Newsletter

Investor RI Tak Bisa Tidur Nyenyak Karena Amerika

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
07 January 2025 06:00
Bendera AS
Foto: AFP via Getty Images/SUZANNE CORDEIRO

Perdagangan pasar keuangan RI pada Selasa hari ini (7/1/2024) akan banyak dipengaruhi oleh penantian rilis data dari negeri Paman Sam, terutama terkait pasar tenaga kerja.

Sementara dari dalam negeri tidak ada banyak data yang rilis, tetapi pasar tampaknya bisa merespon beberapa data yang diumumkan pada konferensi pers APBN Kita kemarin.

Berikut rinciannya :

1. Neraca Dagang AS

Data neraca dagang akan menjadi data pertama yang dinanti dari AS pada hari ini sekitar pukul 20.30 WIB.

Melansir proyeksi pasar dari laman Tradingeconomic, neraca dagang AS untuk periode November 2024 akan mengalami defisit yang makin lebar menjadi US$ 78 miliar.

Sebelumnya, pada Oktober 2024, defisit neraca dagang AS sempat menyempit jadi US$ 73,8 miliar, dibandingkan bulan sebelumnya US$ 83,8 miliar.

Waktu itu, defisit neraca dagang berhasil menyempit karena ekspor turun 1,6% menjadi $265,7 miliar lantaran lebih rendahnya penjualan perlengkapan dan bahan industri, konsumen barang, mobil penumpang, truk, bus, dan aksesoris komputer.

Di sisi lain, ekspor meningkat untuk perjalanan, transportasi, biaya penggunaan kekayaan intelektual, telekomunikasi, komputer, dan lain-lain. dan jasa informasi, serta jasa pemeliharaan dan perbaikan.

Sementara itu, impor mengalami kontraksi sebesar 4% menjadi $339,6 miliar, dengan penurunan pembelian komputer, semikonduktor, kendaraan otomotif, suku cadang dan mesin, minyak mentah, dan sediaan farmasi defisit menyempit dengan Tiongkok (U$-25,5 miliar vs U$-26,9 miliar), Meksiko (U$-15,4 miliar vs U$-16 miliar), Kanada (U$-4,4 miliar vs U$-5,8 miliar) dan Uni Eropa (U$-17,1 miliar vs U$-23,8 miliar).

2. ISM Service PMI AS

Berikutnya pada hari ini pukul 22.00 WIB, akan ada rilis data PMI terkait Jasa di AS periode Desember 2024 oleh ISM.

Menurut laman Forexlive, para analis memperkirakan ISM Jasa akan naik menjadi 53,5 pada Desember, dibandingkan pada November sebesar 52,1.

Sebagai dasar perbandingan, menurut data PMI awal S&P Global untuk bulan tersebut menunjukkan aktivitas bisnis Jasa naik ke level tertinggi dalam 38 bulan pada bulan Desember, menjadi 58,5 dari 56,1, dengan pesanan baru meningkat pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Maret 2022.

Data gabungan PMI menunjukkan bahwa pertumbuhan terutama didorong oleh sektor jasa pada bulan Desember lemah, dengan kenaikan harga pada tingkat paling lambat sejak Juni 2020; sementara biaya bahan baku di sektor manufaktur melonjak, perlambatan di sektor jasa membantu mengurangi tekanan inflasi secara keseluruhan, kata S&P kenaikannya tidak terlalu besar, mencerminkan keputusan kepegawaian yang berhati-hati yang bertujuan untuk mengendalikan biaya. 

3. JOLTs Job Openings dan Job Quit AS

Terakhir, sekitar waktu yang sama dengan rilis PMI Service, pasar akan menantikan rilis data Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) yang meliputi pembukaan pekerjaan baru (Job Opening) dan laporan pemutusan hubungan kerja secara sukarela (Job Quit) November

Mengutip dari CNBC, menurut proyeksi Dow Jones, ekonom memperkirakan 7,7 juta tambahan lowongan pekerjaan di bulan November.

Sementara itu, menurut sumber yang sama, untuk laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP untuk bulan Desember akan dirilis pada hari Rabu, yang merupakan ukuran perubahan jumlah orang yang bekerja di sektor swasta di AS. Diperkirakan akan menunjukkan bahwa 130.000 pekerjaan ditambahkan pada bulan Desember.

Sementara itu, menurut laman Tradingeconomics, untuk jumlah job quits pada November diperkirakan turun 3,31 juta dibandingkan bulan sebelumnya yang sempat naik ke posisi lima bulan tertinggi sebanyak 3,32 juta.

4. Hasil Konferensi Pers APBN Kita

Beralih ke dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan beberapa hal dalam konferensi pers APBN Kita di Gedung Djuanda, Kemenkeu pada Senin kemarin (6/1/2025), meliputi asumsi dasar makro dan tutup buku APBN 2024.

Tercatat, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 defisit sebesar 2,29% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Adapun, seluruh asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN 2024 meleset dari target.

Pertama, dari inflasi yang diasumsikan mencapai 2,8% yoy, namun realisasi akhir tahun, IHK hanya tumbuh 1,57% yoy.

Kedua, nilai tukar rupiah diasumsikan Rp 15.000/US$, tetapi yang terjadi nilai tukar rupiah hingga penghujung tahun lalu masih betah di atas Rp16.000/US$.

Terakhir, dari proyeksi pertumbuhan ekonomi yang diasumsikan bisa mencapai 5,2% yoy, tampaknya tidak akan mencapai target, tetapi Sri Mulyani mengatakan akan mencapai sesuai outlook di kisaran 5%.

"Pertumbuhan ekonomi kuartal I capai 5,11%, kuartal II 5,05%, kuartal III 4,95%, dan kuartal IV masih belum keluar, kita estimasi keseluruhan tahun diperkirakan di 5%," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (6/1/2025).

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular