
Libur Nataru Dihantui Isu Daya Beli, Semoga IHSG Masih Bisa Kasih Cuan

Perdagangan hari ini tampaknya cukup sepi mengingat hari ini merupakan hari terakhir di pekan ini dan juga hari kejepit setelah tanggal 25 dan 26 Desember 2024 merupakan hari libur serta 28 dan 29 Desember 2024 merupakan hari libur juga.
Jika dilihat dari sentimen yang ada baik domestik maupun eksternal, tampak tidak ada sentimen yang benar-benar memiliki dampak besar bagi pasar keuangan Tanah Air kecuali konflik di sekitar Timur Tengah.
Klaim Pengangguran AS
Klaim pengangguran AS hampir tidak berubah, tetapi klaim berkelanjutan mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terakhir atau sejak minggu 13 November 2021, ketika pasar tenaga kerja masih pulih dari pemutusan hubungan kerja akibat pandemi Covid-19 pada musim semi 2020.
Pengajuan awal untuk asuransi pengangguran hampir tidak berubah minggu lalu, meskipun jumlah pengangguran jangka panjang tampaknya meningkat, menurut laporan Departemen Tenaga Kerja pada Kamis.
Klaim pengangguran tercatat 219.000 untuk minggu yang berakhir pada 21 Desember, hanya 1.000 lebih rendah dari periode sebelumnya dan lebih rendah dari perkiraan konsensus 225.000 dari Dow Jones.
Namun, klaim berkelanjutan, yang tercatat satu minggu setelahnya, meningkat menjadi 1,91 juta, naik 46.000 dan level tertinggi sejak 13 November 2021.
Peningkatan jumlah klaim berkelanjutan ini menunjukkan bahwa beberapa orang yang menerima tunjangan mungkin kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan baru. Hal ini bisa berarti bahwa permintaan untuk pekerja sedang menurun, meskipun ekonomi tetap kuat.
Durasi pengangguran yang lebih lama telah meningkat sepanjang tahun ini. Mereka yang menganggur selama 27 minggu atau lebih berjumlah 1,66 juta pada bulan November, tertinggi sejak Januari 2021, menurut Bureau of Labor Statistics.
Pasar tenaga kerja AS baru-baru ini menunjukkan tanda-tanda pelambatan, namun tetap sehat secara keseluruhan dan bertahan lebih baik dari yang diprediksi oleh banyak ekonom, mengingat suku bunga yang telah tinggi selama beberapa tahun. Bank sentral AS (The Fed) menerapkan serangkaian kenaikan suku bunga pada 2022 dan 2023 untuk mencoba mengendalikan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam empat dekade, yang muncul selama pemulihan ekonomi AS pasca resesi pandemi yang singkat namun tajam.
Serangan Pakistan terhadap Afghanistan
Militer Pakistan tiba-tiba melakukan serangan udara ke negara tetangga Afghanistan. Mengutip Al-Jazeera, Kamis (26/12/2024), serangan ini menimbulkan peringatan dari pemerintah Afghanistan, Taliban. Pakistan diyakini menargetkan tempat persembunyian Tehreek-e-Taliban Pakistan/TTP, kelompok bersenjata di provinsi Pakistan yang juga dikenal dengan Taliban Pakistan.
Kendati tidak ada pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Pakistan atau sayap media militer ISPR, sumber mengonfirmasi bahwa serangan itu terjadi di distrik Barmal Afghanistan, dekat distrik suku Waziristan Selatan Pakistan, di provinsi Khyber Pakhtunkhwa.
Pemerintah Afghanistan membenarkan adanya serangan namun bersikeras mengatakan target Pakistan adalah warga sipil. Kantor juru bicara Taliban mengatakan bahwa sedikitnya 46 orang tewas dalam serangan udara itu termasuk wanita dan anak-anak.
"Pihak Pakistan harus memahami bahwa tindakan sewenang-wenang tersebut bukanlah solusi untuk masalah apa pun," tulis juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan, Enayatullah Khowarazami, di platform media sosial X.
"Emirat Islam tidak akan membiarkan tindakan pengecut ini tidak terjawab dan menganggap pertahanan wilayahnya sebagai hak yang tidak dapat dicabut," tambahnya, merujuk Afghanistan dengan nama yang diberikan oleh pemerintah Taliban.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Pakistan, lebih dari 1.500 insiden kekerasan dalam 10 bulan pertama tahun ini telah mengakibatkan sedikitnya 924 kematian. Di antara korban tersebut terdapat sedikitnya 570 personel penegak hukum dan 351 warga sipil.
Pakistan Institute for Conflict and Security Studies (PICSS), sebuah organisasi penelitian yang berpusat di Islamabad, melaporkan lebih dari 856 serangan sejauh ini pada tahun 2024. Angka itu melampaui 645 insiden yang tercatat pada tahun 2023.
Risiko Pasar di 2025
Torsten Sløk, kepala ekonom di Apollo, mengatakan dalam sebuah catatan pada Senin lalu bahwa probabilitas terjadinya resesi di AS pada 2025 adalah 0%.
Dia merilis 12 risiko utama yang perlu diperhatikan untuk pasar global pada tahun 2025, dan penurunan ekonomi yang signifikan bukanlah salah satunya. Tahun 2024 memberikan tahun lain dengan keuntungan ekonomi yang kuat, melanjutkan pencapaian yang diraih pada 2023. PDB AS diperkirakan akan tumbuh hampir 3% pada tahun 2024, dan ekonomi telah menambah sekitar 2 juta pekerjaan.
Secara keseluruhan, sebagian besar ekonom terkejut. Banyak yang mengharapkan perlambatan ekonomi menjelang tahun 2024. Sebaliknya, ekonomi justru mempercepat.
"Ekonomi AS tumbuh jauh lebih cepat dari yang diperkirakan tahun ini, didorong oleh pertumbuhan yang solid dalam pengeluaran konsumen," kata Jan Hatzius, kepala ekonom di Goldman Sachs, dalam sebuah catatan pada akhir pekan lalu.
Sløk melaporkan di urutan teratas daftarnya adalah tarif, yang dia perkirakan memiliki probabilitas 90% untuk diberlakukan oleh pemerintahan Trump yang akan datang.
Trump mengancam akan mengenakan tarif berkali-kali selama kampanyenya, dan dia semakin memperburuk ancaman tersebut setelah memenangkan pemilu pada November, bahkan menargetkan dua sekutu terdekat AS, Kanada dan Meksiko.
Libur Panjang Natal Tahun Baru
Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) semakin dekat. Kemeriahan libur Nataru diharapkan bisa ikut menjadi berkah ekonomi karena adanya peningkatan konsumsi.
Sejumlah emiten diharapkan bisa mendapat cuan besar dari libur Nataru. Di antaranya emiten yang bergerak di consumer goods, transportasi, hotel, jasa makanan, telekomunikasi, hingga perbankan.
Perusahaan seperti PT Unilever Indonesia, PT Garuda Indonesia, PT Jasa Marga, PT Telkom, hingga PT Bank Rakyat Indonesia diharapkan ikut mendapat cuan karena konsumsi biasanya melesat pada libur Nataru.
Chief Economist Bank Central Asia, David Sumual bahwa daya beli masyarakat akan memberikan sedikit pengaruh musiman liburan akhir tahun.
"Sektor makanan, minuman, hiburan, hotel, transportasi akan terpengaruh positif," kata David.
Begitu pula dengan Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan yang menyampaikan bahwa momen Nataru secara musiman mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Indonesia, terutama di sektor ritel, pariwisata, transportasi, dan makanan dan minuman.
"Secara keseluruhan, konsumsi Nataru berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan, meskipun tidak cukup untuk sepenuhnya mengatasi perlambatan di sektor lain," papar Felix.
Besarnya aliran uang selama Nataru tercermin dari perputaran uang selama Nataru dalam empat tahun terakhir. Bank Indonesia (BI) memperkirakan uang tunai sebesar Rp133,7 triliun untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025. Jumlah tersebut meningkat 2,56% dari realisasi di periode Nataru 2023 yang senilai Rp130,37 triliun.
Namun, libur Nataru tahun ini bisa saja sedikit berbeda. Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri Permana yang mengutarakan bahwa dampak Nataru & libur sekolah ke konsumsi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih terbatas dibandingkan tahun lalu.
Kondisi daya beli masyarakat yang rendah dibandingkan tahun lalu serta ekspektasi pelemahan daya beli karena akan ada kenaikan Pajak Pertambahan Nilai dan lain-lain menjadi alasan dibalik sedikit pesimisnya dampak Nataru dan libur sekolah.