Adu Kuat Sentimen Politik & Pemangkasan Suku Bunga: Siapa Unggul?
- Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada perdagangan kemarin, IHSG menguat sementara rupiah melemah
- Wall Street kompak menguat setelah risalah FOMC keluar
- Keputusan suku bunga BI, risalah The Fed, dan politik dalam negeri yang memanas diperkirakan akan menggerakkan pasar keuangan dalam negeri
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup variatif pada Rabu (21/8/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih diborong investor asing khususnya Surat Berharga Negara (SBN).
Pasar keuangan diperkirakan masih bergerak cukup volatil pada hari ini, Kamis (22/8/2024) dengan terdapat beberapa sentimen yang dan agenda hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini
IHSG pada perdagangan kemarin (21/8/2024) ditutup di zona hijau. Pada akhir perdagangan kemarin, IHSG berakhir di 7.554,59 atau menguat 0,27% dalam sehari. IHSG kembali mencetak rekor tertinggi (all time high/ATH) barunya pada hari ini.
Tak hanya kembali mencetak rekor, perdagangan pada hari ini juga masih cukup ramai, meski tak seramai kemarin. Nilai transaksinya mencapai Rp14 triliun dengan volume transaksi mencapai 23 miliar lembar saham dan ditransaksikan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 268 saham menguat, 295 saham melemah, dan 231 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor transportasi menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan kemarin, yakni mencapai 0,88%.
Sementara dari sisi saham, dua emiten perbankan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) menjadi penopang indeks kemarin, yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang mencapai 16,48 indeks poin dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 4,66 indeks poin.
Beralih ke pasar mata uang, rupiah terpantau mematahkan tren penguatan tiga hari beruntun terhadap dolar AS sebesar 0,32% ke level Rp15.480/US$.
Depresiasi rupiah ini terjadi setelah Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan untuk menahan suku bunganya di level 6,25%.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Agustus 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (21/8/2024).
Hasil tersebut sesuai dengan hasil konsensus yang dilakukan CNBC Indonesia yang menghimpun 13 lembaga/institusi. Dalam konsensus tersebut 12 lembaga memprediksi BI rate akan tetap di level 6,25% dan 1 lembaga memprediksi terjadi pemangkasan 25 (basis poin/bps) menjadi 6,00%.
Selanjutnya, imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau mengalami penurunan dari 6,625% menjadi 6,606%.
Penurunan imbal hasil ini semakin memperpanjang tren penurunan yang telah terjadi tujuh hari beruntun atau sejak 13 Agustus 2024.
Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan minat investor mulai kembali lagi ke SBN.
(rev/rev)