Newsletter

BI & The Fed Kompak Beri Kabar Baik, IHSG-Rupiah Bakal Melaju?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
18 July 2024 06:03
Gedung Federal Reserve di Washington.
Foto: Gedung Federal Reserve di Washington. (AP/Patrick Semansky/File Foto)

Pasar keuangan Indonesia hari ini akan bergerak dibayangi sentimen dari keyakinan penurunan suku bunga The Fed. Selain itu komentar Bank Indonesia yang yakin rupiah akan terus menguat terhadap dolar AS juga akan menjadi penggerak pasar.

Gubernur BI Yakin Rupiah Akan Menguat

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan menguat dalam waktu dekat.

Ini disebabkan oleh kemungkinan semakin cepatnya potensi bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuannya pada 2024.

"Kalau seperti itu, membuka peluang rupiah akan lebih menguatkan, akan lebih stabil setidaknya, dengan probabilitas Fed Fund Rate yang lebih maju," ucap Perry.

Perry mengatakan, kemungkinan terbaru turunnya suku bunga acuan The Fed, yakni Fed Fund Rate, akan terjadi pada November 2024.

"Fed Fund Rate dengan data-data terakhir yang kami lihat, kenapa kami sampaikan yang semula Fed Fund Rate itu kami perkirakan baru turun Desember itu ada probabilitas yang makin besar bisa maju ke November," ungkapnya.

Ia mengakui, sebetulnya beberapa pelaku pasar keuangan memang ada yang memperkirakan Fed Fund Rate akan mulai turun pada September. Tapi ia belum berani memasang proyeksi tersebut.

"Kami belum berani bilang maju September meskipun pasar ada yang perkirakan masih September. Tapi kami perkirakan yang terkini nih ini ada probabilitas Fed Fund Rate turun di November. Pasar itu biasanya bereaksi sebelumnya," tutur Perry.

Kondisi Likuiditas Perbankan

Perry Warjiyo mengatakan bahwa likuidtas bank per Juni 2024 masih memadai. Hal ini tercermin dari rasio alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) sebesar 25,36%.

"[AL/DPK] lebih dari cukup karena sepanjang historis AL/DPK tidak lebih dari 15%, jadi lebih dari cukup," kata Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juli 2024, Rabu (17/7/2024).

Perry mengatakan bahwa likuiditas bank ditopang oleh insentif yang dikeluarkan oleh Bank Sentral. Sepanjang tahun ini, BI telah memberikan insentif likuiditas Rp 205 triliun kepada bank yang rajin menyalurkan kredit kepada sektor prioritas.

"Sehingga kenapa pertumbuhan kredit tinggi, 12,36% yoy [Juni 2024]," tambah Perry.

Sementara itu DPK, kata Perry, penggalangan dana masyarakat oleh perbankan juga cukup baik. Hal ini terlihat dari DPK yang tumbuh 8,45% yoy.

Selain itu likuiditas perbankan juga ditopang oleh aliran dana asing yang masuk ke Indonesia. "Kalau asing inflow, nambah kan likuiditasnya karena mereka bawa valas ditukar ke rupiah," jelas Perry.

Penurunan FedRate Semakin Dekat

Pejabat tinggi Federal Reserve mengatakan pada hari Rabu bahwa bank sentral AS "lebih dekat" untuk memangkas suku bunga mengingat lintasan inflasi yang membaik dan pasar tenaga kerja dalam keseimbangan yang lebih baik, pernyataan yang membuka jalan bagi yang pertama pengurangan biaya pinjaman pada bulan September.

Gubernur Fed Christopher Waller dan Presiden Fed New York John Williams sama-sama mencatat semakin pendeknya cakrawala menuju kebijakan moneter yang lebih longgar.

Waller menyoroti hal ini dalam pidatonya di Kansas City Fed dan Williams menegaskannya dalam wawancara.

Secara terpisah, Presiden Fed Richmond Thomas Barkin merasa "sangat gembira" bahwa penurunan inflasi mulai meluas. "Saya ingin melihat hal ini berlanjut," katanya kepada kelompok bisnis di Maryland.

Pernyataan tersebut adalah komentar terbaru dari para pejabat tinggi bank sentral AS pada minggu ini - termasuk Ketua Fed Jerome Powell - yang mencatat peningkatan keyakinan mereka bahwa tren disinflasi yang dimulai tahun lalu terus berlanjut, meskipun ada lonjakan inflasi yang berumur pendek sebelumnya. tahun ini.

Tekanan harga tampaknya mulai mereda, kata pejabat Fed, dengan turunnya harga barang, melambatnya kenaikan biaya perumahan, dan pertumbuhan upah yang lebih moderat mendorong pelonggaran kenaikan harga di sektor jasa yang telah lama ditunggu-tunggu.

Williams dan Waller tampaknya mengesampingkan penurunan suku bunga pada pertemuan kebijakan The Fed pada 30-31 Juli, sebuah pandangan yang tercermin di pasar keuangan yang kini memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan tersebut kurang dari 5%.

Waller mencantumkan bulan September hingga Desember sebagai kerangka waktu potensial ketika kondisi penurunan suku bunga mungkin tepat, kecuali bulan Juli.

Dalam wawancaranya dengan WSJ, Williams berkata, "Kami sebenarnya akan belajar banyak antara bulan Juli dan September. Kami akan mendapatkan data inflasi selama dua bulan."

Ketiga pembuat kebijakan yang berbicara pada Rabu "menunjuk ke bulan September" untuk memulai pelonggaran kebijakan, tulis Karim Basta, kepala ekonom di III Capital Management.

Pasar Yakin September FedRate Dipangkas

Berdasarkan perangkat Fedwatch, pasar menilai ada peluang bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed mulai pangkas suku bunga pada September. Probabilitas mencapai 91,7 suku bunga turun pertama kali sebesar 25 basis poin menjadi 5,00%-5,25%.

Pemangkasan tersebut berlanjut pada dua pertemuan berikutnya, masing-masing 25 basis poin pada pertemnuan November dan satu lagi pada Desember.

Sehingga pada akhir tahun suku bunga The Fed berada di kisaran target 4,50%-4,75% dengan penurunan tiga kali dalam setahun.

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular