
Tunggu Kabar Genting dari RI & AS, IHSG-Rupiah Aman?

Pada perdagangan hari ini pasar keuangan Indonesia digerakkan oleh sentimen dari dalam maupun luar negeri.
Dari dalam negeri akan ada pengumuman cadangan devisa pada siang hari ini. Menurut proyeksi Trading Economics cadangan devisa Indonesia pada Juni sebesar US$140 miliar. Jumlah ini naik tipis dari posisi bulan lalu sebesar US$139 miliar.
Cadangan devisa pada Juni memiliki peran penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bank sentral terus melakukan intervensi untuk melakukan stabilitas nilai tukar setelah rupiah mengalami guncangan hingga Juni 2024.
Salah satu caranya adalah intervensi dengan devisa. Perry mengungkapkan pada awal tahun, cadangan devisa cukup tinggi seiring dengan adanya inflow dari asing. Cadangan devisa yang terkumpul ini kemudian dipakai oleh BI saat diperlukan, yakni untuk stabilisasi nilai tukar. Tampak dari slide paparan BI, jumlah cadangan devisa yang terserap mencapai US$ 6,3 miliar pada Mei 2024.
Sementara itu, ada data penting lagi dari AS yang masih terkait dengan pasar tenaga kerja, yakni jumlah pekerjaan tercatat selain pertanian atau Non Farm Payroll (NFP) dan tingkat pengangguran.
Menurut penghimpun data Trading Economic, NFP diperkirakan bisa turun ke 180.000 pekerjaan periode Juni 2024 dari bulan sebelumnya sebesar 272.000 pekerjaan. Sementara untuk tingkat pengangguran di periode yang sama diproyeksikan akan bertahan di 4%.
Jika melihat banyaknya data pasar tenaga kerja yang akan rilis di awal pekan bulan Juli ini sesuai dengan ekspektasi, ini akan memberikan harapan pada kebijakan bank sentral AS yang lebih baik terhadap prospek suku bunga. Sebaliknya, jika pasar tenaga kerja masih lanjut tetap ketat, maka tren higher for longer masih tetap bertahan lama.
Terbaru, rilis risalah The Fed atau FOMC Minutes pertemuan 11-12 Juni. Pejabat Federal Reserve pada pertemuan terakhir mereka mengakui perekonomian AS tampaknya melambat dan "tekanan harga berkurang," namun tetap menyarankan pendekatan wait and see sebelum melakukan penurunan suku bunga.
Namun jika narasi seputar inflasi menunjukkan keyakinan bahwa inflasi sedang menuju ke arah penurunan, para pengambil kebijakan bank sentral AS belum siap untuk membuka kemungkinan penurunan suku bunga.
Para pejabat "tidak memperkirakan bahwa akan tepat untuk menurunkan suku bunga sampai informasi tambahan muncul untuk memberi keyakinan lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju" target 2%, kata risalah tersebut.
Para pengambil kebijakan masih menilai bahwa angka tersebut "meningkat" dan hanya menunjukkan perbaikan "sederhana" sejak pertemuan terakhir mereka, sebuah fakta yang membenarkan kelanjutan kebijakan moneter ketat meskipun perekonomian tampak melambat dan tekanan harga berkurang , menurut risalah tersebut.
"Sebagian besar peserta menilai bahwa pertumbuhan aktivitas ekonomi tampaknya melambat secara bertahap, dan sebagian besar peserta menyatakan bahwa mereka memandang kebijakan saat ini bersifat membatasi," dan oleh karena itu kemungkinan akan semakin mengekang perekonomian dan inflasi, menurut risalah tersebut.
Namun dalam pemungutan suara untuk mempertahankan suku bunga kebijakan tetap stabil pada kisaran 5,25%-5,50% seperti yang telah terjadi selama satu tahun, "para peserta mencatat bahwa kemajuan dalam mengurangi inflasi tahun ini lebih lambat dibandingkan perkiraan mereka pada bulan Desember lalu," demikian isi risalah tersebut. , dengan "beberapa peserta" menekankan perlunya kesabaran sebelum menurunkan suku bunga, dan "beberapa" menyebutkan kemungkinan perlunya menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi kembali meningkat.
Para pelaku pasar hingga saat ini menilai suku bunga The Fed akan dipangkas dua kali hingga akhir tahun ini.
Menurut data perangkat Fedwatch, pemangkasan pertama terjadi pada pertemuan September sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% - 5,25%. Peluangnya sebesar 59,9%. Kemudian pada pertemuan Desember akan terjadi pemangkasan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin ke 4,75% - 5,00%.
(ras/ras)