
Ekonomi AS Mulai Tersungkur, Saatnya Merayakan Kabar Buruk Amerika?

Pada hari ini pergerakan IHSG dan juga rupiah diprediksi akan lebih fluktuatif dengan beberapa kabar dari dalam negeri maupun luar negeri.
Wall Street yang mayoritas melemah bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar saham global, termasuk Indonesia. Sementara indeks dolar AS yang melemah bisa jadi pengungkit kinerja nilai tukar rupiah. Indeks dolar turun ke 101,42 sehingga ada potensi rupiah menguat.
Lowongan Pekerjaan AS Terendah dalam 3,5 Tahun
Laporan Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) turun ke titik terendah sejak Januari 2021 atau 3,5 tahun pada Juli 2024. Kondisi ini menunjukkan pasar tenaga kerja sudah mendingin. Survei JOLTS menghitung lowongan kerja dan pemutusan hubungan kerja, termasuk jumlah pekerja yang secara sukarela berhenti dari pekerjaan.
Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan penyerapan lowongan kerja pada Juli mencapai 7,673 juta, lebih rendah dari 8,1 juta seperti ekspektasi pasar.
Turunnya jumlah lowongan kerja AS memicu kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi AS. Hal ini pun juga menunjukkan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang tinggi sudah berdampak terhadap pasar tenaga kerja AS. Kondisi ini bisa mendorong The Fed untuk segera memangkas suku bunga agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi AS dengan menuju era suku bunga rendah.
Dengan turunnya penyerapan tenaga kerja maka rasio lowongan pekerjaan per pekerja yang tersedia kini menjadi kurang dari 1,1. Angka ini hanya, sekitar setengah dari rasio puncaknya yang lebih dari 2: 1 pada awal 2022.
Namun, analis mengingatkan jika laju pasar tenaga kerja AS sudah jatuh terlalu dalam.
"Pasar tenaga kerja tidak hanya mendingin hingga level sebelum pandemi, tetapi malah turun melewatinya dan di bawah ekspektasi. Tidak ada yang yang menginginkan pasar tenaga kerja menjadi lebih dingin pada titik ini, terutama pembuat kebijakan The Fed, kata Nick Bunker, kepala riset ekonomi di Indeed Hiring Lab, kepada CNBC International.
Pemutusan hubungan kerja(PHK) meningkat menjadi 1,76 juta pada Juli, naik 202.000 dari bulan Juni. PHK meningkat ke level tertinggi hampir 1,5 tahun. Ada 1,07 lowongan kerja untuk setiap orang yang menganggur pada Juli, terendah sejak Mei 2021.
Data tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan. Dengan melihat pasar tenaga kerja AS yang kini mendingin dengan cepat, pemangkasan suku bunga bisa diharapkan datang lebih cepat. Jika hal ini terjadi maka pasar saham dan rupiah serta obligasi Indonesia diharapkan bisa mendapat untung dari aliran dana asing yang meninggalkan AS. Pasalnya, investasi di AS atau berdenominasi dolar AS menjadi kurang menarik setelah suku bunga turun.
Investor Wait & See Menanti Data Pengangguran
Pada hari ini, Kamis (5/9/2024) pukul 19.30 waktu Amerika Serikat akan diumumkan klaim awal pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 31 Agustus 2024.
Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Traidng Economics, tingkat klaim awal pengangguran AS tercatat 230.000. Jumlah tersebut menurun dibandingkan periode sebelumnya sebesar 231.000.
Angka tersebut sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 232.000, sementara pembacaan minggu sebelumnya direvisi naik 1.000 dari 232.000 menjadi 233.000.
Rata-rata pergerakan empat minggu adalah 231.500, penurunan 4.750 dari rata-rata minggu sebelumnya yang direvisi. Perekonomian AS menambah 114.000 pekerjaan pada bulan Juli, sementara tingkat pengangguran naik menjadi 4,3% dari 4,1% pada bulan Juni.
Pasar Melihat Peluang Pemotongan Suku Bunga Sebesar 50 Basis Poin
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed diperkirakan akan mengakhiri tren suku bunga tinggi dengan melakukan pemangkasan suku bunga,
Berdasarkan perangkat Fedwatch, probabilitas suku bunga The Fed akan turun sebesar 25 basis poin yakni senilai 57%. Sedangkan pasar melihat ada peluang The Fed akan memangkas suku bungasebesar 50 basis poin. Adapun probabilitasnya sebesar 43%.
Menantikan Cadangan Devisa Indonesia
Pada Jumat (6/9/2024), Bank Indonesia (BI) akan merilis Cadangan Devisa Indonesia periode Agustus 2024. Posisi cadangan devisa Indonesia terus menunjukkan tren positif.
Sebelumnya, BI melaporkan bahwa pada akhir Juli 2024, cadangan devisa mencapai angka yang menggembirakan, yakni US$145,4 miliar. Angka ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$140,2 miliar.
Kenaikan cadangan devisa ini didorong oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah keberhasilan penerbitan sukuk global pemerintah.
Penerbitan sukuk ini tidak hanya berhasil menghimpun dana segar bagi negara, tetapi juga meningkatkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia di mata dunia. Selain itu, penerimaan pajak dan jasa yang membaik juga turut berkontribusi pada peningkatan cadangan devisa.
Aktivitas Jasa China Melemah
PMI Layanan Umum China Caixin turun menjadi 51,6 pada Agustus 2024 dari 52,1 pada bulan sebelumnya. Angka tersebut juga, di bawah perkiraan pasar sebesar 52,2. PMI melambat di tengah melambatnya pertumbuhan pesanan baru dan penurunan marginal dalam pekerjaan. Ini merupakan bulan ke-20 pertumbuhan aktivitas layanan, didorong oleh meningkatnya bisnis baru dan pesanan baru di tengah kondisi permintaan yang lebih baik, dengan permintaan asing tumbuh lebih cepat.
Sementara itu, pekerjaan menurun setelah meningkat pada Juli, menjadi penurunan kelima dalam tujuh bulan terakhir akibat pengunduran diri dan pemutusan hubungan kerja yang disebabkan oleh kebutuhan untuk mengurangi biaya.
Dalam hal harga, inflasi biaya input mempercepat ke tingkat tertinggi sejak Juni 2023, didorong oleh meningkatnya biaya bahan, upah, dan transportasi. Sementara itu, biaya output turun untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan dan penurunan paling tajam sejak April 2022 di tengah persaingan yang ketat dan diskon untuk mendukung penjualan. Akhirnya, sentimen bisnis membaik menjadi tertinggi dalam tiga bulan, didorong oleh harapan akan kondisi pasar yang lebih baik dan rencana ekspansi bisnis. sumber: S&P Global
(ras/ras)