Ada Bukti Baru 'Kiamat' Batu Bara Masih Lama, Harganya Melejit 3%!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
18 April 2024 07:21
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dunia bangkit setelah jatuh karena ketidakpastian penurunan suku bunga bank sentral. Penguatan didorong oleh potensi permintaan dari China.

Pada perdagangan Rabu (17/4/2024) harga batu bara dunia tercatat US$139,5 per ton, melejit 3,10% dibandingkan perdagangan sebelumnya. 

Batu bara mendapatkan dorongan dari potensi permintaan dari China seiring dengan tren musim panas yang akan datang. Sentimen ini memacu untuk pasokan kembali ditingkatkan, sebagai langkah mencegah kekhawatiran lonjakan harga saat terjadi suhu panas tahun lalu.

Sebagai informasi, China pada tahun lalu dilanda gelombang suhu panas mencapai 52,2 derajat Celcius yang memacu permintaan pendingin ruangan yang membutuhkan energi tinggi.

Impor semua jenis batu bara melalui laut ke China mencapai 97,43 juta metrik ton antara Januari dan Maret 2024, meningkat 16,9% dari 83,36 juta ton yang diimpor pada kuartal yang sama tahun lalu, data yang dikumpulkan oleh analis komoditas Kpler dan dikutip oleh Reuters pada Selasa (16/4/2024).

Selain itu, ada bukti bahwa batu bara dunia belum 'kiamat' terungkap dari sebuah laporan oleh Global Energy Monitor (GEM) yang dirilis pada hari Kamis (11/4/2024).

Dalam pernyataannya, GEM menyoroti bagaimana dunia menambah lebih banyak kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun lalu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sejak tahun 2016.

Menurut data dari GEM, Tiongkok memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru berkapasitas 70,2 GW pada tahun lalu, hampir 20 kali lipat dibandingkan negara-negara lain di dunia yang berkapasitas 3,7 GW. Negara ini juga baru menghentikan sekitar 3,7 GW kapasitas batu baranya pada tahun 2023.

Negara lain yang meluncurkan pembangkit listrik tenaga batu bara baru selain China adalah Indonesia, India, Vietnam, Jepang, Bangladesh, Pakistan, Korea Selatan, Yunani, dan Zimbabwe.

Sementara itu, negara-negara lain seperti AS dan Inggris, memperlambat laju penutupan pembangkit listrik mereka, dengan hanya sekitar 22,1 GW yang dihentikan pada tahun lalu - jumlah terkecil sejak tahun 2011.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation