BI Naikkan Suku Bunga Sia-Sia, Rupiah Masih Merana!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
01 June 2024 19:20
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali merana di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), bahkan kembali menembus ke atas level Rp16.200/US$, sama seperti sebelum Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga dua bulan lalu.

Rasanya kenaikan suku bunga BI menjadi sia-sia karena rupiah kembali ke zona pelemahan.

Melansir data Refinitiv, pada akhir pekan ini, Jumat (31/5/2024) rupiah berakhir di posisi Rp16.245/US$, menguat tipis 0,06% dalam sehari yang kemudian mengakhiri tren pelemahan selama delapan hari beruntun.

Meski begitu, penguatan tipis masih belum mengkompensasi koreksi selama sepekan sebesar 1,59% Sudah dua pekan beruntun, rupiah melemah dan posisinya sudah mendekati level tertinggi pada akhir April 2024.

Gerak pelemahan rupiah yang signifikan pada pekan ini terutama dipengaruhi oleh tekanan eksternal dari AS yang meningkat. Ini seiring dengan berbagai data ekonomi yang masih kuat membuat prospek kebijakan bank sentral AS atau the Fed akan lanjut hawkish.

Sebut saja, dari data Inflasi PCE untuk periode April 2024 berada di 2,7% secara tahunan (yoy), sama seperti bulan sebelumnya dan sesuai dengan ekspektasi pasar. Begitu juga dengan inflasi inti PCE yang bertahan di 2,8% yoy seperti bulan sebelumnya dan sesuai dengan harapan pasar.

Dengan data inflasi yang sesuai ekspektasi, ditambah dengan data ekonomi AS yang mendukung masih kuat, seperti keyakinan konsumen yang naik setelah tiga bulan beruntun melemah, diikuti dengan kondisi manufaktur meningkat ke level ekspansif.

Menguatnya kondisi manufaktur tercermin dari PMI Manufaktur AS Global S&P naik menjadi 50,9 pada Mei 2024, meningkat dari 50 pada bulan April.

Angka tersebut menunjukkan sedikit perbaikan secara keseluruhan pada kondisi bisnis di sektor manufaktur, karena output dan lapangan kerja memberikan kontribusi yang semakin positif.

Tidak sampai disitu, konsumsi masyarakat AS juga masih cukup kuat.

Mengutip hasil Conference Board, indeks kepercayaan konsumen AS naik pada Mei menjadi 102 dari 97,5 pada bulan sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar yakni 95,9.

Untuk diketahui, kepercayaan konsumen Conference Board (CB) yaitu mengukur tingkat kepercayaan konsumen terhadap aktivitas ekonomi. Ini merupakan indikator utama karena dapat memprediksi belanja konsumen, yang memainkan peran utama dalam aktivitas perekonomian secara keseluruhan. Angka yang lebih tinggi menunjukkan optimisme konsumen yang lebih tinggi.

Gabungan dari hal-hal tersebut, pada akhirnya menjadi angin segar bagi indeks dolar AS (DXY) kembali melambung. Pada pekan ini, DXY sempat naik menembus level 105 lagi.

Begitu juga dengan yield treasury AS yang melonjak ke 4,6%, menyentuh level yang setara pada akhir April. Meskipun DXY dan US10Y sudah mulai melandai lagi, akan tetapi tren pelemahan rupiah tetap harus diantisipasi.

Pasalnya, dari dalam negeri masih terjadi arus keluar dana asing yang deras seiring dengan musim pembayaran dividen yang berlanjut pada bulan ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation