Investor Dunia dan RI Menggantungkan Nasib ke Dua Orang Ini
- Bank Indonesia akan mengumumkan RDG pada hari ini, diperkirakan akan tetap menahan suku bunga
- The Fed yang sudah memulai FOMC akan mengumumkan hasil rapatnya esok hari
- Diperkirakan The Fed akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin
Jakarta, CNBC Indonesia - Investor harus bersiap mengalami gejolak di tengah penantian pengumuman kebijakan suku bunga bank sentral Indonesia dan Amerika Serikat (AS), yang akan diumumkan hari ini dan esok hari.
Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya, sedangkan The Federal reserve atau The Fed akan memangkas suku bunga untuk pertama kali sejak 4,5 tahun lalu. Pengaruh keduanya terhadap laju pasar keuangan Indonesia akan diulas di halaman tiga.
Ekspektasi investor akan keputusan kedua bank sentral tersebut telah melambungkan kinerja pasar saham dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,25% ke posisi 7.831,78. IHSG pun kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH). Adapun ATH terakhir IHSG yakni pada perdagangan Jumat pekan lalu di 7.812,13.
Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 12 triliun dengan volume transaksi mencapai 24 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 324 saham menguat, 257 saham melemah, dan 216 saham stabil.
Secara sektoral, sektor teknologi dan konsumer non-primer menjadi yang paling kencang penguatannya sekaligus menjadi penopang terbesar IHSG yakni masing-masing 1,79% dan 1,63%.
IHSG kembali bergairah dan mencetak ATH lagi pada hari ini di tengah sikap pasar yang menanti pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Bank Indonesia (BI) pada pekan ini.
Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed akan merilis hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) termasuk suku bunga acuan The Fed dan Summary Economic Projections (SEP) yang berisi dot plot matrix.
Sebagai catatan, survei CME FedWatch Tool hingga saat ini pelaku pasar berekspektasi bahwa The Fed akan 100% memangkas suku bunga acuannya antara 25 basis poin (bp) atau 50 bp.
Hal ini sangat diharapkan pelaku pasar mengingat data inflasi produsen dan konsumen yang terus melandai, inflasi PCE yang sudah cukup rendah, hingga data ketenagakerjaan AS khususnya laju pengangguran yang tampak cukup tinggi.
Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunganya, hal ini cenderung disambut positif oleh pelaku pasar khususnya dalam jangka panjang.
Selain The Fed, BI juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuannya pada Rabu siang besok. Adapun Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI dimulai hari ini hingga Rabu besok.
Pelaku pasar saat ini masih cukup labil dengan ekspektasi BI rate kali ini. Sebagian berekspektasi bahwa BI akan menurunkan suku bunga bunganya di tengah inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang stabil dan terjaga. Namun sebagian lainnya berekspektasi bahwa BI tampak masih akan menahan suku bunganya di bulan ini.
Untuk diketahui, pada Agustus lalu BI kembali menahan suku bunganya pada level 6,25% pada Agustus 2024. Begitu juga dengan Deposit Facility dan Lending Facility.
Sementara itu, nilai tukar rupiah alami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Selasa (17/9/2024) pasca long weekend atau libur panjang akhir pekan lalu.
Melansir dari Refinitiv, mata uang Garuda ditutup pada level Rp15.330/US$, menguat 0,42% dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya (13/9/2024). Rupiah masih berkutat pada level Rp15.300/US$-an.
Selain karena sentimen The Fed, rupiah menguat karena sentimen dari dalam negeri. Data ekonomi yang dirilis hari ini turut mendukung penguatan rupiah.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 mencatat surplus sebesar US$2,89 miliar, jauh melampaui konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus 2024 akan mencapai US$1,82 miliar.
Surplus ini dihasilkan oleh nilai ekspor tercatat tumbuh 5,97% mencapai US$23,56 miliar, sementara impor lebih rendah sebesar US$20,67 miliar. Dengan surplus bulan Agustus, maka Indonesia sudah mengalami surplus selama 52 bulan beruntun sejak Mei 2020.
(ras/ras)