
AS, Wall Street & Bitcoin Berpesta: Saatnya RI Kecipratan Berkah Juga?

Pasar keuangan RI pada Kamis hari ini (7/11/2024) akan banyak diwarnai data dari eksternal, mulai dari efek kelanjutan hasil pemilu AS yang dimenangkan Donald Trump, kebijakan suku bunga the Fed, sampai rilis data AS dan China.
Sebagai catatan juga, dengan melihat bursa Wall Street pecah rekor tertinggi sepanjang masa, ini diharapkan bisa menular ke pasar keuangan secara keseluruhan, termasuk Indonesia.
Berikut rincian berbagai sentimen yang akan mempengaruhi pasar hari ini :
Trump Effect, Wall Street - Bitcoin Kompak Pecah Rekor
Calon presiden (capres) dari Partai Republik Donald Trump memenangkan pemilu Amerika Serikat (AS), 5 November. Kemenangan Trump dipastikan setelah dirinya meraup 277 suara electoral, Rabu (6/11/2024) sekitar pukul 5.30 waktu setempat atau 17.30 WIB. Hingga Kamis (7/11/2024) pukul 05.21 WIB, Trump sudah mengantongi 265 electoral college sementara Harris sebanyak 226.
Batas electoral vote di AS sendiri adalah 270 suara.
Trump juga memenangkan popular vote, di mana ia berhasil mengumpulkan 72.083.871 suara (51%) sementara Kamala mengumpulkan 67.274.910 (48%)
Suara Trump melampai 270 setelah ia mengamankan negara bagian penentu kemenangan, swing state, Wisconsin dengan 49% kemenangan. Ia unggul di semua swing states, termasuk Arizona, Michigan, Nevada, Georgia, Nort Carolina dan Pennsylvania.
Kemenangan Trump membuat berbagai asset class berisiko seperti saham sampai crypto meroket. Tiga indeks acuan di bursa saham AS semuanya kompak naik dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Begitu juga, Bitcoin mencapai posisi di atas US$ 75.000 yang merupakan level All Time High.
Kemenangan Trump juga sudah membawa terbang Wall Street dengan ketiga indeks mencetak rekor (baca halaman 2)
Usai Pemilu AS, Fokus Beralih ke Rapat The Fed
Berikutnya, usai pemilu AS sudah bisa dipastikan siapa pemenangnya, kini pelaku pasar beralih fokus pada penantian kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
The Fed sendiri melangsungkan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) selama dua hari sejak kemarin sampai hari ini (6-7 November 2024).
Hasil keputusan kemudian akan kita dapatkan pada Jumat dini hari ini (8/11/2024) waktu Indonesia.
Pasar memperkirakan Komite Pasar Terbuka Federal akan memangkas suku bunga lagi sebesar 0,25% pada tanggal 7 November, menurut perkiraan oleh CME FedWatch Tool kini peluang pemangkasan sudah mencapai nyaris 99%.
Ini akan menjadi pemangkasan kedua dalam siklus ini setelah pengurangan sebesar 0,5% pada tanggal 18 September dan akan membawa kisaran target untuk suku bunga dana federal antara 4,5% dan 4,75%.
![]() Proyeksi pemangkasan suku bunga pada pertemuan the Fed 7 November 2024 menurut CME FedWatch Tool |
Sebagai informasi juga, AS pada hari akan merilis beberapa data sebelum rapat the Fed berakhir, diantaranya data klaim pengangguran awal dan berkerlanjutan.
Sebagai informasi juga, pada pekan lalu, data pasar tenaga kerja AS tidak terduga mengalami pelemahan dari data penambahan pekerjaan di luar pertanian hanya sebesar 12.000 pada Oktober, ini sangat jauh di bawah perkiraan sebesar 100.000 pekerjaan.
Angka itu menjadi yang terlemah sejak Desember 2020, sementara untuk tingkat pengangguran masih sesuai ekspektasi di 4,1% pada Oktober, sama seperti bulan sebelumnya.
Seputar Data China : Cadangan Devisa - Neraca Dagang
Pada Kamis (7/11/2024), dari sang Naga Asia juga akan merilis beberpa data, salah satunya terdapat cadangan devisa China untuk periode Oktober 2024. Sebelumnya, cadangan devisa China naik sebesar US$28,1 miliar menjadi US$3,316 triliun pada September 2024, sedikit di atas ekspektasi pasar sebesar US$3,3 triliun.
Ini merupakan bulan ketiga berturut-turut ekspansi ke level tertinggi sejak Desember 2015, mengonsolidasikan posisi PBoC sebagai pemilik cadangan devisa terbanyak di antara otoritas moneter lainnya.
Sementara itu, cadangan emas naik menjadi setara dengan US$191,5 miliar dari setara dengan US$183 miliar pada bulan sebelumnya, sejalan dengan lonjakan harga emas di tengah momentum pelonggaran kebijakan moneter oleh bank-bank sentral utama di seluruh dunia.
Menanti Cadangan Devisa Indonesia
Sementara itu, dari dalam negeri, pelaku pasar juga menantikan data ekonomi yakni cadangan devisa oleh Bank Indonesia untuk periode Oktober 2024.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2024 tetap tinggi sebesar US$ 149,9 miliar. Posisi ini turun dibandingkan posisi pada akhir Agustus 2024 sebesar US$ 150,2 miliar.
Perkembangan cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi cadangan devisa pada akhir September 2024 setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal. Prospek ekspor yang tetap positif, neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik, mendukung tetap terjaganya ketahanan eksternal.
(tsn/tsn)