Mereka yang Tertawa Bahagia & Menangis Karena Inflasi Amerika

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
15 August 2024 10:05
emas
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Harapan untuk pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reverse (The Fed) Amerika Serikat (AS) kini makin kian dekat. Hal ini lantaran didukung oleh beberapa data ekonomi terbaru AS yang telah rilis dan sesuai harapan para pelaku pasar.

AS baru saja mengumumkan data inflasi di mana inflasi AS  melambat menjadi 2,9% (year on year/yoy)  pada Juli 2024, terendah sejak 2021. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi periode Juni yang mencapai 3%.

Menurut laporan Departemen Tenaga Kerja pada Rabu (14/8/2024), Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat 0,2% di Juli secara bulanan (month to month/mtm).

Tidak termasuk makanan dan energi, inflasi inti tercatat 0,2% (mtm) dan tingkat tahunan sebesar 3,2%.

Data inflasi mengkonfirmasi perlambatan ekonomi AS.   Indeks Harga Produsen (PPI) AS meningkat lebih rendah dari yang diharapkan pada Juli karena biaya jasa turun paling banyak dalam hampir 1-1/2 tahun di tengah tanda-tanda berkurangnya daya penetapan harga bagi bisnis, bukti berkurangnya tekanan inflasi yang memperkuat harapan penurunan suku bunga pada September mendatang.

Berdasarkan laporan Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja, indeks harga produsen AS naik tipis 0,1% (mtm) pada Juli Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters sebesar 0,2%.

Secara tahunan, PPI naik 2,2% setelah naik 2,7% pada  Juni.

Melandainya data-data ekonomi AS mendorong harapan pemangkasan suku bunga The Fed makin dekat. Menurut CME FedWatch Tool, pasar saat ini melihat peluang 36% dari penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh Fed pada bulan September dibandingkan dengan 50% sebelum rilis data CPI AS.

Kabar baik optimisme penurunan suku bunga AS tentu memberikan dampak positif bagi beberapa instrumen investasi baik untuk Indonesia maupun pasar global.

1. Saham

Beberapa saham di sektor yang rentan terhadap kabar mengenai suku bunga adalah sektor perbankan, properti, dan teknologi. Tiga sektor ini biasanya akan merespon positif atas optimisme pemangkasan suku bunga The Fed.

2. Emas

Pasar komoditas emas biasanya juga akan ikut merespon positif terhadap optimisme penurunan suku bunga The Fed. Akan tetapi, setelah rilisnya data PPI dan CPI AS, justru harga emas terperosok selama dua hari beruntun. Hal tersebut terjadi usai harga emas mencatat penutupan harga emas tertinggi pada perdagangan 12 Agustus 2024 di level US$2.472,25 per troy ons.

Namun, hingga perdagangan hari ini Kamis (15/8/2024) pukul 09.14 WIB, harga emas tercatat masih menguat 0,13% di level US$2.451,35 per troy ons.

3. Indeks Dolar AS

Dengan optimisme pemangkasan suku bunga, tentu akan menjadi kabar kurang baik bagi investor dolar AS. Akan tetapi, setelah rilisnya data-data inflasi AS, indeks dolar AS justru menguat 0,01% pada penutupan perdagangan kemarin Rabu (14/8/2024) di level 102,56.

Hingga perdagangan pagi hari ini pukul 09.15 WIB Kamis (15/8/2024), indeks dolar AS masih melaju di jalur penguatan 0,06% di level 102,63.

4. Imbal Hasil Obligasi AS

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS melanjutkan pelemahannya selama empat hari beruntun. Usai rilisnya data-data inflasi AS, imbal hasil obligasi AS 10 tahun terus melandai. Hingga perdagangan kemarin Rabu (14/8/2024), imbal hasil obligasi AS 10 tahun melemah 0,83% di level 3,82%.

Namun, pada perdagangan pagi hari ini Kamis (15/8/2024) pukul 09.16 WIB, imbal hasil obligasi AS menguat 0,02% di level 3,84%.

5. Rupiah

Optimisme pemangkasan suku bunga AS benar-benar membawa berkah bagi pergerakan rupiah. Pada perdagangan kemarin Rabu (14/8/2024), rupiah menguat signifikan 0,98% di level Rp15.675/US$1. Hal ini mendorong keyakinan para pelaku pasar bahwa rupiah mampu kembali ke level Rp15.500/US$1.

Dan pada pembukaan perdagangan hari ini Kamis (15/8/2024), rupiah dibuka menguat 0,48% di level Rp15.600/US$1.

6. Batu Bara

Optimisme pemangkasan suku bunga AS biasanya akan mendorong penguatan terhadap batu bara. Hal ini karena melemahnya dolar AS, mendorong harga batu bara dapat lebih murah dibeli dengan mata uang asing lainnya.

Akan tetapi justru harga batu bara melandai dua hari beruntun. Pada penutupan perdagangan Rabu (14/8/2024), harga batu bara di pasar spot jatuh 1,07% di level US$148,4 per ton.

7. Minyak

Komoditas lainnya, minyak mentah dunia WTI dan Brent juga akan diuntungkan dalam pemangkasan suku bunga The Fed. Murahnya dolar AS akan mendorong permintaan minyak bagi pemegang mata uang lainnya.

Akan tetapi tak berbeda jauh dari batu bara, harga minyak baik WTI maupun Brent justru terkoreksi.

Pada perdagangan Rabu (14/8/2024), harga minyak mentah dunia WTI terperosok 1,75% di level US$76,98 per barel. Penurunan tersebut menjadi penurunan selama dua hari beruntun.

Namun hingga perdagangan pagi hari ini Kamis (15/8/2024) pukul 09.17 WIB, harga minyak mentah WTI menguat 0,22% di level US$77,15.

Sementara itu, pergerakan minyak mentah dunia Brent pada Rabu (14/8/2024), juga ikut tergelincir 1,15% di level US$79,76 per barel. Penurunan tersebut menjadikan penurunan minyak Brent selama dua hari beruntun.

Namun, hingga perdagangan pagi hari ini Kamis (15/8/2024) pukul 09.17 WIB, harga minyak Brent menguat tipis 0,16% di level US$79,89 per barel.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation