Newsletter

Ada Harapan BI Rate Turun di Kuartal IV, IHSG dan Rupiah Untung?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
09 July 2024 06:00
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat rakornas pengendalian inflasi tahun 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024). (YouTube/Sekretariat Presiden)
Foto: Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat rakornas pengendalian inflasi tahun 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024). (YouTube/Sekretariat Presiden)

Pergerakan IHSG dan rupiah diperkirakan masih akan volatile. Hal ini lantaran akan terdapat sejumlah sentimen dalam negeri maupun luar negeri yang dapat menjadi booster untuk pasar dalam sepekan ke depan.

Berikut beberapa sentimen yang bia menggerakkan pasar hari ini:

Defisit APBN Dekati 3%, Utang Aman

Terdapat beberapa poin penting dalam hasil rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI yang dilaksanakan di Jakarta, Senin (8/7/2024).

Dalam rapat tersebut, Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI mengungkapkan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 selama semester I-2024 tercatat defisit sebesar Rp77,3 triliun atau 0,34% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 

Defisit APBN 2024 membengkak akibat belanja negara terkerek naik sementara di sisi lain penerimaan berkurang.

Defisit APBN tahun ini diperkirakan membengkak dari yang semula dirancang dalam APBN 2024 senilai Rp 522,8 triliun atau hanya sebesar 2,29% dari PDB, menjadi menjadi sebesar Rp 609,7 triliun, atau 2,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Artinya, defisit mendekati batas atas 3% dari PDB.

Semakin tekornya APBN itu dipengaruhi belanja negara yang diperkirakan membengkak menjadi sebesar Rp 3.412,2 triliun, atau 102,6% dari target dalam APBN 2024 sebesar Rp 3.325,1%. Sementara itu, pendapatan atau penerimaan negara tetap sesuai dengan target APBN 2024 sebesar Rp 2.802,5 triliun.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Isa Rachmatarwata mengatakan, belanja negara yang berpotensi melesat 102% dari target itu dipicu oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Sementara penerimaan negara terealisasi sebesar Rp Rp1.320,7 triliun (47,1%). Pada kelompok pajak telah dikumpulkan Rp893,8 triliun dan bea cukai sebesar Rp134,2 triliun serta PNBP Rp288,4 triliun.

Selain itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tak akan banyak menarik utang baru untuk membiayai defisit APBN 2024 yang akan membengkak.

Sri Mulyani mengatakan, beban defisit APBN yang melonjak itu akan ditutup dari saldo anggaran lebih atau SAL yang telah pemerintah kumpulkan sejak 2022-2023 silam. Total SAL yang digunakan ialah Rp 100 triliun.

Membengkaknya defisit bisa memicu kekhawatiran di pasar tetapi penggunaan SAL akan mengurangi kekhawatiran tersebut. Dengan penerbitan obligasi yang bekurnag maka pasokan SBN di pasar tidak akan banjir sehingga harga diharapkan terjaga. Hal ini bisa berdampak positif ke rupiah.

Pemangkasan Suku Bunga BI

Bank Indonesia (BI) memandang suku bunga acuan atau BI rate bisa dipangkas pada kuartal IV-2024 dari posisi sekarang 6,25%. Ini tergantung dengan kondisi rupiah.

Demikianlah disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Jakarta, Senin (8/7/2024).

"Kami akan coba. Mungkin kalau ada ruang di kuartal IV ada ruang untuk menurunkan suku bunga," tutur Perry.

Opsi pemangkasan suku bunga ini menjadi kabar gembira bagi pasar keuangan Indonesia. Pemangkasan suku bunga diharapkan membuat kredit bank kembali bergairah, menggerakkan konsumsi, serta memicu pertumbuhan ekonomi.

Pemangkasan suku bunga akan memacu sektor-sektor yang terkait dengan properti, kredit, otomotif, pembiayaan, hingga konsumsi. Saham-saham properti dan pembiayaan akan sangat diuntungkan dengan kenaikan permintaan kredit, baik rumah ataupun pembiayaan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga menegaskan bank sentral berkomitmen untuk melakukan stabilitas rupiah ke depannya. Tidak tanggung-tanggung, BI akan mengusahakan rupiah turun terus menguat ke level di bawah Rp 16.000 per dolar AS.

Menurut Perry, ada empat faktor yang diyakini bank sentral akan membawa rupiah menguat. Pertama, penurunan Fed Fund Rate (FFR) pada akhir tahun ini. Kedua, penguatan imbal hasil portofolio Indonesia, termasuk SRBI dan SBN.

Ketiga, fundamental ekonomi Indonesia yang baik. Ini ditunjukkan oleh inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang baik. Keempat adalah pemerintah terus mendukung upaya menjaga stabilitas kurs. Dengan demikian, BI yakin rupiah dapat menguat ke depannya.

BI optimis nilai tukar rupiah akan terus menguat ke depannya. Sampai dengan akhir tahun secara rata-rata rupiah akan berada di level Rp15.700-Rp16.100.


Hasil Konferensi Pers RDK OJK

Anggota Dewan Komisioner (ADK) OJK pengawas perbankan Dian Ediana Rae mengungkapkan industri perbankan RI Masih kuat dengan kinerja stabil ditopang oleh permodalan yang kuat.

"Pada Mei 2024, rasio kecukupan modal (CAR) relatif tinggi yakni 26,22%, sementara April lalu 25,97%," Jelas Dian dalam Konferensi Pers RDK OJK Senin 8 Juli 2024.

Selain itu, Dian mengungkapkan tingkat ROA perbankan pada Mei berada di angka 2,25%, turun dari posisi Apri lalu yang mencapai 2,51%.

Adapun margin bunga bersih perbankan tercatat stabil di angka 4,56% pada Mei atau sama seperti bulan sebelumnya.

Sementara itu dari sisi kinerja intermediasi, pada bulan Mei kredit tumbuh double digit 12,15% (yoy) jadi Rp 7.376 triliun dengan rasio kredit macet (NPL) gross 2,42% dan NPL nett 0,77%. Sejalan dengan itu dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh 8,63% (yoy) jadi Rp 8.699 triliun.

Selain itu, anggota Dewan Komisioner OJK pengawas pasar modal Inarno Djajadi mengungkapkan pasar kinerja pasar modal RI masih terkoreksi dalam enam bulan pertama tahun ini, dimana IHSG terkoreksi 2,88% secara year to date (ytd).

Adapun nilai kapitalisasi pasar bursa saham domestik naik menjadi Rp 12.092 triliun. Pelemahan IHSG selama semeter pertama tahun 2024 salah satunya disebabkan oleh keluarnya dana asing dari pasar modal RI. Net sell (semester I-2024) sebesar Rp 7,73 triliun (ytd).

Pada industri pengelolaan investasi, dana kelolaan (AUM) mencapai 826,07 triliun atau naik 0,16% ytd dan tercatat net redemption sebesar 7,88 T pada 28 Juni 2024.

Lalu terkait penghimpunan dana di pasar modal, nilai penawaran umum Rp 120 triliun dengan 26 emiten baru.

Kepercayaan Konsumen RI

Pada Senin (8/7/2024), Bank Indonesia merilis hasil survei indeks keyakinan konsumen (IKK) periode Juni 2024 yang tercatat sebesar 123,3, lebih rendah dibandingkan Mei 2024 yang sebesar 125,2.

Penurunan IKK tersebut sejalan dengan menurunnya indeks kondisi ekonomi saat ini (IKE) dan indeks ekspektasi konsumen (IEK).

IKE pada Juni 2024 tercatat sebesar 112,9, turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 115,4. Sedangkan IEK pada Juni 2024 sebesar 133,8, turun dari Mei 2024 yang sebesar 135.

Meskipun IKK menunjukkan tren penurunan, BI menilai indeks tersebut mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat.

Menurut survei BI, pada Juni 2024 keyakinan konsumen terpantau tetap optimis pada seluruh kategori pengeluaran. Peningkatan IKK tercatat pada responden dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta.

Penjualan Ritel RI

Pada hari Selasa (9/7/2024), terdapat rilis penjualan ritel Indonesia periode Mei 2024. Kinerja penjualan eceran pada Mei 2024 diprakirakan meningkat. Hal ini tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Mei 2024 yang mencapai 233,9 atau secara tahunan tumbuh 4,7% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh Subkelompok Sandang, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, serta Suku Cadang dan Aksesori. Secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan terkontraksi 1,0% (mtm) sejalan dengan normalisasi aktivitas masyarakat pasca-Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri. Kontraksi lebih dalam tertahan oleh beberapa kelompok yang masih tumbuh positif, yaitu Kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular