
IHSG Jeblok ke Level Terendah Sejak November 2023, Cek Top Losers-nya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terperosok pada perdagangan Jumat (14/6/2024), ditutup di level 6.734,83, terendah sejak November 2023. Selama pekan ini, IHSG hanya mencatatkan penguatan satu kali, sementara secara mingguan terkoreksi 2,36%.
Ini menandai penurunan beruntun selama empat pekan terakhir. Kejatuhan IHSG kemarin tercatat memiliki nilai transaksi mencapai Rp 9,8 triliun dan volume 22 miliar lembar saham dalam 888.123 transaksi. Sebanyak 140 saham menguat, 451 melemah, dan 180 stagnan.
Sektor teknologi menjadi penekan terbesar, turun 2,23% pada akhir perdagangan kemarin.
Dalam sepekan, beberapa saham juga mencatat penurunan signifikan, termasukMKNT dan TOPS yang turun 50%, TOYS turun 44,4%, dan PEGE turun 43,4%. Berikut daftarnya yang dikutip dari fitur screener Stockbit Sekuritas.
Penyebab Kejatuhan IHSG
Penurunan kali ini turut disebabkan oleh faktor The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia kembali menahan suku bunga di level 5,25-5,50% yang menjadi kekhawatiran higher for longer. Namun, pemangkasan suku bunga acuan tetap disesuaikan dengan kondisi inflasi AS.
"Kami melihat laporan hari ini (inflasi yang melandai) sebagai kemajuan dan bisa membangun rasa percaya diri. Namun, kepercayaan diri kami belum sampai pada tahap membenarkan keputusan untuk mulai melonggarkan kebijakan pada saat ini," tutur Chairman The Fed Jerome Powell pada saat konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.
Dalam pernyataan resminya, The Fed menegaskan jika komite tidak akan menurunkan target (suku bunga) sampai kami lebih percaya diri melihat inflasi bergerak ke arah 2% secara berkelanjutan.
Dalam rapat kali ini, The Fed juga merilis dokumen dot plot. Setiap titik dalam dot plot tersebut merupakan pandangan setiap anggota The Fed terhadap suku bunga.
Dalam dokumen terbarunya, median dari proyeksi The Fed mengindikasikan hanya ada sekali pemotongan pada tahun ini sebesar 25 bps, paling lambat pada Desember 2024.
Proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan pada Maret 2024 di mana The Fed mengindikasikan ada tiga kali pemotongan dengan besaran 75 bps.
Sikap hawkish The Fed ini sebenarnya sudah sesuai dengan perkiraan untuk menahan suku bunga pada pertemuan bulan ini.
Sayangnya, dengan probabilitas pemangkasan suku bunga hanya sekali. Ini bisa memicu tren higher for longer yang dapat menjadi sentimen negatif bagi aset berisiko seperti saham.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)
