
Rupiah Dihantui Kabar AS, IHSG "Serahkan Nasib" ke Prajogo Pangestu?

Sentimen pasar baik dari global maupun nasional pada hari ini, Selasa (11/6/2024) tidak terlalu banyak. Meski begitu ada beberapa hal yang bakal mempengaruhi pergerakan pasar keuangan secara keseluruhan pada hari ini :
Tekanan Rupiah Belum Reda, Indeks Dolar AS (DXY) Masih Melambung
Indeks dolar AS (DXY) masih melambung lagi. Pada Selasa pukul 05.21 WIB, indeks dolar terpantau menguat 0,25% menuju posisi 105.16, melanjutkan apresiasi sehari sebelumnya yang menguat signifikan 0,75%. Dalam dua hari, DXY sudah menguat nyaris 1%. Posisi indeks dolar hari ini adalah yang tertinggi sejak 10 Mei 2024.
Tekanan dolar AS tampaknya masih akan menjadi pemberat mata uang Garuda. Melansir google finance, di pasar NDF rupiah terpantau sudah ambruk lagi ke posisi Rp16.305,90/US$. CNBC Indonesia memantau posisi ini pada Selasa dini hari sekitar pukul 01.00 WIB.
Sebagaimana diketahui, dolar AS yang kuat ini terjadi setelah laporan data tenaga AS lebih kuat dari perkiraan. Departemen Ketenagakerjaan AS pada Jumat malam (7/6/2024) mengumumkan data pekerjaan tercatat di luar pertanian melonjak ke 272.000 pekerjaan pada Mei 2024.
Angka tersebut lebih tinggi dari konsensus yang hanya proyeksi naik ke 185.000 dari 175.000 pekerjaan pada April. Sementara untuk tingkat pengangguran naik tipis menjadi 4%.
Selain itu, penantian investor masih terfokus pada rilis data inflasi negeri Paman Sam yang akan rilis besok, Rabu malam (12/6/2024) yang akan menjadi gambaran lebih luas terhadap kebijakan moneter bank sentral AS atau the Fed.
Pengumuman terkait suku bunga tersebut juga akan diumumkan tak lama setelah rilis inflasi, tepatnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia (13/6/2024) setelah melaksanakan rapat selama dua hari.
Rapat FOMC The Fed Hari Pertama dimulai
Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) the Fed sendiri akan dimulai pada hari ini, kemudian akan berlangsung selama dua hari. Chairman The Fed Jerome Powell akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada Kamis dini hari waktu Indonesia (13/6/2024).
Sejauh ini, nada hawkish masih mendominasi pelaku pasar terhadap ekspektasi kebijakan moneter the Fed. Pasar memperkirakan kemungkinan besar suku bunga pada pertemuan pekan ini masih dipertahankan di level 5,25% - 5,50%.
Sementara penurunan suku bunga pertama kali kemungkinan akan terjadi mulai September mendatang. Perhitungan CME Fedwatch Tool, kini menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga AS di September mencapai 45%.
Sebagai informasi, sebelumnya pada dot plot Maret silam, 9 dari 19 pejabat The Fed melihat ada peluang pemangkasan suku bunga sebanyak 0,75% hingga akhir tahun ini. Proyeksi ini dengan melihat median proyeksi suku bunga oleh pejabat The Fed dalam dokumen dalam dokumen "dot plot" menjadi 4,5-4,75% atau median 4,6% hingga akhir tahun ini.
Median ini mengindikasikan jika The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 0,75% atau sebanyak tiga kali masing-masing sebesar 0,25% hingga akhir tahun.
Sementara hanya dua pejabat yang memperkirakan The Fed akan tahan suku bunganya di level 5,25-5,5% hingga akhir 2024.
![]() perhitungan peluang pemangkasan suku bunga oleh CME Fedwatch Tool |
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) RI Masih di Zona Ekspansif
Beralih ke domestik, pada kemarin Bank Indonesia (BI) diketahui merilis data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK).
IKK Indonesia pada April 2024 terpantau cukup baik dengan kenaikan sebesar 3,9 indeks poin ke angka 127,7. Sementara data terbaru, pada Mei 2024 IKK turun menjadi 125.2.
Meski keyakinan konsumen ada penyusutan, nilai tersebut masih dipertahankan di atas 100 yang menunjukkan konsumen masih di zona ekspansi.
Lelang SUN Pemerintah RI target indikatif Rp22 triliun
Masih dari domestik, untuk sentimen pasar obligasi, pemerintah RI diketahui akan memulai masa pemesanan SBN ritel seri Saving Bond Ritel SBR013 pekan ini, disambung lelang rutin SUN dengan target indikatif mencapai Rp22 triliun.
Sebagai informasi, lelang kali cukup menjadi perhatian lantaran yield obligasi acuan RI bertenor 10 tahun ikut melambung terkatrol sentimen genting dari AS dan indeks dolar yang melambung.
Kemarin yield obligasi 10 tahun bahkan sempat naik ke atas 7%. Ketika yield semakin naik, biasanya beban pemerintah untuk ongkos bayar bunga juga ikut terkerek. Diperlukan pengambilan keputusan yang konservatif untuk memenangkan lelang dari sejumlah minat yang masuk, terutama dari asing.
Ramai RUPS - Musim Dividen Masih Berlanjut
Hari ini ada banyak emiten akan melaksanakan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), tercatat ada 23 emiten yang melangsungkan di hari yang sama.
Musim dividen juga masih berlanjut pada hari ini, setidaknya ada 6 emiten yang tercatat mengalami periode cumulative date-nya.
Sebagai catatan, cumulative date merupakan masa terakhir di mana investor masih bisa mendapatkan hak dividen. Meski demikian, perlu diantisipasi adanya risiko dividen trap lantaran harga saham biasanya koreksi dalam sehari setelah cum date, atau ketika ex date.
IHSG Kembali Bergantung ke Prajogo Pangestu?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin (10/6/2024), setelah sempat bergerak cenderung volatil di sepanjang perdagangan.
IHSG ditutup menguat 0,34% ke posisi 6.921,55. IHSG akhirnya berhasil kembali ke level psikologis 6.900. IHSG sempat melemah hingga kemudian rebound karena lonjakan saham-saham milik Prajogo Pangestu.
Empat saham milik konglomerat tersebut melonjak kemarin dan menjadi salah satu faktor yang mengubah arah IHSG.
Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terbang 9,92% ke Rp 6.650 per saham. Saudara sekandung BREN, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) melesat 2,06% ke Rp 8.675 sementara saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) terbang 7,25% ke Rp 1.035. Saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) melesat 10,26% ke Rp 8.600 dan dan saham PT Petrosea Tbk (PTRO) melesat 16,6% ke Rp 9.300.
Pergerakan IHSG yang didominasi saham Prajogo Pangestu memang bukan kali ini terjadi. Contoh paling nyata adalah Rabu pekan lalu (6/6/2024). IHSG sebenarnya diselimuti oleh berbagai sentimen positif, hanya saja bobot saham Prajogo Pangestu yang besar mampu menutupi segala optimisme pasar.
Dua saham Prajogo Pangestu menjadi penekan IHSG di akhir perdagangan Rabu pekan lalu dengan saham BREN menjadi yang paling besar yakni mencapai 31,6 indeks poin. Selain BREN, ada saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang juga membebani IHSG hingga 29,9 indeks poin.
Saham BREN kembali membebani IHSG, seperti yang terjadi pada akhir Mei lalu. Diketahui dalam beberapa hari terakhir, BREN sudah mencetak auto rejectbawah (ARB) sebanyak empat kali. Padahal sebelumnya, BREN sempat melesat dan mencetakauto rejectatas (ARA).
(tsn/tsn)