
Produksi Ukraina Anjlok 74% Karena Perang, Harga Batu Bara Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara menguat setelah prospek ekonomi sejumlah negara konsumsi terbesar diprediksi akan meningkat pada 2025. Selain itu, ada penurunan produksi salah satu produsen utama batu bara di Eropa, yakni Ukraina.
Berdasarkan data Barchart, harga batu bara dunia acuan Newcastle pada perdagangan Rabu (29/1/2025) tercatat di US$116,05 per ton, naik 1,14% dari posisi sebelumnya.
Bank Dunia merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada2025 hingga 2026. Hasilnya beberapa negara konsumen utama batu bara mengalami peningkatan pertumbuhan, seperti India dan Afrika Selatan.
Bank Dunia memperkirakan ekonomi India akan tumbuh 6,7% pada 2025, lebih baik dibandingkan proyeksi pertumbuhan pada 2024 sebesar 6,5%.
Sementara Afrika Selatan diprediksi akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 1,8% pada 2025, dibandingkan 0,8% pada 2024.
India adalah konsumen batu bara terbesar kedua dengan pangsa pasar sekitar 11,3% dunia. Sementara Afrika Selatan terbesar ketujuh dengan pangsa pasar 2,4%.
Pertumbuhan ekonomi yang membaik meningkatkan optimisme permintaan listrik untuk industri, di mana India dan Afrika Selatan masih banyak membutuhkan batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi. Sehingga ada harapan permintaan batu bara dunia yang mengerek harga.
Walaupun demikian pertumbuhan ekonomi China dan negara maju lainnya, termasuk Jerman dan Amerika Serikat, diperkirakan akan mengalami penurunan laju ekonomi pada 2025. Hal ini sebagai penghambat harga batu bara untuk naik lebih tinggi.
Di sisi lain, produksi batubara kokas Ukraina anjlok sebesar 74% di antara 2013 hinga 2024. Sementara pada rentang tahun yang sama produksi kokas turun hampir 85%.
Impor batubara kokas menurun 89% selama periode ini, didorong oleh penurunan produksi baja, meskipun impor kokas telah kembali ke tingkat pada 2013.
Sebelum perang, Ukraina merupakan salah satu dari hanya empat negara di dunia yang mandiri dalam bahan baku untuk produksi baja, termasuk batubara, kokas, bijih besi, bijih mangan, dan ferroalloy.
Pada 2013, tambang-tambang di Ukraina menghasilkan 23,7 juta ton batubara kokas. Beberapa tambang, seperti Krasnodonvugillya, Tambang Zasyadko, Makiyivvugillya, dan Tambang Donbas, yang terletak di wilayah yang tidak dikuasai di daerah Donetsk dan Luhansk, secara kolektif menghasilkan 8,6 juta ton batubara kokas.
Selama tahun 2022-2024, pasukan militer Rusia menghancurkan fasilitas-fasilitas penting, termasuk Azovstal, yang memiliki kapasitas produksi batu bara kokas 1,2 juta ton.
Serta tambang pengolahan batu bara Kokas Avdiyivka, yang dulunya merupakan salah satu terbesar di Eropa. GMK Center memperkirakan bahwa Ukraina kehilangan sekitar 64% kapasitas produksi kokasnya antara tahun 2014 dan 2024.
Ukraina sendiri adalah produsen batu bara terbesar kelima di Eropa (selain Rusia). Ini berarti Ukraina memiliki peran penting menyuplai kebutuhan batu bara di Benua Biru.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)