Newsletter

The Fed Pangkas Suku Bunga Lagi, IHSG - Rupiah Siap Happy Weekend!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
08 November 2024 06:00
Foto kolase Calon Presiden AS Donald Trump, Ketua Federal Reserve Amerika Serikat, Jerome Powell, dan Calon Presiden AS Kamala Harris.
Foto: Foto kolase Calon Presiden AS Donald Trump, Ketua Federal Reserve Amerika Serikat, Jerome Powell, dan Calon Presiden AS Kamala Harris. (AP Photo)

Berbagai sentimen positif mulai datang akhir pekan ini yang potensi membuat IHSG sampai rupiah bisa berbalik arah hijau. Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) akhirnya kembali memangkas suku bunga, cadangan devisa RI juga masih cukup tebal, kini pasar tinggal mencermati pertemuan kongres China untuk melihat bagaimana kebijakan stimulus ekonomi-nya. 

Berikut rincian sentimen pasar pada hari ini : 

Tok! The Fed Pangkas Suku Bunga 25 Bps

Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas suku bunga acuan dengan besaran 25 basis points (bps) menjadi 4,50-4,75% pada Kamis waktu AS atau Jumat dini hari waktu Indonesia.

Pemangkasan sebesar 25 bps ini adalah kali kedua yang dilakukan The Fed dalam dua pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) secara beruntun. Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 bps pada September lalu. Dengan demikian, suku bunga The Fed sudah dipangkas 75 bps.

Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih dari setahun.

The Fed dalam keterangannya menjelaskan pemangkasan suku bunga dilakukan karena meyakini inflasi AS sudah bergerak menuju target kisaran mereka di angka 2%. Indikator ekonomi terbaru menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi terus berkembang dengan kecepatan yang solid

"Tingkat pengangguran naik namun tetap rendah. Inflasi telah menunjukkan kemajuan menuju target sasaran 2% tetapi tetap berada pada tingkat yang cukup tinggi," tulis The Fed dalam website resmi mereka.

Pemangkasan suku bunga ini akan menjadi gairah bagi pasar keuangan global lantaran akan memicu bank sentral lain ikut memangkas suku bunga-nya, termasuk Bank Indonesia (BI). Suku bunga melandai akan menambah likuiditas bagi pasar yang membuat ekonomi kembali berputar. 

Ekonomi Mulai Pulih, Ekspor China Tumbuh Pesat 

Usai kemenangan Trump yang potensi membuat kebijakan menantang bagi barang-barang impor China, malah sang Naga Asia ini mencatat pertumbuhan ekspor yang pesat. 

Pengiriman barang keluar (ekspor) dari China mengalami pertumbuhan tercepat lebih dari dua tahun terakhir pada Oktober, tumbuh 12,7% secara tahunan (yoy),  jauh di atas perkiraan kenaikan 5,2% dalam jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom, serta peningkatan 2,4% pada bulan September.

Namun, untuk  impor mengalami penurunan sebesar 2,3%, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 1,5%.

Neraca dagang China pada bulan lalu pun melesat jadi US$ 95,27 miliar, naik dari bulan sebelumnya US$ 81,71 miliar dan melampaui ekspektasi yang berharap turun ke US$ 75,11 miliar. .

Momentum ekspor ini menjadi salah satu titik terang bagi ekonomi negeri asal Panda yang berjuang mengatasi lemahnya permintaan domestik dan krisis utang di pasar properti. Namun, para ekonom memperingatkan agar pembuat kebijakan China tidak terlalu mengandalkan ekspor untuk pertumbuhan dan mendesak adanya stimulus tambahan. 

Kini pelaku pasar juga sedang menanti jalannya pertemuan National People Congres yang akan membahas lebih lanjut stimulus jumbo lanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Tiongkok. 

Sebagai catatan, paket fiskal jumbo potensi senilai US$1,4 triliun yang kemungkinan akan disetujui pekan ini yang diharapkan dapat menstabilkan neraca keuangan pemerintah daerah dan pengembang properti, serta meredakan tekanan yang membebani konsumsi. 

Cadangan Devisa Indonesia Masih Tebal 

Kabar baik juga datang dari ekonomi Tanah Air dengan cadangan devisa yang masih tebal, ini diharapkan mampu digunakan sebagai tambahan untuk penguatan mata uang RI. 

Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2024 tercatat sebesar US$ 151,2 miliar. Realisasi tersebut meningkat US$ 1,3 miliar dari sebelumnya US$ 149,9 miliar. Demikianlah siaran pers BI yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (7/11/2024). Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain bersumber dari penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.

Data tersebut menunjukkan, cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal. Prospek ekspor yang tetap positif serta neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus, sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik, mendukung tetap terjaganya ketahanan eksternal."

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular