Newsletter

Investor Rapatkan Barisan! AS-Timur Tengah Bisa Guncang Pasar Hari ini

Revo M, CNBC Indonesia
Kamis, 10/10/2024 06:00 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG ambruk sementara rupiah menguat
  • Wall Street pesta pora dengan menguat tajam
  • Data inflasi AS, risalah FOMC, serta panasnya Timur Tengah akan menjadi sentimen hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup bervariatif pada Rabu (9/10/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat, dan Surat Berharga Negara (SBN) tampak kembali dibeli investor.

Pasar keuangan diperkirakan akan dipengaruhi oleh sentimen eksternal pada hari ini, Kamis (10/10/2024) dengan terdapat beberapa sentimen yang masih ditunggu pelaku pasar pada malam hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (9/10/2024), IHSG melemah 0,74% ke posisi 7.501,28. IHSG masih berada di level psikologis 7.500.

Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp13 triliun dengan melibatkan 34 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 237 saham terapresiasi, 334 saham terdepresiasi, dan 228 saham stagnan.

Sementara dari sisi investor asing, tampak net sell dalam jumlah yang cukup besar Rp2,53 triliun di seluruh pasar.

Keseluruhan indeks berada di zona merah dengan sektor energi dan properti menjadi yang paling besar koreksinya dan menjadi penekan terbesar IHSG kemarin, yakni mencapai 0,76%.

Sedangkan sektor healthcare mengalami penurunan paling tipis yakni 0,01%.

Sementara dari pasar mata uang, rupiah kembali terpantau menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan kemarin sebesar 0,16% ke angka Rp15.615/US$.

Penguatan rupiah kali ini juga didukung oleh harapan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) AS akan terus melandai, sehingga menurunkan tekanan terhadap kebijakan suku bunga yang lebih ketat.

Inflasi yang melandai dapat memperkuat asumsi bahwa bank sentral AS (The Fed) melanjutkan kebijakan pelonggarannya.

Selanjutnya, beralih pada imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun terpantau kembali menurun dari 6,716% menjadi 6,677%.

Penurunan imbal hasil SBN ini telah terjadi dua hari beruntun atau sejak 8 Oktober 2024.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan minat investor mulai kembali lagi ke SBN.


(rev/rev)
Pages