Tak Cuma RI, Morgan Stanley Pernah Beri "Hukuman" ke Bursa China-Korea

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
13 June 2024 08:25
The corporate logo of financial firm Morgan Stanley is pictured on the company's world headquarters in the Manhattan borough of New York City, January 20, 2015. REUTERS/Mike Segar
Foto: Morgan Stanley (REUTERS/Mike Segar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia dalam sorotan tajam usai Morgan Stanley menurunkan peringkat investasi di pasar modal Indonesia menjadi "underweight". Alasan Lembaga keuangan Amerika Serikat (AS) tersebut menurunkan rekomendasinya untuk saham-saham Indonesia adalah karena pelemahan rupiah dan beban fiskal yang menantang jelang pelantikan presiden terpilih dan wakil presiden RI 2024-2029 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Morgan Stanley menurunkan peringkat pasar saham RI menjadi "underweight" yang berarti alokasi perusahaan Indonesia dalam portofolio pasar Asia dan negara berkembang milik mereka akan dikurangi.

Morgan Stanley juga mengungkapkan program kerja Prabowo Subianto dapat menjadi tantangan tersendiri dalam investasi di pasar modal RI.

Menurut Morgan Stanley janji kampanye Prabowo Subianto, seperti program makan siang dan susu gratis untuk pelajar, dapat menimbulkan "beban fiskal yang besar." Hal tersebut semakin diperparah oleh prospek pendapatan Indonesia juga memburuk, tulis mereka.
Hal ini pun dapat mendorong penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang tercatat sepanjang tahun 2024 telah anjlok 6,5% hingga perdagangan Rabu (12/6/2024).

Pelemahan IHSG sendiri terjadi seiring ambruknya saham bank raksasa dan emiten blue chip lainnya yang kondisinya diperparah oleh keluarnya dana asing (outflow) dari pasar modal RI. Sejak awal tahun investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) Rp 10,05 triliun.

Namun, ini bukan pertama kalinya Morgan Stanley menurunkan peringkat pasar saham di Asia, sebelumnya China, Korea hingga Taiwan pernah diturunkan peringkat pasar sahamnya karena kondisi tertentu.

China

Pada Agustus 2023. Morgan Stanley pernah memangkas peringkat pada saham China menjadi bobot yang sama. Lembaga tersebut juga mengatakan investor harus memanfaatkan reli yang dipicu oleh janji stimulus pemerintah untuk mengambil untung atau taking profit.

Saat itu, pergerakan saham-saham di China telah mendapat dorongan di tengah serangkaian janji dari Beijing untuk memacu pertumbuhan dan merevitalisasi sektor swasta negara yang sedang lesu. Namun, langkah-langkah pelonggaran kemungkinan akan dilakukan sedikit demi sedikit.

Terlebih lagi, sentimen pasar saat itu kembali berfokus pada tantangan struktural negara tersebut, termasuk masalah pemerintah daerah dan pengangguran, yang masih belum memiliki solusi terperinci.

Kemudian, masalah-masalah utama lainnya, termasuk sektor properti yang bermasalah di negara tersebut dan ketegangan geopolitik dengan AS, juga mendorong ajakan aksi jual saham oleh beberapa analis.

Alhasil, Morgan Stanley menurunkan China ke No. 13 dari No. 3 dalam kerangka alokasi pasar negara berkembang yang terdiri dari 28 negara.

Korea

Belum lama ini, pada awal Juni 2024, Morgan Stanley Capital International atau biasa disingkat MSCI, menurunkan peringkat aksesibilitas short-selling pasar saham Korea.

Aksesibilitas short-selling pasar saham Korea telah memburuk karena larangan short-selling yang sedang berlangsung di negara itu, Morgan Stanley Capital International (MSCI) mengumumkan pada hari Kamis (6/6/2024).

Hal ini merupakan penilaian resmi pertama penyedia indeks global tersebut atas larangan delapan bulan Korea atas praktik short-selling, yang dimulai pada awal November tahun lalu dan dijadwalkan akan berlanjut hingga akhir Juni tahun ini.

Dalam tinjauan tahunan terbaru oleh MSCI awal bulan Juni, aksesibilitas pasar short-selling Korea telah diturunkan peringkatnya menjadi minus, yang berarti diperlukan perbaikan. Korea sebelumnya diberi peringkat dengan kategorisasi plus, yang menunjukkan tidak adanya masalah atau kemungkinan perbaikan.

Dengan penurunan peringkat MSCI yang terjadi dua minggu menjelang tinjauan klasifikasi pasar tahunannya akhir bulan ini, aspirasi lama Korea untuk pindah ke indeks pasar yang dikembangkan MSCI diperkirakan akan pupus lagi.

Meskipun pemerintah Korea berupaya keras untuk memajukan sistem pasar modalnya agar dapat dimasukkan dalam indeks pasar maju MSCI, MSCI tetap bersikap konservatif. Kemungkinan pasar saham Korea dimasukkan dalam indeks pasar maju tahun ini masih rendah.

Walaupun Korea telah memenuhi semua persyaratan lain untuk memasuki pasar maju, seperti ukuran ekonomi dan pasarnya, negara tersebut masih belum memenuhi kriteria aksesibilitas pasar saham.

Sebagai tanggapan, regulator keuangan Korea telah mengambil berbagai langkah untuk meningkatkan aksesibilitas asing ke pasar saham domestik, seperti penghapusan aturan sistem pendaftaran investor asing yang telah berlaku selama puluhan tahun dan rencana pembukaan pasar valuta asing bagi lembaga asing.

Namun, penyedia indeks global tersebut mengatakan bahwa pihaknya dapat menyesuaikan peringkat aksesibilitas pasar yang relevan atas upaya tersebut, hanya setelah "langkah-langkah yang diperkenalkan tersebut sepenuhnya diterapkan dan diuji oleh investor institusional internasional."

"Korea tidak akan bisa dimasukkan ke dalam indeks pasar berkembang MSCI, selama negara itu masih memberlakukan larangan short selling. Karena tidak ada harapan untuk dimasukkan kali ini, diperkirakan tidak akan ada dampak langsung pada pasar saham domestik," ujar Lee Kyoung-min, ahli strategi di Daishin Securities, dilansir dari Korea Times.

Taiwan

Pada Agustus 2023, Morgan Stanley pernah menurunkan peringkat Taiwan, karena valuasi saham-saham di pasar keuangan Taiwan meningkat di tengah lonjakan saham teknologi.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation