapkan bisa mempercepat daya saing ekonomi Indonesia.
