Newsletter

Wall Street Catat rkeor Tertinggi Sepanjang Masa, IHSG Bakal ke 9.000?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
20 September 2024 06:00
federal reserve
Foto: REUTERS/Eduardo Munoz

Pasar keuangan RI hari ini masih akan diselimuti oleh sentimen seputar pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Terutama proyeksi suku bunga di sisa pertemuan tahun ini.

The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Basis Poin

The Fed membuat kejutan dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,0% pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pemangkasan sebesar 50 bps lebih besar dibandingkan ekspektasi pasar yang hanya 25 bps. Pemangkasan ini merupakan yang pertama sejak Maret 2020 atau empat tahun lalu saat awal pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih.

The Fed meyakini inflasi AS sudah bergerak menuju target kisaran mereka di angka 2% sehingga memangkas suku bunga. Namun, faktor utama dari pemangkasan sebesar 50 bps adalah tingkat pengangguran AS yang melambung.

"Mengingat kemajuan dalam inflasi dan keseimbangan risiko, Komite memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps," tulis The Fed dalam website resmi mereka.

Pemangkasan Suku Bunga Kali Ini Akan Berlanjut

Anggota FOMC melihat suku bunga acuan The Fed ada di 4,4% pada akhir tahun ini, setara dengan 4,25%-4,5%. The Fed akan menggelar pertemuan FOMC kembali pada 7 November dan 18 Desember 2024.

Sementara itu untuk 2025, The Fed memproyeksikan suku bunga berada di 3,4%. Angka ini mengindikasikan adanya pemotongan 100 bps atau 1%. Pada 2026, suku bunga diharapkan turun menjadi 2,9% atau dipangkas 50 bps.

Pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin jarang terjadi dalam sejarah The Fed.
Pada periode 1994-2024 atu dalam 30 tahun terakhir, The Fed hanya memangkas suku bunga 50 bps atau lebih dalam kondisi darurat atau krisis yakni pada 2001 saat terjadi krisis
bubble internet atau gelembung dot-com.

Pemangkasan 50 bps dan lebih juga dilakukan saat ekonomi AS dilanda krisis subprime Mortgage pada 2007-2008. Pemangkasan sebesar 150 bps dilakukan pada Maret 2020 saat seluruh dunia dihantam pandemi Covid-19.

S&P 500 dan Dow Jones Cetak Posisi Tertinggi

IHSG memiliki dorongan untuk kembali menguat dari pasar saham AS yang menjadi salah satu acuan bursa saham dunia.

Saat Wall Street menguat, biasanya akan diikuti oleh bursa saham lainnya termasuk Indonesia. 

Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 naik ke level tertinggi sepanjang masa, karena para pelaku pasar menyambut baik keputusan Federal Reserve pada hari Rabu untuk menurunkan suku bunga sebesar setengah poin persentase.

Indeks 30 saham naik 522,09 poin, atau 1,26%, berakhir di 42.025,19, menandai penutupan pertamanya di atas ambang batas 42.000. S&P 500 naik 1,7% untuk ditutup di 5.713,64, melampaui angka 5.700 untuk pertama kalinya.

Menanti Keputusan Moneter Bank Sentral Jepang

Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) diperkirakan akan tetap bertahan dan menunggu bagaimana dinamika inflasi berkembang sebelum memutuskan kapan harus menaikkan suku bunga lagi. Angka inflasi konsumen Jepang untuk bulan Agustus juga akan dirilis pada hari ini.

Para ekonom memperkirakan tingkat inflasi inti tahunan akan naik menjadi 2,8% dari 2,7% pada Juli, yang akan menandai kenaikan keempat berturut-turut dan mendorong inflasi lebih jauh di atas target 2% BoJ.

Pengaruh politik mungkin juga memengaruhi pemikiran pejabat BoJ. Sanae Takaichi, Menteri Keamanan Ekonomi Jepang dan kandidat utama dalam pemilihan kepemimpinan partai yang berkuasa, telah memperingatkan BOJ agar tidak menaikkan suku bunga.

BoJ mengakhiri suku bunga negatif pada bulan Maret dan menaikkan suku bunga jangka pendek menjadi 0,25% pada bulan Juli, yang menandai perubahan besar dari program stimulus selama satu dekade yang bertujuan untuk memacu inflasi.

Suku Bunga BoJFoto: Refinitiv
Suku Bunga BoJ

Bank Sentral China Segera Pangkas Suku Bunga

Sementara itu, People's Bank of China (PBOC) diperkirakan akan memangkas suku bunga kebijakan utama dan suku bunga pinjaman acuannya. Hal ini didorong oleh pemotongan suku bunga besar-besaran The Fed yang mengurangi beberapa risiko penurunan tajam yuan.

Tantangan ekonomi yang dihadapi otoritas China kini sudah cukup dikenal. Ini termasuk krisis sektor properti yang mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan, memicu ancaman deflasi, dan pertumbuhan PDB yang kemungkinan akan jauh dari target 5% Beijing.

Agar pertumbuhan, sentimen investor, dan harga aset dapat pulih secara signifikan, dibutuhkan stimulus moneter dan fiskal besar-besaran. Namun, tanda-tandanya menunjukkan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi, dan Beijing lebih memilih pendekatan bertahap daripada langkah besar seperti 'bazooka'.

Saham-saham Shanghai akan mencatatkan kenaikan mingguan yang langka - hanya yang keempat dalam 18 minggu terakhir - tetapi masih kurang dari 1% dari jatuh ke level yang terakhir terlihat pada Januari 2019.

Suku Bunga ChinaFoto: Refinitiv
Suku Bunga China
(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular