Newsletter

Pekan Pembuktian: Adu Kuat Belanja Warga AS, RI Hingga China

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
09 December 2024 06:26
Ilustrasi Wall Street. (AP/J. David Ake)
Foto: Infografis/ Produk FMCG/ Edward Ricardo

Beralih ke AS, bursa saham Wall Street sepanjang pekan lalu secara mayoritas bergairah, di mana hanya indeks Dow Jones yang terpantau lesu pada pekan lalu.

Secara point-to-point pada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,63%. Namun indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite terpantau bergairah pekan lalu. S&P 500 menguat 0,83%, sedangkan Nasdaq melonjak 3,34%.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones melemah 0,28%. Sedangkan S&P 500 menguat 0,25% dan Nasdaq melesat 0,81%.

S&P 500 dan Nasdaq cerah bergairah karena data pekerjaan AS memicu ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada pertemuan bulan ini.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan pertumbuhan pekerjaan melonjak pada November lalu, tetapi peningkatan angka pengangguran menjadi 4,2% menunjukkan pasar tenaga kerja mereda.

Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang dirilis Jumat lalu menunjukkan nonfarm payrolls (NFP) meningkat sebesar 227.000 pada November, setelah revisi kenaikan menjadi 36.000 di bulan Oktober.

Karena data belakangan ini berfluktuasi, para ekonom kini fokus pada rata-rata pertumbuhan payroll selama tiga bulan terakhir yang mencapai 173.000.

Tingkat pengangguran sedikit meningkat, sementara pertumbuhan upah melampaui ekspektasi.

Angka-angka ini, setelah disesuaikan dengan dampak mogok kerja di Boeing Co dan badai, mendukung pandangan The Fed bahwa pasar tenaga kerja tetap solid, meskipun tidak lagi menjadi sumber utama inflasi.

Meskipun tekanan harga tetap tinggi dalam beberapa bulan terakhir, The Fed telah mulai menurunkan suku bunga untuk mendorong ekonomi dan menjaga stabilitas lapangan kerja.

Ketua The Fed, Jerome Powell menyatakan bahwa keputusan bank sentral untuk memulai penurunan suku bunga dengan langkah setengah poin pada September dirancang untuk memberikan "sinyal kuat" tentang niat The Fed mendukung pasar tenaga kerja.

Pada pertemuan November, kebijakan kembali ke pengurangan suku bunga seperempat poin, dan beberapa pejabat mengindikasikan mungkin akan segera ada jeda dalam pemotongan, mengingat ketahanan ekonomi.

Kabar ini membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) melandai, dan dolar AS pun ikutan melemah. Pelaku pasar kini meningkatkan spekulasi adanya pemotongan suku bunga oleh The Fed pada akhir bulan ini.

Pejabat The Fed juga akan memantau data terbaru terkait harga konsumen dan produsen, serta penjualan ritel, sebelum pertemuan terakhir mereka tahun ini pada 17-18 Desember 2024.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular