Argentina Dihajar Krisis Kanan-Kiri, Negaranya Messi "Ngemis" ke IMF

Revo M, CNBC Indonesia
14 June 2024 09:25
Pengunjuk rasa anti-pemerintah bentrok dengan polisi di luar Kongres, saat anggota parlemen memperdebatkan rancangan undang-undang reformasi yang dipromosikan oleh Presiden Argentina Javier Milei di Buenos Aires, Argentina, Rabu, 12 Juni 2024. (AP Photo/Gustavo Garello)
Foto: Pengunjuk rasa anti-pemerintah bentrok dengan polisi di luar Kongres, saat anggota parlemen memperdebatkan rancangan undang-undang reformasi yang dipromosikan oleh Presiden Argentina Javier Milei di Buenos Aires, Argentina, Rabu, 12 Juni 2024. (AP/Gustavo Garello)

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi mencekam datang dari Argentina di tengah kondisi ekonomi yang kian memburuk dan diikuti dengan unjuk rasa antara masyarakat dengan polisi.

Pada Rabu malam waktu setempat (12/6/2024) telah terjadi kekacauan di Argentina khususnya pasca Kongres menyetujui paket reformasi ekonomi yang diajukan Presiden Javier Milei. Presiden berusia 53 tahun tersebut memimpin Argentina sejak Desember 2023.

Paket itu disebut kontroversial oleh warga. Tak hanya mendeklarasikan keadaan darurat ekonomi selama setahun, Milei juga memiliki kewenangan membubarkan lembaga federal dan memprivatisasi selusin perusahaan publik termasuk maskapai penerbangan milik negara, Aerolineas Argentina.

Secara rinci, kebijakan lain yang akan dilakukan paket reformasi Milei adalah mengurangi akses terhadap tunjangan pensiun warga yang sudah minim. Politikus dan ekonom tersebut juga melemahkan perlindungan terhadap tenaga kerja.

Aksi Milei sudah menggemparkan warga Argentina. Di awal menjabat, sebelumnya ia telah memangkas separuh kabinetnya, menghilangkan 50.000 lapangan pekerjaan publik, dan menangguhkan kontrak-kontrak pekerjaan umum yang baru.  Presiden kelahiran Palermo, Buenos Aires, Argentina itu juga tega menghapuskan subsidi bahan bakar dan transportasi (BBM) bahkan ketika para pekerja Argentina kehilangan seperlima daya beli mereka.

Kehancuran ekonomi di Argentina ini telah berlangsung cukup lama, seperti defisit fiskal yang berkepanjangan hingga inflasi kronis.

Sebagai contoh, inflasi rata-rata Argentina pada 1944 hingga 2023 saja tercatat sebesar 190% dan pemerintah gagal membayar utang negara sebanyak sembilan kali (tiga kali di antaranya terjadi dalam dua dekade terakhir).

 

Lebih lanjut, selama satu dekade terakhir, negara ini mengalami penurunan pendapatan per kapita sebesar 10,4%, dan sejarah gagal bayar (default) serta restrukturisasi negara telah menyebabkan tingkat suku bunga yang sangat tinggi di pasar kredit internasional.

Alhasil sebagai konsekuensinya, strategi yang diterapkan adalah meningkatnya ketergantungan pada pajak inflasi sebagai sarana untuk membiayai kesenjangan fiskal.

Akibat yang tidak bisa dihindari adalah penurunan nilai peso Argentina dan tekanan signifikan terhadap nilai tukar resmi.

Dalam merespon depresiasi mata uang, diberlakukan suku bunga riil negatif, pembatasan impor kuantitatif, hingga pajak ekspor.

Namun kebijakan-kebijakan ini hanya berfungsi sementara dan justru memperburuk neraca bank sentral.

Lebih lanjut, hal ini menyebabkan bank sentral menghabiskan cadangan devisanya dan meningkatkan kewajiban berbunga, yaitu surat utang dan obligasi yang diterbitkan untuk menyerap kelebihan likuiditas akibat penciptaan uang.

Berikut ini beberapa bukti Argentina sedang berada di masa kelam.

1. Daya Beli Masyarakat Ambruk

Inflasi bulanan Argentina turun menjadi 4,2% pada Mei 2024, terendah dalam dua tahun terakhir. Data resmi menunjukkan bahwa inflasi bulanan ini telah turun selama lima bulan berturut-turut di tengah upaya penghematan yang ketat oleh Milei.

Kenaikan harga bulanan pada Mei 2024 merupakan yang terendah di Argentina sejak Januari 2022, di bawah perkiraan kenaikan sebesar 4,9% dan turun dari puncaknya di atas 25% pada Desember 2023.

Kendati inflasi bulanan melandai pada Mei tahun ini, namun para pemilik toko dan konsumen mengatakan bahwa, perubahan tersebut belum sepenuhnya terasa di lapangan.

"Tidak peduli seberapa besar penurunan tingkat inflasi, seperti yang dikatakan semua orang, hal itu tidak tercermin di sini karena lihat, ada barang-barang yang seharusnya turun tetapi belum turun," kata Sandra Boluch, seorang penjual buah dan sayur di Buenos Aires, dikutip dari Reuters.

Dia mengatakan tokonya terpaksa menaikkan gaji para pekerja karena harga sewa mereka meningkat, sementara biaya input seperti kantong plastik telah meningkat, yang semuanya berdampak pada harga stiker untuk wortel dan apel.

Inflasi tahunan juga melambat untuk pertama kalinya sejak pertengahan tahun lalu, turun dari puncaknya pada April yakni sebesar 289,4% atau nyaris 300% menjadi 276,4% pada Mei 2024. Kendati turun, inflasi Argentina merupakan salah satu tingkat inflasi tertinggi di dunia.

2. Suku Bunga 40%

Argentina telah memangkas suku bunganya pada pertengahan Mei 2024 menjadi 40% dari yang sebelumnya di level 50%. Hal ini dilakukan mengingat inflasi terpantau mengalami pelandaian khususnya secara bulanan.

Lebih lanjut, biaya pinjaman kini telah turun dari angka tertinggi 133% pada bulan Desember lalu.

Pada saat itu, keputusan penurunan tingkat suku bunga ini diambil setelah staf Dana Moneter Internasional (IMF) menandatangani tinjauan kedelapan terhadap program Argentina senilai US$44 miliar atau sekitar Rp 715, 66 triliun (kurs US$1=16265).

Jika disetujui oleh dewan eksekutif IMF, langkah tersebut akan memberi negara tersebut ruang bernapas sebesar US$800 juta (Rp 13, 012 triliun) untuk memenuhi pembayaran utang kepada pemberi pinjaman yang berbasis di Washington tersebut.

Gebrakan yang hadir di era Milei ini pada dasarnya bertentangan dengan rekomendasi dari IMF mengenai suku bunga riil positif. Namun, para pejabat meyakini dengan biaya pinjaman yang lebih rendah akan memungkinkan bank sentral untuk membersihkan neraca yang sarat utang dan menyerap kelebihan likuiditas.

3. IMF Beri Bantuan US$800 Juta

IMF mengizinkan pencairan dana sebesar US$800 juta untuk mempertahankan kemajuan yang telah terjadi di Argentina tersebut diperlukan peningkatan kualitas penyesuaian fiskal, pengambilan langkah-langkah menuju peningkatan kerangka kebijakan moneter dan valuta asing (valas), dan penerapan reformasi untuk pertumbuhan.

Angka tersebut pada dasarnya masih terbilang kurang mengingat Milei mengestimasi dibutuhkan sekitar US$15 miliar untuk membangun cadangan yang cukup terkhusus menghilangkan jaringan kontrol mata uang yang menghambat investasi di Argentina. Namun ia sampaikan bahwa tidak semua dana tersebut harus berasal dari IMF.

4. Mata Uang Peso Terpuruk

Pelemahan peso Argentina terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah terjadi selama bertahun-tahun.

Dilansir dari Refinitiv, secara year to date (ytd) hingga 13 Juni 2024, peso Argentina telah terdepresiasi sebesar 11,57%. Sementara di sepanjang 2023, peso Argentina anjlok dalam sebesar 357,42%.

Devaluasi mata uang ini sangat terasa bagi masyarakat. Sebagai contoh, pemilik toko di Nanawa, 30 kilometer dari ibukota Asuncion (Paraguay), memperkirakan kepada Reuters bahwa penjualan telah anjlok antara 60-80% sejak Milei menjabat pada bulan Desember lalu ketika ia mendevaluasi tajam mata uang resmi peso dan mendorong dilakukannya penghematan.

Warga Buenos Aires berumur 37 tahun, Paige Nichols mengatakan bahwa pengeluaran bulanan rumah tangganya telah meningkat sekitar 150% sejak devaluasi pada bulan Desember, terutama didorong oleh asuransi kesehatan, utilitas, dan bahan makanan.

Produk seperti minyak zaitun dan pasta gigi kini menjadi barang mewah di negara asal pesepakbola Lionel Messi . Reuters menemukan rata-rata harga setengah liter minyak zaitun di Buenos Aires adalah US$15, dan beberapa merek dihargai US$26.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation