Newsletter

Ada Harapan BI Rate Turun di Kuartal IV, IHSG dan Rupiah Untung?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Selasa, 09/07/2024 06:00 WIB
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam, IHSG melemah sementara rupiah masih menguat
  • Mayoritas bursa Wall Street mengakhiri perdagangan dengan catatan positif, S&P 500 dan Nasdaq cetak rekor sepanjang sejarah
  • Data konsumsi masyarakat Indonesia dan laporan realisasi anggaran kondisi ekonomi terkini  akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham RI bergerak beragam pada perdagangan kemarin, Senin (8/7/2024). Bursa saham melemah tetapi rupiah masih melanjutkan penguatan selama empat hari beruntun.

Bursa saham dan rupiah serta pasar obligasi diharapkan kompak menguat pada perdagangan hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, Senin (8/7/2024), IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 0,03% di level 7.250,97. Pelemahan tersebut mematahkan penguatan IHSG selama tiga hari beruntun yang tercapai pada pekan lalu.

Tercatat nilai transaksi atau turnover IHSG berada di angka Rp10,76 triliun, lebih tinggi dibandingkan transaksi sebelumnya sebesar Rp9,45 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 18,85 miliar lembar, dimana 318 saham naik, 256 turun dan 223 tidak berubah.

Meskipun nilai transaksi naik, sayangnya pergerakan IHSG justru melemah. Hal ini didorong dari aksi penjualan saham-saham perbankan.

Tercatat dari lima bank besar di bursa saham RI, hanya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang masih mencatatkan kinerja pergerakan saham yang positif.

Turunnya saham-saham perbankan didorong dari sentimen kredit menganggur atau undisbursed loan di perbankan masih menumpuk di tengah tumbuhnya kredit perbankan sebesar 13,09% secara tahunan (year on year/yoy) per Mei 2024.

Bedasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total undisbursed loan di bank umum mencapai Rp 2.130,37 triliun per Mei 2024, atau naik 10,59% (yoy) dibandingkan periode sama 2023 sebesar Rp 1.926,26 triliun.

Penumpukan kredit menganggur akibat penundaan pencairan oleh debitur karena belum ada kebutuhan pendanaan yang mendesak. Selain itu, sebagaian besar kredit menganggur berasal dari segmen kredit investasi. Biasanya proyek yang besar memerlukan waktu lebih lama untuk memenuhi persyaratan pencairan kredit atau proyek yang dibiayai memiliki timeline panjang sehingga tidak ada kebutuhan untuk menarik dana segera.

Tercatat kredit menganggur naik 11,85% (yoy) dengan nilai kredit Rp 1,17 triliun per Mei 2024.

Selain itu, sentimen dari hasil rapat Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, dimana anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 selama semester I-2024 tercatat defisit sebesar Rp77,3 triliun atau 0,34% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Senin (8/7/2024) rupiah ditutup menguat 0,15% terhadap dolar AS di posisi Rp16.250/US$1. Penguatan tersebut memperpanjang penguatan rupiah dalam empat hari beruntun sejak pekan lalu.

Penguatan rupiah didorong dari optimisme pejabat Bank Indonesia (BI) untuk mengembalikan rupiah ke level Rp16.000/US$1.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bank sentral berkomitmen untuk melakukan stabilitas rupiah ke depannya. Tidak tanggung-tanggung, BI akan mengusahakan rupiah untun terus menguat ke level di bawah Rp 16.000/US$1.

Menurut Perry, ada 4 faktor yang diyakini bank sentral akan membawa rupiah menguat. Pertama, penurunan Fed Fund Rate (FFR) pada akhir tahun ini. Kedua, penguatan imbal hasil portofolio Indonesia, termasuk SRBI dan SBN. Ketiga, fundamental ekonomi Indonesia yang baik. Ini ditunjukkan oleh inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang baik. Keempat adalah pemerintah terus mendukung upaya menjaga stabilitas kurs. Dengan demikian, BI yakin rupiah dapat menguat ke depannya.

Selain itu, BI memandang suku bunga acuan atau BI rate bisa dipangkas pada kuartal IV-2024 dari posisi sekarang 6,25%. Ini tergantung dengan kondisi rupiah. Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Jakarta, Senin (8/7/2024).

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun bergerak melemah 0,03% di level 7.022 pada perdagangan Senin (8/7/2024). Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).


(saw/saw)
Pages