Newsletter

Suhu Politik RI Memanas Karena Pilkada, Investor Dibuat Was-was

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 26/08/2024 06:00 WIB
Foto: Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM SI (Seluruh Indonesia) ikut melakukan demonstrasi demonstrasi menolak pengesahan Revisi UU Pilkada di depan Gedung DPR RI, Jakarta, hari ini, Kamis (22/8/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Gejolak politik masih akan membayangi laju pasar keuangan baik IHSG maupun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
  • Rilis data-data ekonomi AS juga menjadi kunci pergerakan pasar keuangan RI pekan ini
  • Pendaftaran calon kepala daerah dalam Pilkada ada pekan ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Dinamika politik akan membayangi gerak pasar keuangan Indonesia sepanjang pekan ini. Bersamaan dengan itu, sentimen penting soal ekonomi Amerika Serikat juga akan menjadi sorotan bagi investor.

Panasnya tensi politik dalam negeri yang terjadi pada pekan lalu sempat membebani laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada perdagangan Kamis (22/8/2024) IHSG merosot 0,87% ke 7.488,68.

Seperti diketahui, aksi demo besar-besaran mahasiswa dan buruh digelar pada Kamis lalu, sebagai bentuk protes atas keputusan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang merevisi UU Pilkada, setelah Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan sebagian gugatan perkara nomor 60/PUU-XXII/2024 yang diajukan Partai Buruh dan Partai Gelora.

Para mahasiswa dan buruh protes terhadap revisi UU Pilkada yang dilakukan oleh Panitia Kerja (Panja) revisi UU Pilkada Badan Legislasi (Baleg) DPR RI.

Protes keras sudah membanjiri lini masa sejak Rabu lalu. Netizen di Indonesia ramai membagikan gambar garuda berlatar warna biru di media sosial dengan tulisan ""Peringatan Darurat".

Walaupun demikian, kinerja IHSG secara keseluruhan pada pekan lalu patut mendapatkan apresiasi. Pasalnya pasar saham mencatatkan rekor harga tertinggi sepanjang masa sebanyak tiga kali karena adanya optimisme pasar bahwa era suku bunga tinggi benar-benar akan berakhir pada akhir tahun ini.

Adapun IHSG mencetak rekor tertinggi (all time high/ATH) pertama di pekan lalu pada Senin lalu di 7.466,83. Kemudian pada Selasa lalu, IHSG kembali mencetak ATH di 7.533,99. Pada Rabu lalu, lagi-lagi bursa saham acuan Tanah Air tersebut kembali mencetak ATH di 7.554,59.

Kemudian pada Jumat lalu, IHSG kembali menguat 0,74% ke 7.544,3 meski belum dapat menyentuh posisi ATH-nya terakhir pada Rabu lalu.

Sepanjang pekan ini, indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melesat 1,51% secara point-to-point (ptp).

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) secara signifikan alami penguatan. Hal ini terjadi di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) bulan depan.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,71%% di angka Rp15.485/US$ pada Jumat (23/8/2024). Secara intraday, bahkan rupiah sempat menyentuh titik terkuatnya yakni Rp15.420/US$.

Sementara secara mingguan, rupiah mengalami apresiasi sebesar 1,28% dan semakin memperpanjang tren penguatan empat pekan beruntun.

Di awal pekan ini, rupiah terpantau menguat dengan sangat impresif setelah sebelumnya terdapat reshuffle kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Di pertengahan pekan ini, Bank Indonesia (BI) juga telah mengumumkan bahwa kembali menahan suku bunga acuannya di level 6,25%. Hal ini tak serta-merta membuat rupiah melanjutkan tren penguatannya. Justru rupiah terpantau mengalami pelemahan pasca pengumuman tersebut.

Sementara pada Kamis (22/8/2024), rupiah terpantau ambruk terhadap dolar AS akibat situasi politik dalam negeri yang memanas.

Rupiah juga didukung oleh pernyataan Ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell menyampaikan dalam pidato di Simposium Bank Sentral Jackson Hole yang menunjukkan sinyal lebih jelas perihal pemangkasan suku bunga.

"Saatnya bagi kebijakan untuk disesuaikan," kata Powell. "Arah pergerakan sudah jelas, dan waktu serta kecepatan pemotongan suku bunga akan bergantung pada data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko."


(ras/ras)
Pages