Newsletter

Kabar Gembira! Inflasi AS Makin Mendingin, Pasar RI Siap Pesta Pora

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Kamis, 12/09/2024 06:00 WIB
Foto: Amerika Serikat (AP/Carolyn Kaster)
  • Pasar keuangan RI kemarin bergerak beragam seiring pelaku pasar menanti rilis inflasi AS.

  • Bursa Wall Street menghijau setelah data inflasi AS melandai lebih baik dari perkiraan.

  • Pelaku pasar kini akan merespon lebih lanjut terkait data inflasi dan menanti data pasar tenaga kerja AS untuk menambah prospek pemangkasan suku bunga.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI pada kemarin Rabu (11/9/2024) bergerak beragam. IHSG melemah tipis, tetapi rupiah masih dalam tren menguat dan obligasi tetap diburu investor.

Sentimen selengkapnya terkait proyeksi perdagangan pasar hari ini, Kamis (12/9/2024) silahkan bisa dibaca pada halaman ketiga artikel ini.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada kemarin terbilang cukup datar. IHSG ditutup turun tipis 0,01% ke posisi 7.760,95. IHSG juga sempat menyentuh level psikologis 7.800 di awal sesi I perdagangan.

Sayangnya, hal tersebut tidak berlangsung lama. Meski begitu, IHSG tetap bertahan di level psikologis 7.700.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan volume transaksi mencapai 19 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 225 saham terapresiasi, 351 saham terdepresiasi, dan 220 saham stabil.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penahan koreksi IHSG pada akhir perdagangan yakni mencapai 1,66%. Sedangkan sektor konsumer non-primer menjadi penekan IHSG yakni sebesar 2,24%.

Dari sisi saham, emiten energi baru terbarukan (EBT) PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menjadi penahan koreksi IHSG masing-masing sebesar 17,9 indeks poin, 9,3 indeks poin, dan 6,4 indeks poin.

Sementara saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penekan IHSG yakni masing-masing sebesar 11 indeks poin, 8,3 indeks poin, dan 5,6 indeks poin.

Di sisi lain, pergerakan nilai tukar rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin terpantau kembali menguat.

Melansir dari Refinitiv, nilai mata uang garuda ditutup pada posisi Rp15.395/US$, menguat 0,32% dari harga penutupan perdagangan kemarin Selasa (10/09/2024). Rupiah kini sentuh level psikologis Rp15.300an/US$ dan mencatat posisi terkuat lagi sejak awal tahun.

Penguatan nilai tukar rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh pelemahan DXY, tetapi juga didukung oleh antisipasi pasar terhadap data inflasi AS Agustus 2024 yang diperkirakan melandai ke level 2,6% year-on-year (yoy).

Untuk diketahui, data inflasi AS Juli 2024 tercatat 2,9% yoy, lebih rendah dari perkiraan dan menurun dibandingkan bulan Juni yang sebesar 3% yoy. Angka ini merupakan yang terendah sejak Maret 2021, dengan perbaikan signifikan di berbagai sektor.

Terjadi penurunan inflasi pada sektor perumahan (5,1% vs 5,2%), transportasi (8,8% vs 9,4%), dan pakaian (0,2% vs 0,8%). Harga kendaraan baru dan bekas juga mengalami penurunan, sementara inflasi makanan tetap stabil. Namun, biaya energi mengalami sedikit kenaikan.

Berdasarkan perangkat survei CME FedWatch, mayoritas pelaku pasar (71%) memperkirakan bank sentral AS (The Fed) akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Sementara itu, prediksi penurunan sebesar 50 basis poin sebesar 29%.

Semakin optimis pasar terhadap pemangkasan suku bunga yang kemudian menarik kembali aliran dana ke RI, ini juga dirasakan dampak positif-nya ke instrumen surat utang.

Melansir Refinitiv, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun koreksi 0,66% ke 6,57%. Penyusutan pada imbal hasil berbanding terbalik dengan pergerakan harga yang merangkak naik. Hal ini menunjukkan bahwa obligasi acuan RI tersebut banyak diburu investor.


(tsn/tsn)
Pages