Newsletter

Fed Pangkas Rate Sekali di 2024: Berkah Apa Bencana Buat Rupiah-IHSG?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
13 June 2024 06:00
Inflasi Amerika.
Foto: Inflasi Amerika. (AP/Nick Ut)

Pergerakan pasar hari ini tampaknya akan lebih banyak merespon hasil inflasi AS yang kembali melandai dan hasil pengumuman suku bunga The Fed semalam. Ada kabar baik dari China yakni terus menguatnya inflasi. Kenaikan ini mengindikasikan perbaikan permintaan di China.

Berikut rincian sentimen hari ini, baik dari global maupun nasional :

Inflasi AS Melandai Lebih Baik, Tapi The Fed Masih Hawkish

Pada Rabu malam (12/6/2024), AS mengumumkan inflasi melandai ke 3,3% (year on year/yoy) pada Mei 2024, dari 3,4% (yoy) pada April. Inflasi melaju ke level terendah tiga bulan dan sesuai dari proyeksi pasar sebesar 3,4% (yoy).

Jika melihat data Juli 2022 saat terakhir kali The Fed menaikkan suku bunga hingga sekarang ini yakni Juni 2023, inflasi AS memang relatif stagnan.

Inflasi AS pada Juli 2022 tercatat 3,2% (yoy) sementara pada Juni 2023 tercatat 3,3% (yoy). Laju inflasi masih jauh dari harapan The Fed yakni di kisaran 2%.

Setelah rilis data inflasi, beberapa jam kemudian, Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%.

The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) telah mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, Mei 2024, dan Juni 2024.

Artinya, suku bunga di level 5,25-5,50% sudah bertahan dalam setahun terakhir.

"Kami melihat laporan hari ini (inflasi yang melandai) sebagai kemajuan dan bisa membangun rasa percaya diri. Namun, kepercayaan diri kami belum sampai pada tahap membenarkan keputusan untuk mulai melonggarkan kebijakan pada saat ini," tutur Chairman The Fed Jerome Powell pada saat konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.

Dalam pernyataan resminya, the Fed menegaskan jika komite tidak akan menurunkan target (suku bunga) sampai lebih percaya diri melihat inflasi bergerak ke arah 2% secara berkelanjutan.

"Apakah kami cukup restriktif atau tidak maka jawabannya bisa dilihat dari waktu ke waktu. Saya rasa bukti yang ada sudah cukup jelas bahwa kebijakan restriktif telah berdampak pada tujuan yang kami harapkan," tutur Powell.

The Fed Hanya Akan Pangkas Sekali Suku Bunga?

Selain mengumumkan kebijakan suku bunga, The Fed juga merilis proyeksi terbaru mereka mengenai ekonomi AS, termasuk inflasi, tingkat pengangguran, hingga pertumbuhan ekonomi.

Dalam rapat kali ini, The Fed juga merilis dokumen dot plot. Setiap titik dalam dot plot tersebut merupakan pandangan setiap anggota The Fed terhadap suku bunga.

Dalam dokumen terbarunya, median dari proyeksi The Fed mengindikasikan hanya ada sekali pemotongan pada tahun ini sebesar 25 bps, paling lambat pada Desember 2024.

Proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan pada Maret 2024 di mana The Fed mengindikasikan ada tiga kali pemotongan dengan besaran 75 bps.

Dari 19 anggota, delapan memperkirakan adanya dua kali pemangkasan, tujuh menginginkan sekali pemangkasan sementara empat tidak ingin ada pemangkasan sama sekali.

Untuk 2025, The Fed mengindikasikan pemangkasan yang lebih agresif yakni lima kali pemotongan dengan besaran 125 bps sehingga suku bunga ada di angka 4,1% pada 2025. Jumlah pemangkasan ini tetap lebih rendah dibandingkan enam kali pada proyeksi Maret 2024.

Penantian Data AS Hari Ini : Indeks Harga Produsen - Klaim Pengangguran

Pada hari ini, sejumlah data dari negeri Paman Sam masih akan berlanjut, seperti data indeks harga produsen untuk periode Mei 2024 dan klaim pengangguran sepekan yang berakhir pada 1 Juni 2024.

Klaim pengangguran akan semakin melengkapi data pasar tenaga kerja. Sejauh ini pasar memperkirakan pasar tenaga kerja masih kuat, klaim pengangguran terbaru juga diperkirakan akan turun ke 225.000 dari pekan sebelumnya sebesar 229.000.

Sementara itu, untuk inflasi produsen diperkirakan akan tetap stagnan di level 2,4% pada Mei 2024, dibandingkan bulan sebelumnya.

Inflasi China

Beralih ke negeri Sang Naga Asia, Tiongkok pada kemarin juga telah merilis data penting terkait inflasi untuk periode Mei 2024.

Indeks Harga Konsumen (IHK) China periode Mei 2024 mengalami kenaikan 0,3%. Ini sama seperti bulan sebelumnya, dan lebih lemah dari perkiraan pasar yang proyeksi inflasi ke 4% secara tahunan (yoy).

Terjadinya inflasi pada Mei menandai inflasi konsumen sudah terjadi selama empat bulan berturut-turut, di tengah berlanjutnya pemulihan permintaan domestik meskipun pemulihan ekonomi China sedang rapuh.

Meski begitu, data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang dirilis S&P Global menunjukkan China berada di zona ekspansif dengan nilai 51,7.

PMI Manufaktur di China tumbuh paling cepat dalam dua tahun terakhir pada bulan Mei karena peningkatan produksi dan pesanan baru, terutama pada perusahaan-perusahaan kecil, menurut sebuah survei sektor swasta pada hari Senin pekan ini, sehingga meningkatkan prospek untuk kuartal kedua.

World Bank Revisi Pertumbuhan Ekonomi Global

Sentimen lainnya, yang potensi akan pengaruhi pasar hari ini, datang dari World bank pada kemarin mengeluarkan revisi terkait outlook pertumbuhan ekonomi global pada 2024.

World bank merevisi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2024 menjadi 2,6%. Proyeksi tersebut lebih tinggi 0,2% dibandingkan outlook sebelumnya yang dirilis pada Januari 2024.

World Bank menjelaskan dalam laporannya bahwa revisi outlook tersebut didasarkan oleh kuatnya ekonomi AS dan aktivitas ekonomi di China yang lebih kuat dari perkiraan. Outlook pertumbuhan ekonomi di AS pada 2024 mengalami revisi naik sebesar 0,9% menjadi 2,5%, sementara China direvisi naik 0,3% menjadi 4,8%.

Untuk Indonesia sendiri, World Bank merevisi naik outlook pertumbuhan ekonomi pada 2024 dan 2025 masing-masing naik sebesar 0,1% dan 0,2% menjadi 5% dan 5,1%.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang lebih tinggi ini berpotensi meningkatkan aktivitas perdagangan dunia, yang bisa berimplikasi pada meningkatnya permintaan dan harga komoditas energi seperti minyak dan batu bara, serta komoditas non-energi seperti logam dan mineral.

Sentimen Domestik : Prajogo Pangestu Borong BREN Lagi - Puluhan Emiten Antri RUPS

Beralih ke dalam negeri, saham PT Barito Renewables Energi Tbk (BREN) masih menjadi sorotan. Pasalnya, pergerakan harga saham-nya masih lanjut menguat signifikan, bahkan mencapai Auto Reject Atas (ARA), meskipun masuk perdagangan FCA.

Hal tersebut ditenagai berkat suntikan dana jumbo dari Prajogo Pangestu, Chairman grup Barito Pacific.

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Barito Renewables Energy, Merly, mengatakan bahwa Prajogo Pangestu, Chairman dari grup Barito Pacific, membeli 10 juta saham BREN pada 12 Juni 2024 dengan nilai transaksi yang tidak diumumkan.

Pembelian ini hanya berselang 2 hari setelah Prajogo membeli sekitar 37,8 juta saham BREN pada 10 Juni 2024 lalu. Merly menyebut bahwa Prajogo memiliki kepercayaan yang kuat terhadap BREN, serta memberikan dukungan kepada manajemen untuk melaksanakan strategi ekspansi dan pengembangan usaha.

Selain sentimen BREN, pada hari ini masih akan berlangsung puluhan emiten yang melaksanakan RUPS. Biasanya akan ada agenda pembagian dividen yang sangat dinantikan investor.

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular