Newsletter

Dihujani Kabar Positif dari AS: Sanggupkah IHSG-Rupiah Happy Weekend?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
14 June 2024 06:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: ist
  • Pasar keuangan RI bergerak beragam IHSG koreksi, tetapi rupiah menguat dan obligasi diburu investor lagi.
  • Bursa Wall Street kembali bergerak beragam,  Nasdaq dan S&P 500 kembali pecah rekor, sementara Dow Jones terkoreksi lagi.
  • Hari ini sentimen pasar bakal dipengaruhi lanjutan data pasar tenaga kerja AS, suku bunga Jepang, sampai rapat koordinasi pengendalian inflasi RI.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI berakhir beragam pada perdagangan kemarin, Kamis (13/6/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) koreksi tipis, rupiah menguat sementara sampai obligasi masih diincar investor.

Pasar keuangan hari ini diharapkan kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau pada hari ini. Sentimen selengkapnya yang potensi mempengaruhi pasar pada hari ini, Jumat (14/6/2024) silahkan dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Mulai dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, Kamis (13/6/2024), setelah sempat menghijau di sepanjang perdagangan hari ini.
Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup terpangkas 0,27% ke posisi 6.831,56. Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG sempat bergerak di zona merah tipis sekitar pukul 11:00 WIB.
Namun secara menyeluruh, IHSG bergerak di zona hijau. IHSG pun kembali gagal untuk menembus lagi level psikologis 6.900.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 14 triliun dengan volume transaksi mencapai 43 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 812.373 kali. Sebanyak 251 saham menguat, 285 saham melemah, dan 235 sisanya cenderung stagnan.

Tercatat sektor bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan, yakni mencapai 0,73%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut daftarnya.

Saham telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 9,4 indeks poin.

Investor asing mencatat net buy atau beli bersih Rp 2,98 triliun di seluruh pasar saat IHSG terkoreksi. Namun, net buy ini seluruhnya disumbang dari transaksi di pasar nego dan tunai sebesar Rp3,86 triliun, sementara dari pasar reguler asing masih net sell sebesar Rp 879,21 miliar.

Tercatat ada transaksi saham PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) senilai total Rp 3,9 triliun di pasar negosiasi. Selain itu, net buy asing juga tercatat di saham-saham blue chip, ada PT Astra International Tbk (ASII) Rp 61,81 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 53,04 miliar, dan PT Amman Mineral International Tbk (AMMN) Rp 45,35 miliar.

Aliran dana asing yang masuk besar kemarin di pasar saham, tampaknya juga berimplikasi pada gerak nilai tukar rupiah yang ditutup sumringah.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,15% di angka Rp16.265/US$ pada perdagangan Kamis (13/6/2024). Apresiasi ini mematahkan tren pelemahan rupiah yang telah terjadi tiga hari beruntun sejak 10 Juni 2024

Pergerakan rupiah kemarin juga didominasi oleh sentimen dari eksternal khususnya AS.

Pada Rabu malam (12/6/2024), AS mengumumkan inflasi melandai ke 3,3% (year on year/yoy) pada Mei 2024, dari 3,4% (yoy) pada April. Inflasi melaju ke level terendah tiga bulan dan sesuai dari proyeksi pasar sebesar 3,4% (yoy).

Setelah rilis data inflasi, beberapa jam kemudian, Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%.

Lebih lanjut, dalam dokumen dot plot, The Fed memproyeksikan akan terjadi pemangkasan suku bunga sebanyak satu kali di tahun ini dan dilanjutkan pada 2025 sebanyak empat kali atau 100 basis poin (bps).

Hal ini memberikan angin segar bagi mata uang Garuda karena jika pembabatan suku bunga tersebut benar-benar terjadi, maka tekanan terhadap rupiah akan semakin berkurang dan peluang rupiah menguat akan semakin besar.

Angin segar juga datang ke pasar obligasi, ini tercermin dari yield obligasi acuan RI bertenor 10 tahun yang akhirnya mulai melandai menjauhi level 7%.

Melansir data Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun pada penutupan perdagangan kemarin turun sekitar 6 basis poin (bps) menjadi 6,96%. Penurunan akhirnya terjadi setelah yield melambung tiga hari beruntun.

Perlu dipahami, bahwa ketika yield obligasi turun, maka harga obligasi akan mulai meningkat yang menjadi tanda bahwa investor mulai kembali memburu surat utang RI.

Buesa Wall Street secara umum bergerak dalam zona hijau pada perdagangan yang berlangsung dari Kamis malam (13/6/2024) sampai Jumat dini hari (14/6/2024). S&P 500 dan Nasdaq ditutup pada rekor tertinggi setelah naik selama empat hari beruntun.

Indeks Dow Jones melemah 0,17% atay 65,11 poin ke 38.647,1. Artinya, Dow Jones sudah melemah selama tiga beruntun. Indeks Nasdaq menguat 0,34% atau 59,12 poin ke 17.667,56 sementara indeks S&P 500 menanjak 0,23% atau7 12,71 poin ke 5.433,74.

Pelaku pasar mempertimbangkan data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan dibandingkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Laporan indeks harga produsen (PPI) terbaru menunjukkan berlanjutnya pelonggaran tekanan inflasi, menghidupkan kembali kemungkinan penurunan suku bunga berulang kali pada tahun ini.

Selain itu, pasar tenaga kerja AS mendapatkan data lanjutan dari klaim pengangguran yang tidak terduga naik lebih banyak dari perkiraan. Ini memicu pasar tenaga kerja sudah sedikit mendingin. 

PPI melandai ke 2,2% (yoy)pada Mei 2024, dari 2,3%(yoy) pada April 2024. PPI juga melandai ke 2,3% (yoy)pada Mei 2024, dari 2,4%(yoy) pada April 2024. Secara bulanan, PPI melandai ke 0% pada Mei 2024, dari 0,5% pada April 2024.

Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran naik 13.000 menjadi 242.000 pada pekan yang berakhir pada 8 Juni 2024, tertinggi sejak Agustus 2023.

Di antara saham-saham, Broadcom melonjak 12,8% setelah meningkatkan perkiraan pendapatan untuk chip AI dan mengumumkan pemecahan saham, sementara Nvidia naik 3,5%.

Tesla naik 2,7% menyusul persetujuan pemegang saham atas paket gaji Elon Musk senilai $56 miliar dan berita tentang rencana untuk memindahkan perusahaan tersebut ke Texas. Sebaliknya, Virgin Galactic turun 14,2% menyusul pengumuman tentang reverse stock split.

Perdagangan pasar keuangan akhir pekan ini, Jumat (14/6/2024) bakal dipengaruhi oleh sejumlah sentimen, mulai dari rilis data tenaga kerja AS pada Kamis malam, penantian suku bunga bank sentral Jepang, hingga Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Indonesia. Berikut rinciannya :

Klaim Pengangguran Naik - Indeks Harga Produsen AS Melandai

Pada Kamis malam (13/6/2024), Departemen Tenaga Kerja AS merilis data klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 1 Juni 2024, tercatat ada 242.000 klaim. Angka ini secara tidak terduga malah naik dari pekan sebelumnya sebanyak 229.000 dan berbalik arah dari ekspektasi yang proyeksi turun ke 225.000 klaim.

Angka klaim pengangguran secara rata-rata dalam empat minggu berada di angka 227.000. Sementara angka klaim pengangguran lanjutan mencapai 1,82 juta, melebihi ekspektasi yang berharap hanya naik ke 1,80 juta.

Kondisi ini menunjukkan ada sedikit pendinginan pada pasar tenaga kerja AS setelah pada akhir pekan lalu mencetak kenaikan tidak terduga pekerjaan tercatat di luar pertanian atau Non Farm Payroll (NFP). Setidaknya data klaim pengangguran memberikan gambaran lebih jauh terkait pasar tenaga kerja.

Rilis data ekonomi lain pada Kamis malam, ada indeks harga produsen yang melandai lebih baik dibandingkan ekspektasi. Dari 2,4% secara tahunan (yoy) pada April menjadi 2,3% pada Mei. Angka ini lebih baik dari ekspektasi yang proyeksi stagnan.

Melandainya PPI dan meningkatnya klaim pengangguran adalah kabar baik bagi ekonomi global, termasuk Indonesia. Dengan dua faktor tersebut maka ada harapan inflasi AS semakin melanda ke depan sehingga The Fed bisa segera memangkas suku bunga.

Indeks Keyakinan Konsumen AS

Beralih pada hari ini, dari eksternal ada sejumlah data yang dinanti. Masih dari negeri Paman Sam, di akhir pekan akan ada pengumuman data soal ekspektasi konsumen sampai ekspektasi inflasi bulan Juni oleh Michigan University.

Michigan University membuat proyeksi ekspektasi konsumen untuk bulan Juni masih akan berada di zona ekspansif, pada level 70, naik dibandingkan sebelumnya sebesar 68,8. Sementara untuk inflasi Juli diharapkan akan stagnan di 3,3%, sama seperti bulan Mei.

Suku Bunga Bank Sentral Jepang

Sentimen berikutnya datang dari Asia, tepatnya ke negara bunga Sakura, Jepang yang akan merilis data terkait suku bunga acuan.

Sekitar pukul 11.30 WIB hari ini, Bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) akan merilis keputusan terkait kebijakan moneter suku bunga. Sejauh ini pasar ber-ekspektasi akan tetap dipertahankan dalam suku bunga ultra longgar di 0,1%.

Meski begitu, BoJ menandai adanya risiko kenaikan terhadap inflasi dan mengindikasikan bahwa mereka siap untuk menyesuaikan kebijakan moneter, namun mereka memperkirakan kondisi keuangan yang akomodatif akan tetap ada untuk saat ini, menurut ringkasan pertemuan kebijakan bulan April lalu.

Bank sentral menyerukan perhatian terhadap berbagai faktor inflasi seperti kemajuan spiral harga upah yang lebih besar dari perkiraan, depresiasi lebih lanjut terhadap yen, kebijakan fiskal yang aktif, kurangnya kapasitas pasokan yang terutama disebabkan oleh kekurangan tenaga kerja dan kenaikan gaji. dalam harga komoditas.

Sementara itu, BOJ mencatat bahwa realisasi prospek kegiatan ekonomi dan kenaikan harga dapat membenarkan kenaikan suku bunga. Faktor-faktor utama yang dipantau untuk penyesuaian kebijakan lebih lanjut mencakup perilaku positif perusahaan sepanjang musim panas ini dan tren konsumsi yang membaik.

Di tempat lain, perwakilan Kementerian Keuangan menyoroti kurangnya momentum konsumsi, dan meminta BOJ untuk bekerja sama dengan pemerintah untuk mencapai inflasi 2% yang berkelanjutan.

Keputusan suku bunga BoJ penting bagi Indonesia mengingat besarnya dampak outflow dan inflow yang bisa terjadi. Jepang juga merupakan salah satu investor besar di SBN dan investasi langsung sehingga posisi suku bunga di sana akan menentukan porsi investasi di Indonesia.

Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2024

Beralih ke domestik, hari ini akan ada acara Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2024. Acara ini bakal menjadi rapat terakhir bagi JPresiden Joko Widodo (Jokowi) di penghujung masa kepemimpinan-nya.

Perlu disimak langkah apa saja yang akan dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan BI dalam mengendalikan inflasi hingga akhir tahun ini, terutama inflasi pangan.

Dalam dua tahun terakhir, inflasi pangan melonjak karena melambungnya harga bahan pangan mulai dari beras, minyak sayur, cabai, gula hingga telur ayam

Jokowi dalam berbagai kesempatan juga mengingatkan akan bahaya inflasi pangan yang menggerogoti daya beli. Inflasi kelompok bergejolak yang didominasi pangan menembus 8,14% (yoy) pada Mei, jauh di atas target BI dan pemerintah yakni 4-5%.

38 Emiten Antri RUPS, Musim Dividen Masih Akan Berlangsung

Membahas pasar saham, pada hari ini masih ada antrian 38 emiten akan melakukan aksi korporasi Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), beberapa diantaranya bahkan melakukan RUPS Luar Biasa (RUPSLB).

Dalam RUPS biasanya akan membahas penggunaan laba bersih dari tahun buku sebelumnya, biasanya yang paling dinantikan adalah dividen. Memang tak pasti dividen ini dibagi karena ada satu dan lain hal yang lebih dipriotitaskan, atau kondisi perusahaan yang tidak bisa memenuhi itu.

Meski demikian, rata-rata emiten membagikan dividen. Artinya, dari 38 emiten yang antri RUPS, dari jumlah tersebut sebagian besar akan membagikan dividen. Hal ini berarti musim dividen masih akan berlangsung.

 

Jumat, 14 Juli 2024

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2024 (Indonesia)

  • Keputusan bunga acuan Bank of Japan

  • Indeks harga barang impor AS untuk Mei

  • Indeks Sentimen Universitas Michigan untuk Juni

  • Keputusan bunga acuan Srilanka

  • Data PDB Sri Lanka

  • Indeks industri tersier Jepang untuk April

  • Data produksi industri Jepang untuk April

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPST AKSI

  • RUPST BALI

  • RUPST BCIP

  • RUPST BMSR

  • RUPST & RUPSLB BRPT

  • RUPST BVIC

  • RUPST CTTH

  • RUPST & RUPSLB DART

  • RUPST DEWI

  • RUPST DFAM

  • RUPST DMND

  • RUPST & RUPSLB FLMC

  • RUPST GLVA

  • RUPST GMTD

  • RUPST & RUPSLB GWSA

  • RUPST HOPE

  • RUPST & RUPSLB HUMI

  • RUPST JMAS

  • RUPST MMLP

  • RUPST MTSM

  • RUPST NOBU

  • RUPST OPMS

  • RUPST PBSA

  • RUPST PDPP

  • RUPST PGUN

  • RUPST PIPA

  • RUPST POSA

  • RUPST PTPS

  • RUPST SMDM

  • RUPST SOFA

  • RUPST & RUPSLB SONA

  • RUPST SPMA

  • RUPST SUDI

  • RUPST TAMA

  • RUPST TBMS

  • RUPST & RUPSLB UANG

  • RUPST UDNG

  • RUPST UNIC

  • Cum date dividen DEPO

  • Cum date dividen HYGN

  • Cum date dividen PUDP

  • Cum date dividen WIFI

  • Cum date dividen ZONE

  • Cum date right issue INCO

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular