Newsletter

Dihujani Kabar Positif dari AS: Sanggupkah IHSG-Rupiah Happy Weekend?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
14 June 2024 06:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Perdagangan pasar keuangan akhir pekan ini, Jumat (14/6/2024) bakal dipengaruhi oleh sejumlah sentimen, mulai dari rilis data tenaga kerja AS pada Kamis malam, penantian suku bunga bank sentral Jepang, hingga Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Indonesia. Berikut rinciannya :

Klaim Pengangguran Naik - Indeks Harga Produsen AS Melandai

Pada Kamis malam (13/6/2024), Departemen Tenaga Kerja AS merilis data klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 1 Juni 2024, tercatat ada 242.000 klaim. Angka ini secara tidak terduga malah naik dari pekan sebelumnya sebanyak 229.000 dan berbalik arah dari ekspektasi yang proyeksi turun ke 225.000 klaim.

Angka klaim pengangguran secara rata-rata dalam empat minggu berada di angka 227.000. Sementara angka klaim pengangguran lanjutan mencapai 1,82 juta, melebihi ekspektasi yang berharap hanya naik ke 1,80 juta.

Kondisi ini menunjukkan ada sedikit pendinginan pada pasar tenaga kerja AS setelah pada akhir pekan lalu mencetak kenaikan tidak terduga pekerjaan tercatat di luar pertanian atau Non Farm Payroll (NFP). Setidaknya data klaim pengangguran memberikan gambaran lebih jauh terkait pasar tenaga kerja.

Rilis data ekonomi lain pada Kamis malam, ada indeks harga produsen yang melandai lebih baik dibandingkan ekspektasi. Dari 2,4% secara tahunan (yoy) pada April menjadi 2,3% pada Mei. Angka ini lebih baik dari ekspektasi yang proyeksi stagnan.

Melandainya PPI dan meningkatnya klaim pengangguran adalah kabar baik bagi ekonomi global, termasuk Indonesia. Dengan dua faktor tersebut maka ada harapan inflasi AS semakin melanda ke depan sehingga The Fed bisa segera memangkas suku bunga.

Indeks Keyakinan Konsumen AS

Beralih pada hari ini, dari eksternal ada sejumlah data yang dinanti. Masih dari negeri Paman Sam, di akhir pekan akan ada pengumuman data soal ekspektasi konsumen sampai ekspektasi inflasi bulan Juni oleh Michigan University.

Michigan University membuat proyeksi ekspektasi konsumen untuk bulan Juni masih akan berada di zona ekspansif, pada level 70, naik dibandingkan sebelumnya sebesar 68,8. Sementara untuk inflasi Juli diharapkan akan stagnan di 3,3%, sama seperti bulan Mei.

Suku Bunga Bank Sentral Jepang

Sentimen berikutnya datang dari Asia, tepatnya ke negara bunga Sakura, Jepang yang akan merilis data terkait suku bunga acuan.

Sekitar pukul 11.30 WIB hari ini, Bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) akan merilis keputusan terkait kebijakan moneter suku bunga. Sejauh ini pasar ber-ekspektasi akan tetap dipertahankan dalam suku bunga ultra longgar di 0,1%.

Meski begitu, BoJ menandai adanya risiko kenaikan terhadap inflasi dan mengindikasikan bahwa mereka siap untuk menyesuaikan kebijakan moneter, namun mereka memperkirakan kondisi keuangan yang akomodatif akan tetap ada untuk saat ini, menurut ringkasan pertemuan kebijakan bulan April lalu.

Bank sentral menyerukan perhatian terhadap berbagai faktor inflasi seperti kemajuan spiral harga upah yang lebih besar dari perkiraan, depresiasi lebih lanjut terhadap yen, kebijakan fiskal yang aktif, kurangnya kapasitas pasokan yang terutama disebabkan oleh kekurangan tenaga kerja dan kenaikan gaji. dalam harga komoditas.

Sementara itu, BOJ mencatat bahwa realisasi prospek kegiatan ekonomi dan kenaikan harga dapat membenarkan kenaikan suku bunga. Faktor-faktor utama yang dipantau untuk penyesuaian kebijakan lebih lanjut mencakup perilaku positif perusahaan sepanjang musim panas ini dan tren konsumsi yang membaik.

Di tempat lain, perwakilan Kementerian Keuangan menyoroti kurangnya momentum konsumsi, dan meminta BOJ untuk bekerja sama dengan pemerintah untuk mencapai inflasi 2% yang berkelanjutan.

Keputusan suku bunga BoJ penting bagi Indonesia mengingat besarnya dampak outflow dan inflow yang bisa terjadi. Jepang juga merupakan salah satu investor besar di SBN dan investasi langsung sehingga posisi suku bunga di sana akan menentukan porsi investasi di Indonesia.

Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2024

Beralih ke domestik, hari ini akan ada acara Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2024. Acara ini bakal menjadi rapat terakhir bagi JPresiden Joko Widodo (Jokowi) di penghujung masa kepemimpinan-nya.

Perlu disimak langkah apa saja yang akan dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan BI dalam mengendalikan inflasi hingga akhir tahun ini, terutama inflasi pangan.

Dalam dua tahun terakhir, inflasi pangan melonjak karena melambungnya harga bahan pangan mulai dari beras, minyak sayur, cabai, gula hingga telur ayam

Jokowi dalam berbagai kesempatan juga mengingatkan akan bahaya inflasi pangan yang menggerogoti daya beli. Inflasi kelompok bergejolak yang didominasi pangan menembus 8,14% (yoy) pada Mei, jauh di atas target BI dan pemerintah yakni 4-5%.

38 Emiten Antri RUPS, Musim Dividen Masih Akan Berlangsung

Membahas pasar saham, pada hari ini masih ada antrian 38 emiten akan melakukan aksi korporasi Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), beberapa diantaranya bahkan melakukan RUPS Luar Biasa (RUPSLB).

Dalam RUPS biasanya akan membahas penggunaan laba bersih dari tahun buku sebelumnya, biasanya yang paling dinantikan adalah dividen. Memang tak pasti dividen ini dibagi karena ada satu dan lain hal yang lebih dipriotitaskan, atau kondisi perusahaan yang tidak bisa memenuhi itu.

Meski demikian, rata-rata emiten membagikan dividen. Artinya, dari 38 emiten yang antri RUPS, dari jumlah tersebut sebagian besar akan membagikan dividen. Hal ini berarti musim dividen masih akan berlangsung.

 

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular