Newsletter

Tunggu Kabar Genting dari RI & AS, IHSG-Rupiah Aman?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
05 July 2024 06:00
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Para pelaku pasar akan mencermati rilis cadangan devisa Indonesia, terutama setelah intervensi BI untuk menjaga stabilitas rupiah
  • Selain itu akan rilis data tenaga kerja AS yang bisa menjadi perhitungan untuk memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed
  • Saat ini para pelaku pasar melihat bank sentral AS memiliki peluang menurunkan suku bunga hingga dua kali hingga akhir tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia menguat pada perdagangan kemarin. Baik pasar saham dan rupiah sama-sama berakhir di zona hijau.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup cerah pada perdagangan Kamis (4/7/2024), di mana investor masih menimbang pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) terbaru.

IHSG ditutup menguat 0,34% ke posisi 7.220,89. IHSG berhasil menyentuh kembali level psikologis 7.200, di mana IHSG terakhir berada di level psikologis ini yakni pada perdagangan 28 Mei lalu.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan melibatkan 19 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,05 juta kali. Sebanyak 351 saham naik, 207 saham turun, dan 230 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,88%.

Sementara itu, rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,24% di angka Rp16.325/US$ pada Kamis (4/7/2024). Apresiasi ini sejalan dengan penguatan rupiah kemarin (3/7/2024) sebesar 0,15%.

Institute for Supply Management mengatakan indeks manajer pembelian non-manufaktur (PMI) turun menjadi 48,8 bulan lalu, level terendah sejak Mei 2020, dari 53,8 pada bulan Mei. Ini adalah kedua kalinya tahun ini PMI turun di bawah 50 yang mengindikasikan kontraksi di sektor jasa.

Indeks aktivitas bisnis juga turun, mencatatkan angka 49,6, yang merupakan kontraksi pertama sejak Mei 2020. Pesanan baru (47,3 vs 54,1) dan ketenagakerjaan (46,1 vs 47,1) mengalami penurunan.

"Penurunan indeks gabungan pada bulan Juni disebabkan oleh penurunan yang signifikan dalam aktivitas bisnis, kontraksi dalam pesanan baru untuk kedua kalinya sejak Mei 2020, dan kontraksi yang berlanjut dalam ketenagakerjaan.

"Responden survei melaporkan bahwa secara umum, bisnis stagnan atau menurun, dan meskipun inflasi sedang melandai, beberapa komoditas memiliki biaya yang signifikan lebih tinggi. Panelis mengindikasikan bahwa kinerja pengiriman pemasok yang lebih lambat disebabkan terutama oleh tantangan transportasi." ujar Steve Miller, CPSM, CSCP, Ketua Institute for Supply Management.

Lemahnya aktivitas bisnis di AS ini berdampak negatif terhadap DXY yang berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah.

Jika aktivitas di AS terus melemah maka tendensi pemangkasan suku bunga tahun ini akan semakin besar dan tekanan terhadap mata uang Garuda akan semakin minim.

Wall street pada pedagangan kemarin libur, namun pada perdagangan sebelumnya Indeks S&P 500 dan Nasdaq yang sarat teknologi naik untuk mencatat rekor penutupan tertinggi, karena data yang menunjukkan pelemahan ekonomi meningkatkan harapan Federal Reserve dapat memangkas suku bunga pada bulan September.

Dow Jones Industrial Average ditutup sedikit lebih rendah, tertekan oleh penjualan saham-saham perawatan kesehatan dan konsumen selama sesi perdagangan yang diperpendek menjelang tanggal Empat Juli. Pasar akan tetap tutup pada hari Kamis untuk Hari Kemerdekaan AS, menjaga volume perdagangan tetap tipis sepanjang minggu.

Dow Jones Industrial Average turun 23,85 poin, atau 0,06%, menjadi ditutup pada 39.308,00, S&P 500 naik 28,01 poin, atau 0,51%, menjadi 5.537,02 dan Nasdaq Composite naik 159,54 poin, atau 0,88 %, menjadi 18.188,30.

S&P 500 telah melonjak lebih dari 15% pada paruh pertama tahun 2024, sebagian besar didukung oleh saham-saham papan atas yang terkait dengan teknologi dengan momentum tinggi. Rekan indeks acuan yang berbobot sama hanya naik 5% dan saham-saham berkapitalisasi kecil dan menengah telah tertinggal secara signifikan.

Indeks Semikonduktor SE Philadelphia naik 1,92% , dibantu oleh kenaikan dalam daftar AS dari Taiwan Semiconductor Manufacturing dan Broadcom.

Nvidia ditutup 4,6% lebih tinggi, setelah tergelincir pada hari Selasa, sementara beberapa saham besar lainnya melemah seperti Amazon, ditutup 1,2% lebih rendah.

"Kecenderungannya saat ini adalah ke arah rotasi... kita memiliki beberapa hari di mana kita melihat Russell turun, dan teknologi naik dan sebaliknya," kata Morrison, meskipun mencatat bahwa optimisme pasar terhadap saham-saham teknologi megacap masih kuat.

Laporan ketenagakerjaan ADP maupun data klaim pengangguran mingguan menunjukkan adanya pelonggaran kondisi pasar tenaga kerja menjelang laporan upah non-pertanian yang diawasi ketat pada hari Jumat. Pasar berharap tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja akan mendorong The Fed untuk menurunkan suku bunga.

"Angka ini merupakan angka klaim pengangguran yang cukup kuat, dan sesuai dengan tren keseluruhan yang mungkin merupakan indikasi pelonggaran pasar tenaga kerja. Hal ini tentunya disambut baik oleh The Fed," kata David Morrison, analis pasar senior Trade Nation.

Selain data itu, PMI dari Institute for Supply Management lebih lemah dari perkiraan, dan pesanan pabrik secara tak terduga merosot. Investor meningkatkan taruhan penurunan suku bunga di bulan September menjadi lebih dari 70%, menurut FedWatch.

Pada perdagangan hari ini pasar keuangan Indonesia digerakkan oleh sentimen dari dalam maupun luar negeri.

Dari dalam negeri akan ada pengumuman cadangan devisa pada siang hari ini. Menurut proyeksi Trading Economics cadangan devisa Indonesia pada Juni sebesar US$140 miliar. Jumlah ini naik tipis dari posisi bulan lalu sebesar US$139 miliar.

Cadangan devisa pada Juni memiliki peran penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bank sentral terus melakukan intervensi untuk melakukan stabilitas nilai tukar setelah rupiah mengalami guncangan hingga Juni 2024.

Salah satu caranya adalah intervensi dengan devisa. Perry mengungkapkan pada awal tahun, cadangan devisa cukup tinggi seiring dengan adanya inflow dari asing. Cadangan devisa yang terkumpul ini kemudian dipakai oleh BI saat diperlukan, yakni untuk stabilisasi nilai tukar. Tampak dari slide paparan BI, jumlah cadangan devisa yang terserap mencapai US$ 6,3 miliar pada Mei 2024.

Sementara itu, ada data penting lagi dari AS yang masih terkait dengan pasar tenaga kerja, yakni jumlah pekerjaan tercatat selain pertanian atau Non Farm Payroll (NFP) dan tingkat pengangguran.

Menurut penghimpun data Trading Economic, NFP diperkirakan bisa turun ke 180.000 pekerjaan periode Juni 2024 dari bulan sebelumnya sebesar 272.000 pekerjaan. Sementara untuk tingkat pengangguran di periode yang sama diproyeksikan akan bertahan di 4%.

Jika melihat banyaknya data pasar tenaga kerja yang akan rilis di awal pekan bulan Juli ini sesuai dengan ekspektasi, ini akan memberikan harapan pada kebijakan bank sentral AS yang lebih baik terhadap prospek suku bunga. Sebaliknya, jika pasar tenaga kerja masih lanjut tetap ketat, maka tren higher for longer masih tetap bertahan lama.

Terbaru, rilis risalah The Fed atau FOMC Minutes pertemuan 11-12 Juni. Pejabat Federal Reserve pada pertemuan terakhir mereka mengakui perekonomian AS tampaknya melambat dan "tekanan harga berkurang," namun tetap menyarankan pendekatan wait and see sebelum melakukan penurunan suku bunga.

Namun jika narasi seputar inflasi menunjukkan keyakinan bahwa inflasi sedang menuju ke arah penurunan, para pengambil kebijakan bank sentral AS belum siap untuk membuka kemungkinan penurunan suku bunga.

Para pejabat "tidak memperkirakan bahwa akan tepat untuk menurunkan suku bunga sampai informasi tambahan muncul untuk memberi keyakinan lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju" target 2%, kata risalah tersebut.

Para pengambil kebijakan masih menilai bahwa angka tersebut "meningkat" dan hanya menunjukkan perbaikan "sederhana" sejak pertemuan terakhir mereka, sebuah fakta yang membenarkan kelanjutan kebijakan moneter ketat meskipun perekonomian tampak melambat dan tekanan harga berkurang , menurut risalah tersebut.

"Sebagian besar peserta menilai bahwa pertumbuhan aktivitas ekonomi tampaknya melambat secara bertahap, dan sebagian besar peserta menyatakan bahwa mereka memandang kebijakan saat ini bersifat membatasi," dan oleh karena itu kemungkinan akan semakin mengekang perekonomian dan inflasi, menurut risalah tersebut.

Namun dalam pemungutan suara untuk mempertahankan suku bunga kebijakan tetap stabil pada kisaran 5,25%-5,50% seperti yang telah terjadi selama satu tahun, "para peserta mencatat bahwa kemajuan dalam mengurangi inflasi tahun ini lebih lambat dibandingkan perkiraan mereka pada bulan Desember lalu," demikian isi risalah tersebut. , dengan "beberapa peserta" menekankan perlunya kesabaran sebelum menurunkan suku bunga, dan "beberapa" menyebutkan kemungkinan perlunya menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi kembali meningkat.

Para pelaku pasar hingga saat ini menilai suku bunga The Fed akan dipangkas dua kali hingga akhir tahun ini.

Menurut data perangkat Fedwatch, pemangkasan pertama terjadi pada pertemuan September sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% - 5,25%. Peluangnya sebesar 59,9%. Kemudian pada pertemuan Desember akan terjadi pemangkasan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin ke 4,75% - 5,00%.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data dan agenda penting hari ini:

  • Cadangan Devisa Indonesia periode Juni (10.00 WIB)
  • Tech and Telco Forum 2024 dengan tema "Internet for All: A Deep Dive into Indonesia's Digital Backbone"
  • Ramah Tamah & Bincang HIPPINDO Bersama Media: Impor Ilegal Berjaya, Impor Resmi Dipersulit 
  • Non Farm Payrolls Amerika Serikat periode Juni (19.30 WIB)
  • Pengangguran Amerika Serikat periode Juni (19.30 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten hari ini:

  • Cum Date Dividen: BYAN, CSAP, FISH, KKGI, LSIP, MAPA, MAPI, MREI, NCKL, SIMP, UFOE, UNSP, WEHA

  • IPO: PART
  • Stock Split: ALDO
  • RUPST: AMIN

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(ras/ras) Next Article BI & The Fed Kompak Beri Kabar Baik, IHSG-Rupiah Bakal Melaju?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular