NEWSLETTER

Cobaan Berat! Laju Kencang IHSG Dihadang 4 Kabar Buruk dari RI & AS

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
03 September 2024 06:00
Sejumlah pekerja memilah cabai rawit merah di pasar Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Foto: Sejumlah pekerja memilah cabai rawit merah di pasar Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen pada hari kedua perdagangan pasar keuangan RI di September ini. Investor pun berharap pergerakan IHSG dan rupiah akan sama-sama kompak menguat.

Pergerakan pasar keuangan RI hari ini akan didorong beberapa sentimen dari dalam dan luar negeri,terutama data inflasi, PMI manufaktur Indonesia dan China. Kembali menguatnya dolar AS dan imbal hasil US Treasury juga perlu menjadi catatan khusus.

1. PMI Manufaktur RI Anjlok

PMI Manufaktur Indonesia menunjukkan kontraksi untuk dua bulan beruntun yakni pada Juli (49,3) dan Agustus (48,9). Posisi PMI Manufaktur saat ini juga merupakan yang terendah sejak Agustus 2021.

Ambruknya PMI Manufaktur ini tentu memicu kekhawatiran karena manufaktur banyak menyumbang ekonomi dan menyerap tenaga kerja. Ambruknya manufkatur juga bisa mencoreng kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang turun jabatan Oktober mendatang.

Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede mengungkapkan catatan deflasi di Agustus terjadi seiring dengan penurunan harga volatile food efek peningkatan produksi bawang merah.

Lebih lanjut, deflasi yang dialami Indonesia selama empat bulan beruntun yang diikuti dengan turunya PMI Manufaktur Agustus yang anjlok ke level 48,9 poin menjadi indikasi adanya penurunan daya beli masyarakat.

"Tren deflasi ini dipengaruhi oleh supply pangan yang sudah mulai membaik atau normalized pasca factor el nino di awal tahun ini. Namun kita juga perlu mencermati bahwa ada kecenderungan daya beli masyarakat ada kemungkinan trennya sudah mulai menurun. Hal ini diperkuat dengan data yang dirilis pagi ini adalah PMI manufacturing Indonesia kembali lagi masuk ke dalam fase kontraktif." tutur Josua dalam program Profit, CNBC Indonesia (Senin, 02/09/2024).

S&P Global menjelaskan manufaktur Indonesia terkontraksi lebih lanjut karena menurunnya output dan pesanan baru dengan tingkat yang lebih tajam. Perusahaan manufaktur Indonesia juga terus mengurangi jumlah tenaga kerja meski hanya marginal.

Kondisi lemahnya industri manufaktur Indonesia ini diperkirakan terus akan terjadi hingga akhir kuartal III-2024.

Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal mengatakan bahwa dengan produsen kemungkinan menghadapi kendala yang berkelanjutan, menjadikan dukungan kebijakan potensial penting untuk menstabilkan sektor ini.

"Kami memperkirakan permintaan industri akan melemah sepanjang tahun depan karena kondisi pasar yang buruk, termasuk daya beli yang rendah dan permintaan global yang tertekan," papar Fithra.

"Dengan prospek pertumbuhan yang terbatas baik domestik maupun internasional, kami memperkirakan PMI Indonesia akan berada di sekitar 49-50 hingga akhir kuartal ketiga, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi kami sebesar 4,9% untuk tahun ini," tutup Fithra.

2. Deflasi IHK RI

Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin, Senin (2/9/2024) merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk Agustus 2024. IHK turun dan di bawah ekspektasi konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.

Secara tahunan (year on year/yoy), IHK masih naik atau mengalami inflasi sebesar 2,12% pada Agustus 2024 atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 2,13%. Secara bulanan (month to month/mtm), IHK turun tercatat mengalami deflasi sebesar 0,03%.

Sementara konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan IHK Agustus 2024 diperkirakan stagnan 0%% dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,18%.

Sedangkan IHK secara tahunan diperkirakan akan naik tipis menjadi 2,15% (yoy) pada Agustus 2024 dan IHK inti diproyeksi sebesar 1,99% yoy.

Deflasi empat bulan beruntun secara bulanan ini pertama kali terjadi sejak 1999 atau 25 tahun terakhir. Artinya, selama Era Reformasi, Indonesia baru mengalami deflasi empat bulan beruntun.

Deflasi ini juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, deflasi empat bulan beruntun semakin menegaskan sinyal pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil saat ini.

Melemahnya IHK yang menjadi sinyal pelemahan daya beli akan berdampak besar terhadap sejumlah emiten, terutama yang mengandalkan konsumsi seperti Indofood Group hingga PT Mayora Indah.

3. Dolar  Menanjak
Indeks dolar AS menguat ke 101,698 pada perdagangan kemarin atau posisi tertinggi sejak 19 Agustus 2024. Menguatnya indeks dolar mencerminkan banyaknya permintaan mata uang Greenback sehingga mata uang lain bisa tertekan.

4.  Imbal Hasil US Treasury Menanjak
Sementara itu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun merangkak ke 3,91%. Ini adalah posisi tertinggi sejak 9 Agustus 2024. Kenaikan imbal hasil US Treasury bisa kembali menarik investor ke AS sehingga dana asing yang ada di Indonesia bisa balik ke AS.

5. Data PMI Amerika Serikat (AS)

Dari negeri Paman Sam, pada Selasa (3/9/2024), terdapat rilis PMI Manufaktur AS Global S&P periode Agustus 2024 revisi kedua. Sebelumnya, PMI Manufaktur AS Global S&P turun menjadi 48 pada bulan Agustus 2024 pertama dari 49,6 pada bulan Juli 2024, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 49,6 untuk menandai kontraksi kedua berturut-turut dalam aktivitas pabrik AS, pada laju paling tajam tahun ini.

Hal ini sebagian besar didorong oleh penurunan kedua berturut-turut dalam arus masuk pekerjaan baru untuk produsen, yang juga turun pada laju paling tajam sejak Desember, untuk menggarisbawahi dampak yang lebih tinggi dari suku bunga restriktif dalam aktivitas pabrik.

Sementara itu, tingkat ketenagakerjaan hampir terhenti pada periode tersebut untuk mencatat kenaikan terkecil sejak Januari. Sementara itu, penurunan permintaan dari pabrik meredakan tekanan kapasitas untuk pengiriman bahan baku dan mengurangi waktu pengiriman pemasok. Di sisi harga, biaya input mengalami percepatan paling besar sejak Mei, tetapi produsen tidak dapat sepenuhnya meneruskan tekanan kepada konsumen.

6. Data PMI China Cenderung Stagnan

Pada Senin (2/9/2024), China merilis PMI Manufaktur Umum Caixin periode Agustus 2024. Menurut survei yang disponsori Caixin, aktivitas di sektor manufaktur China kembali tumbuh moderat pada Agustus setelah kontraksi pada bulan sebelumnya.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Umum Caixin China, tercatat 50,4 pada periode Agustus, naik 0,6 poin dari bulan sebelumnya di Juli sebesar 49,8.

Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi aktivitas, sementara angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Dari laporan tersebut menunjukkan adanya peningkatan permintaan karena total pesanan baru kembali tumbuh, dengan permintaan yang lebih kuat untuk barang setengah jadi. Kemudian, ekspor menurun untuk pertama kalinya dalam delapan bulan.

Ketenagakerjaan di negeri tirai bambu tersebut tetap stabil setelah kontraksi selama 11 bulan. Harga input dan output pun menurun. Harga bahan baku yang lebih rendah seperti logam industri menurunkan biaya input. Harga output menurun di tengah tekanan penjualan, dengan indikator yang sesuai mencapai level terendah dalam empat bulan.

Kunjungan Paus ke Indonesia

Paus Fransiskus akan mengadakan perjalanan Apostolik ke Asia Pasifik pada 2-13 September 2024 mendatang. Yaitu ke Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Singapura. Indonesia akan jadi negara pertama dalam perjalanan Paus Fransiskus kali ini, yang dijadwalkan tiba di Jakarta pada tanggal hari Selasa, 3 September 2024.

Ini adalah lawatan pertama Pemimpin Umat Katolik di dunia ke Indonesia, setelah 35 tahun lamanya.

Perjalanan Apostolik ke kawasan Asia Pasifik akan menjadi perjalanan terpanjang dalam 11 tahun masa kepausan Paus Fransiskus yang kini berusia 87 tahun. Perjalanan ini bahkan lebih lama dari lawatan ke Amerika di awal masa kepausan-nya.

Pada kunjungan Asia Pasifik kali ini, Indonesia dipilih menjadi negara pertama yang akan dikunjungi Paus Fransiskus.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular