Newsletter

Bursa Dunia Jadi Lautan Merah, Semoga IHSG-Rupiah Bisa Kuat Hari Ini

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Jumat, 26/07/2024 06:00 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
  • Pasar keuangan Tanah Air secara mayoritas kembali merana pada perdagangan Kamis kemarin, di mana pasar saham Tanah Air mengekor bursa saham global.
  • Wall Street ditutup beragam di mana S&P dan Nasdaq menurun sementara Dow Jones menguat
  • Pada hari ini, pelaku pasar akan memantau beberapa sentimen yakni respons pasar terkait data pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2024, kinerja keuangan emiten di semester I-2024, dan data inflasi PCE AS.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kembali merana pada perdagangan Kamis (25/7/2024) kemarin, kecuali pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang tampaknya masih diburu oleh investor.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan mengakhiri perdagangan di zona hijau. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,31% ke posisi 7.240,28. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih berada di level psikologis 7.200.

Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai sekitar Rp 9,9 triliun dengan melibatkan 16miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 183 saham terapresiasi, 379 saham terdepresiasi, dan 232 saham cenderung stagnan.

Meski terkoreksi, tetapi investor asing tercatat melakukan aksi pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 398,3 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 98,69 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 299,61 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Sedangkan di bursa Asia-Pasifik kemarin kompak berjatuhan, dengan indeks Nikkei 225 Jepang kembali menjadi yang terburuk yakni ambles 3,28%.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Kamis kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup terkoreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 16.245/US$ di pasar spot, melemah 0,22%.

Sementara di Asia, mata uangnya cenderung bervariasi, di mana yen Jepang kembali menjadi yang terbaik kinerjanya kemarin yakni melesat 1,07%.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Kamis kemarin.

Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin kembali menguat, terlihat dari imbali hasil (yield) yang kembali melandai.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun 1,7 basis poin (bp) menjadi 6,971%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, maka tandanya investor sedang memburu SBN.

Lemahnya nilai tukar rupiah dan IHSG pada perdagangan kemarin tak lepas dari penantian pelaku pasar perihal data perekonomian AS semalam dan hari ini.

Semalam, AS melaporkan data awal produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II-2024 tumbuh 2,8% pada basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), lebih tinggi dari kuartal I-2024 yang hanya tumbuh 1,4%.

Angka awal PDB AS pada kuartal II-2024 ini juga berada di atas ekspektasi pasar sebelumnya yang memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam akan tumbuh 2%.

Laporan PDB terbaru menunjukkan bahwa dunia usaha terus berinvestasi dan konsumen masih mendorong pertumbuhan dengan belanja mereka, meskipun harga barang masih cenderung tinggi.

Sementara pada hari ini, AS akan merilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) yang akan menjadi perhatian pelaku pasar apakah kembali memanas atau tidak.

Kedua data ini tentu akan berdampak pada ekspektasi pelaku pasar perihal pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) tahun ini.

Hal ini juga dipertegas oleh Head of Treasury & Financial Institution Bank Mega, Ralph Birger Poetiray yang menyebutkan bahwa mundurnya Joe Biden dari bursa Pilpres AS sehingga Donald Trump berpotensi melawan Kamala Harris menjadi sentimen yang turut mempengaruhi pergerakan pasar.

Namun fokus pasar lebih tertuju pada arah pemangkasan Fed Funds Rate dibandingkan Pilpres AS.


(chd/chd)
Pages