Newsletter

Punya Amunisi Baru! Ini Hitung-hitungan IHSG & Rupiah Bisa Cetak Rekor

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Senin, 23/09/2024 06:00 WIB
Foto: Pixabay/gerd Altmann
  • Pasar keuangan Tanah Air pada pekan lalu terpantau bervariasi, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau merana, sedangkan rupiah dan Surat Berharga Negara (SBN) terpantau perkasa.
  • Wall Street terpantau bergairah pada pekan lalu, merespons berakhirnya era suku bunga tinggi setelah The Fed memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan pekan lalu.
  • Pekan ini, pasar menanti pidato para pejabat The Fed terkait potensi berakhirnya era suku bunga tinggi dan data ekonomi AS lainnya di sisa September 2024.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air pada pekan lalu terpantau bervariasi, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau merana, sedangkan rupiah dan Surat Berharga Negara (SBN) terpantau perkasa.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan mencetak kinerja positif setelah pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat (AS) dan Indonesia. Selengkapnya mengenai sentimen pekan ini dan hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Pada pekan lalu, IHSG merosot 0,88% secara point-to-point (ptp). Sejatinya, pada pekan lalu IHSG masih cukup cemerlang dan sempat kembali mencetak rekor tertinggi barunya serta menyentuh level psikologis 7.900 tepatnya pada perdagangan Kamis (19/9/2024).

Namun sayangnya pada perdagangan Jumat pekan lalu, IHSG terpaksa ditutup ambruk lebih dari 2% hingga kembali ke level psikologis 7.700, tepatnya di 7.743.

Meski ditutup ambruk lebih dari 2% pada perdagangan akhir pekan lalu, tetapi investor asing tercatat masih memburu saham-saham di RI. Pada Jumat lalu, asing masih mencatatkan pembelian bersih (net buy) atau inflow sebesar Rp 687,12 miliar di pasar reguler.

Sepanjang pekan lalu, asing tercatat net buy mencapai Rp 5,37 triliun di pasar reguler.

Sedangkan untuk rupiah sepanjang pekan lalu terpantau perkasa yakni 1,62% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) secara point-to-point (ptp). Rupiah pun makin dekati level Rp 15.000/US$.

Pada perdagangan Jumat lalu, rupiah ditutup menguat 0,56% di Rp 15.145/US$. Posisi rupiah saat ini adalah yang terkuat sejak Agustus 2023 atau lebih dari setahun.

Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil (yield) tenor 10 tahun yang merupakan acuan SBN negara berada sepanjang pekan lalu terpantau turun 22,2 basis poin (bp) menjadi 6,429%, dari sebelumnya pada posisi pekan sebelumnya di 6,651%.

Yield yang turun menandai harga SBN yang sedang naik, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Yield SBN turun juga menandakan bahwa investor cenderung sedang memburu SBN, terutama investor asing.

IHSG ambruk di akhir pekan setelah hampir sebulan bertahan di level psikologis 7.700-7.800. Bahkan pada perdagangan Kamis lalu, IHSG berhasil menyentuh level psikologis 7.900. Tak hanya itu saja, IHSG sejak Agustus lalu selalu mencetak rekor terbarunya.

Namun, reli indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut terpaksa terhenti pada Jumat lalu, di mana saham-saham Prajogo Pangestu menjadi penekannya terutama saham PT Barito Renewables Energy Tb/ BREN yang menjadi paling besar, setelah adanya kabar bahwa emiten energi baru terbarukan (EBT) tersebut dikeluarkan dari indeks FTSE karena tidak memenuhi ketentuan free float.

Dalam pernyataan FTSE, mereka menjelaskan ada empat pemegang saham yang mengendalikan 97% dari total saham yang diterbitkan.

Penghapusan saham BREN kemudian akan efektif sejak pembukaan pada hari Rabu pekan depan.

Sebelumnya, BREN akan masuk ke dalam indeks FTSE Global Equity Series - Large Cap yang akan berlaku per 20 September 2024 dan efektif pada 23 September 2024.

Di lain sisi, pasar juga tampaknya mulai meralisasikan keuntungannya pada hari ini, setelah hampir sebulan IHSG merangkak naik ke level 7.800-an hingga 7.900-an.

Namun jika dilihat dari data perdagangan, sejatinya beberapa saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) selain emiten Prajogo yang seringkali menjadi penggerak IHSG koreksinya masih cenderung terbatas pada perdagangan akhir pekan lalu, terutama saham perbankan raksasa.

Alhasil, koreksi IHSG pada Jumat lalu tampaknya lebih diakibatkan oleh sell on news setelah adanya kabar bahwa saham BREN resmi keluar dari indeks FTSE.


(chd/chd)
Pages