Newsletter

Banyak Awan Gelap, Siap-siap Terguncang Hari Ini

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
25 February 2025 06:15
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Pelaku pasar hari ini mesti mempertimbangkan sejumlah sentimen yang bisa menggerakan pasar saham, rupiah, dan SBN. Dari dalam negeri, peluncuran bullion bank dan Danantara serta data uang beredar bisa menjadi penggerak pasar.

Sementara itu, kebijakan tarif Trump bisa menekan pergerakan pasar keuangan hari ini.

Peluncuran Danantara

Presiden Prabowo resmi meluncurkan Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada Senin (24/2/2025) sebagai badan pengelola investasi baru. Presiden RI Prabowo Subianto menandatangani sejumlah regulasi yang mengatur tata kelola dan operasional Danantara, termasuk Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2025 dan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2025.

Danantara diproyeksikan memiliki dana kelolaan (AUM) lebih dari US$ 900 miliar atau sekitar Rp 14.710 triliun, menjadikannya salah satu sovereign wealth fund (SWF) terbesar di dunia.

Prabowo menegaskan bahwa Danantara akan berfokus pada proyek hilirisasi, energi terbarukan, manufaktur canggih, serta produksi pangan dan petrokimia. Dengan pendanaan awal sebesar US$ 20 miliar, badan ini ditargetkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 8% per tahun.

Namun, peluncuran Danantara juga menimbulkan kekhawatiran di bursa saham. Pasalnya, empat dari tujuh dari BUMN yang tergabung dalam Danantara berstatus perusahaan publik atau terbuka (Tbk). Investor masih menunggu seperti apa Danantara akan mengelola empat BUMN yang terbuka.

Danantara pada tahap awal akan menaungi setidaknya tujuh BUMN jumbo, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID. Namun informasi terakhir, Danantara akan mengelola seluruh aset BUMN.

Jika mengacu pada 7 perusahaan saja, dari penggabungan total aset 7 BUMN tersebut, maka dana kelolaan Danantara pada tahap awal ini akan mencapai Rp9.000 triliun.

Peluncuran Bullion Bank, Sanggupkan Dorong Transaksi Emas?

Indonesia akan segera memiliki bullion bank pertama yang direncanakan diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada hari ini, Selasa (26/2/2025). Saat ini, PT Pegadaian (Persero) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk beroperasi dalam bisnis bullion.

Bullion bank ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi perdagangan emas dalam negeri serta mengurangi ketergantungan pada ekspor emas mentah. Dengan kehadiran bullion bank, emas yang ditambang di Indonesia tidak lagi langsung diekspor ke luar negeri, tetapi dapat dikelola dan dioptimalkan untuk kepentingan ekonomi nasional.

Selain Pegadaian dan BSI, beberapa institusi keuangan lain dikabarkan sedang dalam proses pengajuan izin untuk turut serta dalam layanan ini.

Uang Beredar M2 Naik 5,9%, DPK Pribadi Jatuh

Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) pada Januari 2025 mencapai Rp 9.232,8 triliun, meningkat 5,9% secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,8%. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,2% dan uang kuasi sebesar 2,2%.

BI mengungkapkan bahwa pertumbuhan M2 ini sejalan dengan ekspansi kredit yang tetap kuat. Penyaluran kredit pada Januari 2025 mencapai Rp 7.684,3 triliun, tumbuh 9,6% (yoy). Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) tercatat Rp 8.599,4 triliun atau tumbuh 5,3% (yoy). Meskipun likuiditas meningkat, sektor perbankan masih menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara ekspansi kredit dan stabilitas keuangan.

 Penyaluran kredit pada Januari 2025 tumbuh sebesar 9,6% (yoy), relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 9,7% (yoy). Aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 2,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 0,8% (yoy). Sementara itu, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus) terkontraksi sebesar 14,3% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 17,5% (yoy).



Adapun, DPK Januari 2025 tercatat Rp 8.599,4 triliun atau tumbuh 5,3% (yoy) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. DPK korporasi tercatat tumbuh 14,2% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 10,7%.

Sementara itu, DPK perorangan pada Januari 2025 tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,6%, lebih dalam dibandingkan hingga 2,1% pada Desember lalu. Lalu, penyaluran kredit pada Januari 2025 diklaim BI tetap kuat sebesar Rp 7.684,3 triliun atau tumbuh 9,6% (yoy).

Ambruknya DPK inilah yang menimbulkan kekhawatiran ke depan mengenai persaingan mendapatkan dana murah.

Trump Tegaskan Kebijakan Tarif, Pasar Bisa Tertekan
Presiden Donald Trump mengatakan pada Senin (24/2/2025) bahwa tarif besar-besaran AS terhadap impor dari Kanada dan Meksiko akan dilanjutkan ketika penundaan penerapan selama sebulan berakhir minggu depan.

"Tarif tersebut akan dilanjutkan sesuai jadwal," kata Trump saat ditanya dalam konferensi pers di Gedung Putih apakah tarif yang ditunda untuk kedua mitra dagang AS tersebut akan segera diberlakukan kembali, dikutip dari CNBC International.

Presiden mengklaim bahwa AS telah dimanfaatkan oleh negara-negara asing dalam hampir segala hal dan menegaskan kembali rencananya untuk menerapkan tarif timbal balik atau resiprokal yang disebutkan.

"Jadi tarif tersebut akan dilanjutkan, ya, dan kami akan mengejar banyak hal yang tertinggal," kata Trump.

Trump menandatangani perintah eksekutif pada 1 Februari yang memberlakukan tarif 25% pada produk-produk dari Meksiko dan Kanada, serta tarif 10% pada energi Kanada.

Presiden mendasarkan perintah tersebut pada dugaan kegagalan Meksiko dan Kanada dalam menghentikan kejahatan dan perdagangan narkoba di perbatasan AS mereka.

Namun, Trump menunda tarif baru tersebut dua hari kemudian setelah Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau membuat janji terpisah untuk meningkatkan upaya pengawasan perbatasan mereka.


Trump, yang mengumumkan kesepakatan baru tersebut di Truth Social pada 3 Februari, mengatakan bahwa tarif untuk barang-barang Kanada akan ditunda selama 30 hari, sementara tarif pada impor dari Meksiko akan ditunda selama sebulan.

Dia mengatakan bahwa selama periode tersebut, pemerintahannya akan melakukan negosiasi dengan Meksiko dan mengejar "kesepakatan ekonomi akhir dengan Kanada."

Pada bulan pertama yang penuh dengan langkah-langkah yang tidak biasa, Trump juga mengenakan tarif 10% pada impor dari China dan mengumumkan rencana untuk memberlakukan "tarif timbal balik" terhadap mitra dagang Amerika. China telah membalas dengan tarif-targetnya sendiri terhadap impor AS, yang menambah kekhawatiran bahwa perang dagang antara dua kekuatan besar ini bisa dengan cepat meningkat.

Kekhawatiran serupa juga berkembang terkait Meksiko dan Kanada, yang merupakan sekutu terdekat Amerika dan mitra dagang terbesar.

Sebelum Trump menunda tarifnya pada kedua negara tetangga AS, baik Trudeau maupun Sheinbaum telah mengumumkan rencana untuk menerapkan tarif balasan terhadap impor AS.



(emb/emb)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular