
Nasib RI: Dihajar Cuaca Ekstrem, Dihujani Sentimen Negatif Tiap Hari

Pasar saham Amerika Serikat (AS) Wall Street berpesta usai saham-saham produsen baja di negeri tersebut kompak melesat. Hal ini disebabkan kebijakan kenaikan tarif pada semua impor baja yang dilayangkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Pada penutupan perdagangan Senin (10/2/2025), Dow Jones menguat 0,38% di level 44.470,35, begitu juga dengan S&P 500 yang terapresiasi 0,67% di level 6.066,48 dan Nasdaq yang melesat 0,98% di level 19.714,27.
Saham produsen baja dan aluminium AS naik pada hari Senin, sehari setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif impor logam baru.
Saham-saham produsen baja AS pun merespon positif, dimana Cleveland-Cliffs (CLF.N) melonjak hampir 18%, Nucor (NUE.N) naik hampir 6%, dan Steel Dynamics (STLD.O) naik hampir 5%. Century Aluminum (CENX.O) naik 10%, Alcoa (AA.N) naik 2,2% dan U.S. Steel (X.N) naik hampir 5%.
Pada hari Minggu (9/2/2025), Trump mengatakan akan mengenakan kenaikan tarif sebesar 25% pada semua impor baja dan aluminium ke AS di atas bea yang ada dan serangkaian tarif timbal balik lebih lanjut di akhir minggu. Ia diperkirakan akan mengumumkan tarif baru pada hari Senin atau Selasa.
"Tidak mengherankan bahwa perusahaan-perusahaan yang akan mendapatkan keuntungan langsung dari kebijakan tarif ini," ujar Christine McDaniel, peneliti senior di Mercatus Center dan mantan Wakil Asisten Sekretaris di Departemen Keuangan.
Pembuat baja Amerika telah bergulat dengan permintaan yang lemah untuk produk mereka karena masuknya impor yang lebih murah memaksa mereka untuk memotong harga dan menghentikan pabrik.
Hampir seperempat dari semua baja yang digunakan di AS diimpor, dengan sebagian besar dari negara tetangga Meksiko dan Kanada atau sekutu dekat di Asia dan Eropa seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.
Produsen baja berusaha membawa rantai pasokan mereka lebih dekat atau ke AS untuk mengimbangi dampak kenaikan tarif, yang menurut Citi Research akan meningkatkan biaya impor sekitar US$150 per ton.
"Tarif memberi mereka keuntungan sementara, tetapi tidak dapat benar-benar lepas dari kenyataan pasar global, ditambah lagi produsen AS yang mengonsumsi baja dan aluminium kini menghadapi harga yang lebih tinggi," tambah McDaniel.
ArcelorMittal sebagai produsen baja terbesar kedua di dunia, berencana membangun fasilitas manufaktur di Alabama untuk memasok ke sektor otomotif, salah satu pembeli baja produksi dalam negeri terbesar. Hyundai Steel dari Korea Selatan juga berencana membangun pabrik di AS.
Tarif tambahan untuk impor aluminium akan meningkatkan produksi domestik AS menjadi sekitar 1 juta metrik ton per tahun dari hampir 750.000 metrik ton, menurut analis J.P.Morgan, serupa dengan kenaikan yang terlihat selama perang tarif 2018.
AS masih akan sangat bergantung pada impor untuk memenuhi permintaan aluminium tahunannya sekitar 5 juta metrik ton. Logam ini banyak digunakan di sektor kedirgantaraan, yang telah bergulat dengan tantangan rantai pasokan.
Dalam masa jabatan pertamanya, Trump mengenakan tarif sebesar 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium, tetapi kemudian memberikan beberapa pengecualian bebas bea kepada mitra dagang, termasuk Kanada, Meksiko, dan Brasil.
(saw/saw)