
Neraka Bocor di India Jadi Berkah untuk Batu Bara, Harganya Melejit 1%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara global menguat tajam didorong oleh permintaan listrik yang melonjak di India.
Melansir Refinitiv pada Rabu (19/6/2024) harga batu bara dunia diperdagangkan di US$136 per ton, menguat 1,1% dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Permintaan India terhadap listrik berbasis batu bara telah meningkat sebesar 7,3% pada tahun fiskal ini dan mencapai level tertinggi sepanjang masa, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (19/6/2024).
Puncak Permintaan listrik di dataran utara India yang panas dan gersang mencapai rekor awal pekan ini, meskipun pemerintah mengatakan pihaknya terus menerapkan langkah-langkah untuk memenuhi konsumsi energi yang tinggi.
Departemen Meteorologi India (IMD) memperkirakan suhu di atas normal pada bulan Juni di bagian barat laut dan tengah negara itu, menjadikannya salah satu periode gelombang panas terpanjang.
Data pemerintah India menunjukkan bahwa terdapat hampir 25.000 kasus dugaan serangan panas dan 56 orang kehilangan nyawa akibat panas terik di seluruh negeri selama bulan Maret-Mei.
Kementerian Tenaga Listrik India mengatakan permintaan listrik pada waktu puncak pada hari Senin mencapai 89 gigawatt (GW), tertinggi yang pernah ada di wilayah utara, dan menambahkan bahwa permintaan yang kuat, yang terjadi sejak 17 Mei, merupakan "tantangan".
Suhu di ibu kota negara Delhi sekitar 44 derajat Celcius pada Senin sore, tetapi IMD mengatakan suhunya mencapai 49,2 C.
Produksi batu bara kumulatif mencapai 207,48 juta ton pada 16 Juni, tumbuh 9,27% dari periode yang sama tahun lalu, kata pemerintah dalam rilisnya.
Musim panas ini terjadi rekor puncak permintaan listrik sebesar 250GW di seluruh negeri, dengan kementerian menerapkan berbagai langkah seiring meningkatnya kebutuhan akan AC dan peralatan pendingin lainnya.
Lebih dari 75% pembangkit listrik India berasal dari batu bara pada tahun 2023, sementara pembangkit listrik berbahan bakar gas hanya menyumbang sekitar 2% dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar disebabkan oleh tingginya harga gas dibandingkan batu bara.
"Kementerian Batubara berkomitmen penuh untuk meningkatkan produksi dan transportasi batu bara, memastikan pembangkit listrik memiliki cadangan yang cukup untuk memenuhi lonjakan permintaan listrik," kata rilis tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)