Newsletter

Amerika Masih Mengancam, Kapan Badai di IHSG & Rupiah Akan Berlalu?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
12 February 2025 06:15
Ilustrasi Bursa.
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Indonesia berakhir di zona merah, IHSG dan rupiah ambruk
  • Wall Street bergerak beragamĀ  di tengah wait and see pasar menunggu kebijakan tarif dan inflasi AS
  • Inflasi AS dan kebijakan Amerika serta laporan keuangan menjadi penggerak pasar keuangan hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri kembali kompak mengalami pelemahan baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rupiah pada perdagangan kemarin. Posisi pasar keuangan yang tidak kondusif ini masih disebabkan oleh anjloknya saham-saham blue chip karena derasnya dana asing yang masih keluar dari pasar keuangan tanah air.

Pergerakan IHSG dan juga rupiah diperkirakan masih volatile pada perdagangan pekan ini mengingat banyaknya sentimen dan data-data ekonomi yang akan rilis. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman tiga pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.

IHSG Pada akhir perdagangan Selasa (11/2/2025), IHSG ditutup anjlok 1,75% di level di 6.531,99 dengan total transaksi tercatat mencapai Rp 12,69 triliun yang melibatkan 16,94 miliar saham yang ditransaksikan 1,28 juta kali. Sebanyak 171 saham naik, 424 turun, dan 198 stagnan.

Guncangan pasar modal RI masih datang dari tertekannya saham-saham blue chip dan arus dana asing yang keluar masih terus deras terjadi.

Investor asing kembali melakukan lego besar-besaran, dengan penjualan bersih sebesar Rp921,07 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin, Senin (10/2/2025). Rinciannya, sebesar Rp875,22 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp45,84 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Sementara pada Jumat pekan lalu dana asing keluar (net sell) hingga Rp 650 miliar, setelah sehari sebelumnya pada Kamis asing juga membawa kabur dana hingga Rp 2,38 triliun.

Artinya dalam tiga hari perdagangan terakhir, investor asing sudah mengobral Rp 3,95 triliun saham emiten RI.


Nyaris seluruh sektor bergerak di zona merah, dengan pelemahan terbesar terjadi di sektor infrastruktur (-2,35%), energi (-1,36%) dan properti (-1,2%).

Saham perbankan dan blue chip masih menjadi pemberat utama pergerakan IHSG pada Selasa (11/2/2025). Adapun 5 saham laggard adalah Barito Renewables Energy (BREN), Telkom Indonesia (TLKM), Amman Mineral Internasional (AMMN), Bank Mandiri (BMRI) dan Chandra Asri Pacific (TPIA).

Sementara itu, sentimen global masih ikut memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan oleh investor. Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan segera mengumumkan tarif baru yang berarti perang dagang akan segera dimulai. Selain itu data inflasi AS juga akan diumumkan pekan ini dan menjadi barometer penting dalam pengambilan keputusan bank sentral AS dalam menetapkan suku bunga acuannya.

Beralih ke rupiah yang kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sentimen dari Presiden AS, Donald Trump perihal tarif.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,18% di angka Rp16.370/US$ pada perdagangan Selasa (11/02/2025). Posisi ini merupakan yang terparah sejak 3 Februari 2025 atau sekitar satu pekan terakhir.

Koreksi yang terjadi pada mata uang Garuda terjadi di tengah ancaman tarif baru untuk semua impor baja dan aluminium yang digaungkan Trump.

Trump menjanjikan tarif 25% untuk semua impor baja dan aluminium.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto menuturkan kepada CNBC Indonesia bahwa sentimen pelemahan rupiah ini masih terkait dengan kebijakan Presiden AS Donald Trump.

Menurut Edi, hampir semua mata uang Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS, bahkan mata uang negara utama pun melemah terhadap dolar AS.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Selasa (11/2/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat melemah 0,53% di level 6.817 dari perdagangan sebelumnya. Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN). Begitu pula sebaliknya, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).

Pasar saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup beragam usai Chariman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menyampaikan testimoni tahunan di Senat AS.
Dalam testimoninya, Powell menegaskan bank sentral AS tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunganya.

Pada penutupan perdagangan Selasa (11/2/2025), Dow Jones menguat 0,28% di level 44.593,81, begitu juga dengan S&P 500 yang naik tipis 0,04% di level 6.068,59. Sementara Nasdaq terperesok 0,36% di level 19.643,86.

Indeks utama Wall Street berakhir beragam pada hari Selasa karena kenaikan saham Coca-Cola dan Apple mengimbangi penurunan saham Tesla, sementara investor mencermati komentar terbaru Ketua The Fed Jerome Powell.

Bank sentral AS tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga jangka pendeknya lagi mengingat ekonomi "secara keseluruhan kuat", dengan pengangguran rendah dan inflasi masih di atas target The Fed sebesar 2%, ujar Powell dalam sambutan pembukaan di sidang Komite Perbankan Senat.

Investor juga menantikan komentar tarif baru dari Presiden AS Donald Trump, sehari setelah ia secara substansial menaikkan pungutan atas impor baja dan aluminium dan mengatakan akan ada pengumuman selama dua hari ke depan tentang tarif timbal balik pada semua negara yang mengenakan bea atas barang-barang AS.

"Valuasi meningkat, arahan perusahaan terukur, inflasi terus berlanjut, kebijakan pemerintah tidak pasti, pembicaraan tarif terus berlanjut, dan ketegangan global meningkat. Jadi secara agregat, tingkat ketidakpastian tinggi, yang menyiratkan peningkatan volatilitas," ujar Terry Sandven, kepala strategi ekuitas di U.S. Bank Wealth Management, dikutip dari CNBC International.

Dari sisi pergerakan, saham Coca-Cola (KO.N) naik 4,7% setelah pembuat minuman itu mengalahkan estimasi pendapatan kuartal keempat, dibantu oleh harga yang lebih tinggi dan permintaan yang kuat untuk soda dan jusnya.

Sementara saham Tesla (TSLA.O) anjlok 6,3% sehari setelah Reuters dan lainnya melaporkan konsorsium yang dipimpin oleh CEO Elon Musk menawarkan US$97 miliar untuk membeli lembaga nirlaba yang mengendalikan perusahaan rintisan kecerdasan buatan OpenAI.

Kini para pelaku pasar memperkirakan setidaknya satu kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin dari The Fed tahun ini, dan peluang sebesar 44% untuk pemangkasan lain dengan besaran yang sama, menurut data LSEG.

Penurunan tajam yang masih terjadi di IHSG memperpanjang kekhawatiran investor tanah air. Pasalnya IHSG telah jatuh selama lima hari beruntun dan kini sudah berada di level psikologis 6.500. Sentimen negatif dari global terus menjadi alasan kaburnya dana asing sehingga mendorong pasar keuangan tanah air melemah, mulai dari IHSG, rupiah hingga pasar obligasi.

Akan tetapi pasar keuangan diperkirakan akan bergerak positif hari ini, mengingat telah turunnya IHSG selama lima hari beruntun, yang pada biasanya jika sudah turun selama lima hari beruntun akan terjadi pembalikkan arah sementara. Hal ini disebabkan optimisme dari para pelaku pasar hingga pelaku usaha.

Optimisme Pasar Terhadap IHSG

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang tahun ini industri jasa keuangan masih menantang bahkan lebih sulit dibandingkan tahun 2024. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman juga mengatakan hal yang sama. Namun, pihaknya tetap optimis.

"Kalau saya selalu kita lihat optimis, tapi tetap waspada," ujarnya saat ditemui di acara pertemuan tahunan industri jasa keuangan 2025, Selasa (11/2).


Iman mengungkapkan, jika melihat kondisi pasar modal beberapa hari terakhir ini cenderung dipengaruhi oleh faktor global. Ia mengaku, gejolak global menjadi fokus utama dan sorotan investor.

Optimisme industri pasar modal di tengah gejolak perekonomian dan geopolitik global, kata Iman, Indonesia masih tangguh. Hal itu tecermin dari ketahanan tahun lalu. Apalagi, kinerja perusahaan emiten tetap mengalami peningkatan.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan, pergerakan harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal, seperti geopolitik global dan lainnya. Namun, ia memastikan pihaknya tetap menjaga dari sisi kinerja.

"Kita punya keyakinan bahwa secara perlahan kita akan menjalankan operasi yang baik. 2025 kita lebih optimis. Harapan kita harga saham kita kembali ke nilai sebelumnya," ungkap Sigit saat ditemui usai acara PTIJK OJK, di Jakarta, Selasa, (11/2/2025).

Sebagai gambaran, harga saham BMRI telah turun 12,86% selama jangka waktu sepekan. Adapun tren penurunannya terus menurun hingga perdagangan Selasa (11/2/2025) sebesar 2,40% ke harga Rp4.880 per lembar saham.

Sementara itu, terkait penurunan saham bank lainnya, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso tak banyak berkomentar terkait hal tersebut. Namun, ia memberi sinyal bahwa pihaknya akan melakukan buyback saham dalam waktu dekat.

"Ada (buyback) nanti kita minta persetujuan di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), ungkap Sunarso.

Sebagai informasi, harga saham BBRI telah terkoreksi -4,98% dalam jangka waktu seminggu. Namun pada perdagangan Selasa (11/2/2025), saham BBRI berhasil melonjak 1,01% di level Rp4.010 per lembar saham.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Royke Tumilaar pun buka suara. Dia mengatakan bahwa bukan hanya saham perbankan yang mengalami koreksi, tetapi juga industri lain.

Dia pun yakin bahwa kondisi ini akan segera berbalik. "Tunggu saja pasti balik," kata Royke dalam kesempatan yang sama.

Royke mengatakan bahwa secara fundamental, kinerja BNI masih sangat baik. "Bagus, bagus banget," katanya

Sebagai informasi, saham BBNI sempat melampaui level 6.000 pada tahun lalu. Akan tetapi disepanjang tahun ini saham BBNI telah turun 6,44%. Pada perdagangan Selasa (11/2/2025) kemarin, saham BBNI kembali terkoreksi 1,93% di level Rp4.070 per lembar saham.

Dana Asing Terus Kabur

Bulan Februari menjadi masa yang sulit bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Asing juga makin kabur dari pasar saham RI mencapai triliunan rupiah.

Melihat grafik di atas pada Januari tahun ini, asing hanya tercatat enam kali net buy. Jadi, jika diakumulasi pada bulan pertama tahun ini asing masih net sell sebanyak Rp3,70 triliun.

Aliran dana keluar asing juga masih berlanjut pada Februari. Dalam enam hari perdagangan aktif (3-10 Februari 2025) net foreign sell tercatat mencapai Rp4,72 triliun.

Jadi, secara year-to-date tekanan jual asing secara bersih di keseluruhan pasar saham mencapai Rp8,43 triliun. Dari pasar reguler asing jual Rp8,82 triliun, sementara dari pasar nego dan tunai masih tercatat net buy sebanyak Rp383,32 triliun.

Keyakinan Konsumen Melambat

Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Januari 2025 menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada pada level 127,2. Level sedikit lebih rendah dari IKK pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 127,7.

Direktur Eksekutif Kepala Departmen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menuturkan keyakinan konsumen yang tetap optimis pada Januari 2025 bersumber dari tetap kuatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan.

"Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Januari 2025 tercatat masing-masing sebesar 113,5 dan 140,8," kata Denny, Selasa (11/2/2025).

Pada Januari 2025 persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini tetap kuat, tecermin dari IKE sebesar 113,5, meskipun lebih rendah dibandingkan 116,0 pada Desember 2024. Berdasarkan komponennya, Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) pada Januari 2025 masing-masing tercatat sebesar 122,6, 107,7 dan 110,3.

Sementara, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan diprakirakan meningkat. Hal ini tercermin dari IEK Januari 2025 sebesar 140,8, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks 139,5 pada bulan sebelumnya. Meningkatnya IEK bersumber dari ekspektasi terhadap penghasilan dan kegiatan usaha, masing-masing dari 143,3 dan 137,4 pada Desember 2024 menjadi sebesar 144,8 dan 140,7 pada Januari 2025.

Sedangkan ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan kerja pada Januari 2025 tetap berada di area optimis sebesar 137,0, meski lebih rendah dari Desember 2024 sebesar 137,6. Secara spasial, sebagian kota mencatat peningkatan IEK, terbesar di Kota Banjarmasin (18,8 poin), diikuti oleh Mataram (12,2 poin), dan Medan (11,2 poin).

Penjualan Ritel Indonesia

Hari ini, Rabu (12/1/2024) Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data penjualan ritel indonesia periode Desember 2024. Sebelumnya BI mencatat kinerja penjualan eceran diprakirakan meningkat pada Desember 2024. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Desember 2024 yang diprakirakan mencapai 220,3 atau secara tahunan tumbuh 1,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya.

Peningkatan tersebut terutama bersumber dari Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, serta Makanan, Minuman dan Tembakau. Secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan terakselerasi dengan pertumbuhan sebesar 5,1% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 0,4% (mtm).

"Kelompok dengan pertumbuhan tertinggi adalah Subkelompok Sandang, diikuti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, serta Suku Cadang dan Aksesori sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat menjelang perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru," papar Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam rilis, Jumat (10/1/2025).

Pada November 2024, Denny menuturkan IPR tercatat 209,7 atau secara tahunan tumbuh 0,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Oktober 2024 sebesar 1,5% (yoy). Pertumbuhan pada November 2024 terutama didorong Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Suku Cadang dan Aksesori, serta Makanan, Minuman, dan Tembakau.

Inflasi AS

Pada malam ini Rabu (12/2/2025) sekitar pukul 20.30 WIB, negeri Paman Sam akan merilis data inflasi periode Januari 2025. Sebelumnya, inflasi Amerika Serikat (AS) pada Desember 2024 dilaporkan mencapai 0,4%. Tingkat inflasi secara tahunan atau year on year mencapai 2,9% sesuai dengan perkiraan banyak pihak.

Inflasi dipengaruhi oleh harga energi yang kembali meningkat di akhir tahun sebesar 2,6%. Dorongan terbesar adalah bensin yang mencapai 4,4%. Pangan juga memberikan andil 0,3%.

Sementara itu inflasi inti 3,2%, turun dari bulan sebelumnya. Besaran tersebut sedikit lebih baik dari perkiraan sebesar 3,3%. Kelompok ini tidak memperhitungkan makanan dan energi.

Testimoni Tahunan The Fed

Selasa (12/2/2025) waktu AS Chairman The Fed menyampaikan testimoni tahunan di depan anggota Senat Komite Perbankan, perumahan, dan urusan Urban. Powell juga akan memberikan pernyataan serupa di depan Anggota DPR Komite Jasa Keuangan pada hari ini, Rabu (12/2/2025).

Powell juga menghadapi serangkaian pertanyaan tentang Biro Perlindungan Keuangan Konsumen, tarif, dan Departemen Efisiensi Pemerintah milik Elon Musk.

Terdapat poin-poin dari testimoni Powell, terutama penegasan The FedĀ  jika mereka tidak akan terburu-buru untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

"Dengan posisi kebijakan kami yang sekarang jauh lebih tidak restriktif dibandingkan sebelumnya dan ekonomi yang tetap kuat, kami tidak perlu terburu-buru untuk menyesuaikan posisi kebijakan kami," ujar Powell, dikutip dari CNBC International.

Sebagai catatan, The Fed menahan suku bunga pada Januari 2025 di 4,25-4,50% . The Fed menahan suku bunga setelah memangkasnyaĀ  tiga kali beruntun pada 2024 secara berturut-turut yakni pada September (50 bps), November (25 bps), dan Desember (25 bps)ro) Tbk.

Dalam testimoni tersebut, Powell juga menghadapi serangkaian pertanyaan tentang Biro Perlindungan Keuangan Konsumen, tarif, dan Departemen Efisiensi Pemerintah milik Elon Musk.

Pembubaran CFPB, sebuah badan yang didanai melalui The Fed untuk menjaga independensi dari proses politik, menjadi pusat perhatian selama testimoni kemarin.

Partai Demokrat menyoroti peran CFPB sebagai penegak utama hukum perlindungan konsumen, sering mengutip bagaimana lembaga itu telah mengembalikan lebih dari US$21 miliar kepada konsumen, sementara Partai Republik mengatakan lembaga itu tidak bertanggung jawab sejak didirikan.

Sebagian besar anggota Demokrat di komite itu mengecam Musk dan rekan-rekannya yang mencoba mengakses sistem pemerintah yang sensitif.

Powell juga sempat bertukar pendapat dengan anggota parlemen mengenai tarif dan praktik perdagangan China, meskipun ia tidak terlalu jauh membahas wacana tersebut, seperti yang diharapkan.

Mengenai suku bunga, sikap Powell bahwa The Fed harus mempertahankan suku bunga stabil sejalan dengan sikap pejabat The Fed lainnya dan juga dengan Wall Street, yang bertaruh bahwa suku bunga akan tetap stabil pada pertemuan The Fed bulan Maret, menurut futures.

"Dengan sikap kebijakan kami yang sekarang jauh lebih longgar daripada sebelumnya dan ekonomi yang tetap kuat, kami tidak perlu terburu-buru untuk menyesuaikan sikap kebijakan kami," ujar Powell.

Laporan Kinerja BRI
Hari ini, BRI akan mengumumkan kinerja keuangan 2024. Laporan keuangan ini diharapkan menjadi salah satu sentimen positif bagi pasar saham Indonesia yang lesu.
Sebagai catatan, BRI membukukan laba bersih tahun berjalan secara konsolidasian sebesar Rp60,4 triliun sepanjang 2023 atau melesat 17,5%.

Sementara itu, , hingga akhir Triwulan III 2024 BRI secara konsolidasian berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp45,36 triliun.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

• Penjualan Ritel Indonesia periode Desember 2024
• Testimoni Chairman The Fed Jerome Powell
• Inflasi AS periode Januari 2025
* Konferensi pers Menteri Lingkungan Hidup terkait PROPER di kantor Kementerian LH, Jakarta Timur (09,00 WIB)

*Ā  Press conference kinerja kuartal IV-2024 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (08.30 WIB)

* MoU Kemenko Perekonomian dan RMIT di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat (13.00 WIB).

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

• RUPS PT Asuransi Maximus Graha Persada Tbk (ASMI)
• RUPS PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (MCOR)
• PUBEX PT Multipolar Technology Tbk (MLPT)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular