3 Negara Ini Kerek Suku Bunga Ugal-Ugalan, Ada yang Tembus 100%

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 March 2024 09:27
Bendera Turki berkibar setengah tiang setelah Turkiye mengumumkan 7 hari berkabung nasional setelah gempa bumi mematikan di Ankara, Turkiye pada 06 Februari 2023. (Anadolu Agency via Getty Images)
Foto: Bendera Turki berkibar setengah tiang setelah Turkiye mengumumkan 7 hari berkabung nasional setelah gempa bumi mematikan di Ankara, Turkiye pada 06 Februari 2023. (Anadolu Agency via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Era suku bunga tinggi belum berakhir di beberapa negara hingga 2024. Kebijakan suku bunga tinggi dilakukan untuk mengatasi inflasi yang masih melaju kencang di berbagai negara di dunia.

Inflasi yang sangat tinggi, baik di negara maju maupun berkembang, telah mendorong siklus kenaikan suku bunga paling agresif dalam beberapa dekade terakhir, yang menyebabkan kondisi keuangan semakin ketat.

Beberapa negara terpantau masih menaikkan suku bunga acuannya, demi meredam panasnya inflasi. Adapun negara tersebut yakni Argentina, Turki, dan Rusia. Ketiga bank sentral negara tersebut mengerek suku bunga secara masif.

1. Turki

Bank sentral Turki (Central Bank of the Republic of Türkiye/TCMB) kembali menaikkan suku bunga acuannya menjadi 50%, dari sebelumnya 45% karena merespons lonjakan inflasi inti yang menembus angka 70% jelang Pemilihan Umum (Pemilu).

Peningkatan ini terjadi setelah jeda pada bulan lalu yang membuat para ahli yakin penahanan suku bunga akan menyusul. Namun inflasi kronis masih berlanjut.

TCMB secara tak terduga menaikkan suku bunga utamanya karena negara tersebut terus berusaha mengendalikan inflasi yang melonjak.

Bank Sentral Turki mengatakan pada Kamis (21/3/2024) bahwa mereka telah menaikkan suku bunga kebijakan (atau tingkat lelang repo satu minggu) menjadi 50%, naik dari 45%, karena inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada Februari lalu.

Bank sentral juga menimbang faktor inflasi jasa, ekspektasi inflasi, risiko geopolitik, dan harga pangan untuk menjaga tekanan inflasi mereda.

Sebelumnya pada Februari lalu, inflasi Turki masih cukup tinggi, di mana Indeks Harga Konsumen (consumer price index/CPI) Turki mencapai 67,07% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini meningkat dari periode Januari lalu yang mencapai 64,86% (yoy).

Dalam setahun terakhir atau sejak Maret 2023 hingga Maret 2024, bank sentral Turki mengerek suku bunga sebesar 4.150 basis points (bps).

Keputusan tersebut menandai kenaikan suku bunga pertama di bawah arahan gubernur bank sentral baru, Fatih Karahan. Presiden Recep Tayyip Erdogan menunjuk Karahan sebagai gubernur bank sentral yang baru pada bulan Februari 2024, menggantikan Hafize Gaye Erkan, yang mengundurkan diri di tengah tuduhan nepotisme yang diberitakan di media lokal.

Namun, Erkan, gubernur perempuan pertama Turki dan mantan eksekutif bank yang berbasis di AS, membantah keras tuduhan tersebut. Selama masa jabatan Erkan, bank tersebut menaikkan suku bunga acuan secara signifikan dari 8,5% pada bulan Juni 2023 menjadi 45% pada bulan Januari 2024.

Turki telah menderita inflasi kronis akibat kebijakan Erdogan yang tidak lazim selama bertahun-tahun. Namun, Karahan mengatakan bahwa mengendalikan inflasi adalah prioritas utamanya, dan berjanji akan menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi melonjak.

2. Taiwan

Bank sentral Taiwan (The Central Bank of the Republic of China/CBC) memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 12,5 basis poin (bp) menjadi 2%, dari sebelumnya di level 1,875%.

Keputusan tersebut mengejutkan para pengamat, dimana bank sentral setempat mengatakan akan melanjutkan upayanya untuk memerangi inflasi, khususnya setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya.

Selain kenaikan suku bunga, bank sentral Taiwan juga memperkirakan indeks harga konsumen lokal akan naik 2,16% pada tahun 2024, peningkatan tajam dari perkiraan yang dibuat pada Desember 2023 sebesar 1,89%.

Keputusan untuk menaikkan suku bunga terjadi setelah tiga kuartal berturut-turut CBC menahan suku bunga acuannya di level 1,875%.

Dalam dua bulan pertama tahun ini, CPI Taiwan naik 2,43% dari tahun sebelumnya, setelah melonjak sebesar 3,08% pada Februari lalu, ketika liburan Tahun Baru Imlek memicu pembelian besar-besaran dan menambah tekanan terhadap inflasi.

Bank sentral Taiwan juga menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2024 menjadi 3,22%, dari sebelumnya sebesar 3,12% pada Desember 2023, karena permintaan global terhadap produk-produk teknologi buatan Taiwan serta belanja domestik meningkat.

3. Rusia

Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) diperkirakan akan kembali mempertahankan suku bunga acuan di angka 16% setelah secara masif mengerek suku bunga sebesar 850 bp sejak Juli 2023 hingga Desember 2023.

Hal ini karena tekanan inflasi saat ini telah mereda dibandingkan dengan bulan-bulan musim gugur namun tetap tinggi. Permintaan dalam negeri masih melebihi kemampuan untuk memperluas produksi barang dan jasa.

Penilaian mengenai sifat berkelanjutan dari tren disinflasi yang muncul masih terlalu dini. Kebijakan moneter Bank Rusia ditetapkan untuk memperkuat proses disinflasi yang terjadi dalam perekonomian Rusia.

Inflasi Rusia dinilai masih cukup tinggi, meski tekanannya sudah mulai berkurang. Inflasi Rusia per Februari lalu mencapai 7,7%, naik dari periode Januari lalu yang sebesar 7,4%.

Selain itu, inflasi inti Rusia mencapai titik tertinggi dalam satu tahun pada Februari lalu, yakni sebesar 7,6%, naik dari sebelumnya sebesar 6,8% pada Januari lalu.

Inflasi Rusia telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir dan belum ada tanda-tanda mendingin, karena dampak lanjutan dari sanksi internasional terhadap harga-harga sehari-hari di negara tersebut.

Serangkaian sanksi yang dijatuhkan sebagai respons terhadap agresi yang masih berlangsung di Ukraina membuat Rusia kini menghadapi berkurangnya pilihan secara signifikan terkait perdagangan internasional dan pengadaan sejumlah barang.

CBR juga telah menaikkan suku bunga secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, dengan tingkat suku bunga saat ini sebesar 16%. Hal ini telah berdampak besar pada devaluasi mata uang rubel, terutama terhadap dolar AS, yang menyebabkan impor menjadi lebih mahal.

4. Argentina

Suku bunga Argentina tergolong cukup tinggi bahkan sempat menyentuh 130% pada akhir 2023 lalu.

Langkah kebijakan pengetatan moneter yang agresif diambil bank sentral, seiring dengan kesulitan yang dihadapi pemerintah Argentina dalam mengatasi inflasi. Pada Agustus 2023, inflasi Argentina menembus level 100%, level tertinggi dalam kurun waktu sekitar 30 tahun terakhir.

Namun secara mengejutkan, bank sentral Argentina (Banco Central de la República Argentina/CBA) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya menjadi 80%, dari sebelumnya di level 100% pada Desember 2023.

Meski bank sentral mulai memangkas suku bunga acuannya, tetapi tingkat suku bunga Argentina masih terbilang tinggi.

Alasan bank sentral Argentina mulai memangkas suku bunga acuannya karena mereka melihat inflasi bulanan mulai menurun, sementara peso terus menguat terhadap dolar AS di pasar paralel.

Meskipun terjadi inflasi tahunan lebih dari 250%, otoritas moneter menyebutkan sejumlah faktor yang menjelaskan pemotongan tersebut pada Senin malam, termasuk pembangunan kembali cadangan devisa yang stabil.

Sebelumnya pada Februari lalu, inflasi Argentina secara tahunan kembali naik hingga mencapai 276,2%, dari sebelumnya pada Januari lalu di level 254,2%. Sementara inflasi bulanan Argentina pada Februari lalu mencapai 13,2%.

Hal ini menjadikan Argentina sebagai negara dengan inflasi terburuk di dunia dan dapat menghantam daya beli masyarakat dan meningkatkan tingkat kemiskinan.

Krisis di Argentina ini menyebabkan sejumlah warga bahkan mengais sampah untuk bertahan hidup. Mereka melakukan ini untuk mendapatkan makanan.

Presiden Argentina, Javier Milei, telah menerapkan sejumlah langkah keras untuk mengatasi inflasi, termasuk pemotongan belanja negara, menargetkan subsidi untuk utilitas dan transportasi, serta upaya untuk menyederhanakan program kesejahteraan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation