NEWSLETTER

Ekonomi AS Mulai Tersungkur, Saatnya Merayakan Kabar Buruk Amerika?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Kamis, 05/09/2024 06:01 WIB
Foto: Patung Fearless Girl menghadap Bursa Efek New York pada 2 Juli 2024, di New York. Sebagian besar saham global melemah setelah indeks acuan berakhir lebih tinggi di Wall Street. (AP Photo/Peter Morgan)
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup di zona hijau, IHSG dan rupiah kompak menguat
  • Wall Street ditutup beragam setelah pengumuman data JOLTS opening
  • Data ekonomi AS hingga China dan Indonesia akan menjadi penggerak sentimen hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin, Rabu (4/9/2024). Pasar saham menguat nyaris 1% diikuti oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah berpotensi bergerak fluktuatif pada hari ini di tengah sikap para pelaku pasar yang menanti rilis data ekonomi dari domestik maupun luar negeri, terutama Amerika Serikat.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup  sumringah setelah sempat ambles nyaris 1% di awal sesi pertama. Melansir RTI, IHSG ditutup menguat 0,74% ke posisi 7.672,9. IHSG pun kembali ke level psikologis 7.600.

Sementara itu, nilai transaksi IHSG mencapai lebih dari Rp11 triliun dengan volume perdagangan mencapai 36,7 miliar lembar saham yang diperdagangkan lebih dari 1,2 juta kali. Sebanyak 268 saham mengalami kenaikan, 331 saham turun, dan 193 saham stagnan.

Beberapa sektor terpantau melesat dan turut membantu IHSG menguat, yakni konsumer non-primer yang mencapai 2,76%, kesehatan sebesar 1,61%, dan infrastruktur sebesar 1,12%.

IHSG menguat di tengah para pelaku pasar yang was-was bahwa kinerja IHSG yang menurun saat September. 

Periode perdagangan saham pada September secara historis menjadi bulan yang cenderung dihindari oleh investor untuk berinvestasi di pasar saham global, karena adanya fenomena September Effect. Hal ini juga cenderung terjadi di IHSG.

 

Selama kurun waktu 2015-2023 atau sembilan tahun terakhir, IHSG hanya menguat dua kali sementara tujuh sisanya ambruk.

Di sisi lain, melansir Refinitiv, mata uang Indonesia ditutup pada posisi Rp15.470/US$, menguat sebesar 0,32% sejak penutupan periode sebelumnya.

Penguatan rupiah, selain karena dukungan dari data makro, juga dipengaruhi oleh indeks dolar yang melemah.Berdasarkan data Refinitiv DXY atau indeks dolar turun 0,42%.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (3/9/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat menguat tipis di posisi 6.67% dari perdagangan sebelumnya.

Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitupun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).


(ras/ras)
Pages