
Harga Emas di Pusaran Kepentingan Amerika, China & Timur Tengah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global dalam beberapa bulan terakhir mengalami tarik menarik yang signifikan akibat kebijakan dua negara besar, China dan Amerika Serikat. Di satu sisi, China melalui bank sentralnya terus mendorong permintaan emas, sementara di sisi lain, Amerika Serikat menekan harga emas dengan kebijakan suku bunga tinggi. Di tengah-tengah persaingan tersebut, peran ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga sangat besar dalam mendongkrak harga emas.
Merujuk data Refinitiv, harga emas ditutup di posisi US$ 2.343 per troy ons, naik 0,18% pada perdagangan Kamis kemarin. Penguatan ini menjadi kabar baik setelah emas ambles 0,93% pada Rabu sebelumnya.
Namun, emas melemah pada hari ini, Jumat (31/5/2024), harga emas melemah 0,07% ke US$ 2.341,41 per troy ons.
China Mendorong Harga Emas
Permintaan emas dari bank sentral global telah meningkat selama dua tahun terakhir, dengan berbagai negara melakukan diversifikasi cadangan mata uang asing mereka.
Menurut data World Gold Council, cadangan emas resmi bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB) meningkat lebih dari 1.000 ton dalam dua tahun terakhir.
UBS memperkirakan China akan terus mendominasi pasar emas global, meskipun data terbaru dari People's Bank of China (PBoC) menunjukkan penurunan pembelian emas. Namun, data perdagangan dari Swiss menandakan bahwa China tetap melakukan pembelian emas secara signifikan.
Analis UBS juga menyebutkan bahwa ketidakpastian geopolitik, seperti mendekatnya pemilu AS, perang di Timur Tengah dan Ukraina, serta meningkatnya ketegangan perdagangan AS-China, akan terus mendorong permintaan safe-haven terhadap emas.
Meski demikian, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas yang didukung secara fisik mengalami arus keluar bersih sebesar 11,3 metrik ton pada minggu lalu, menandakan fluktuasi dalam pasar emas global.
Bank sentral China (PBoC) memborong emas sebesar 224,88 ton pada 2023. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan pada 2022 yang tercatat 62,2 ton.
Perlambatan ekonomi serta krisis properti membuat ekonomi China menjadi salah satu alasan pembelian emas secara masif oleh bank sentral China. Emas adalah aset aman yang bisa menjadi lindung nilai saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan politik.
Tak hanya bank sentral, investor China juga memborong emas besar-besaran untuk perhiasan dan koin untuk investasi.
Konsumen China bahkan menggeser India sebagai pemborong emas terbesar di dunia. Mereka memborong emas sebesar 603 ton pada 2023, naik 10% dibandingkan 2022. Pembelian emas oleh konsumen India turun 6% menjadi 562,3 ton pada 2023.
Amerika Serikat Menekan Harga Emas
Di sisi lain, Amerika Serikat melalui kebijakan suku bunga tinggi berupaya menekan harga emas. Daya tarik imbal hasil (yield) surat utang AS 10 tahun yang dianggap sebagai aset bebas risiko mencapai 4,558% pada Jumat (31/5).
Imbal Hasil Surat Utang AS 10 Tahun
Source: CNBC
Kondisi ini mendorong investor beralih dari emas ke surat utang AS yang memberikan imbal hasil lebih tinggi. Menurut Reuters, tingginya imbal hasil surat utang AS disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi AS yang tetap kuat, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The FEd) mungkin akan memperlambat pelonggaran kebijakan moneter terlalu cepat, yang bisa memicu rebound inflasi.
Selain itu, data indeks dolar AS terhadap sekeranjang mata uang berbagai negara (DXY) menunjukkan penguatan sebesar 3,38% sejak awal tahun menjadi 104,837 per Jumat (31/5).
Indeks Dolar AS (DXY)
Source: TradingView
Kuatnya mata uang dolar AS dapat melemahkan harga emas karena harga emas dalam dolar akan terasa lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lain, sehingga bisa mengurangi permintaan dan menekan harga emas turun.
Penguatan dolar AS seringkali membuat emas menjadi kurang menarik bagi investor internasional yang lebih memilih aset berdenominasi dolar yang lebih stabil dan menguntungkan.
Berdasarkan hal tersebut, meskipun saat ini Amerika Serikat dan China berada dalam tarik menarik yang kuat terhadap harga emas, berbagai faktor eksternal tetap memainkan peran penting dalam menentukan arah pergerakan harga emas di masa mendatang.
Faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap harga emas adalah ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah, mulai dari perang Israel-Hamas hingga ketegangan Israel-Iran.
Emas adalah aset aman yang dicari saat terjadi guncangan politik sehingga permintaan melonjak dan harga emas ikut terbang. Ketegangan geopolitik bahkan i8kut
Harga emas terbang 1,56% menyusul memanasnya perang Israel vs Hamas pada perdagangan Senin (9/10/2023) setelah perang Israel-Hamas meletus pada Sabtu sebelumnya.
Ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah Iran menghujani Israel dengan rudal pada malam Sabtu pekan lalu waktu setempat. Tak tanggung-tanggung, Teheran dilaporkan menembak 300 rudal dan drone pada 13 April 2024.
Harga emas juga makin melesat dan terus mencetak rekor-rekor baru selama perang Timur Tengah berlangsung. Selama April, harga emas terbang 2,38%. Saat perang Israel-Hamas meletus pada Oktober 2023, emas pada bulan tersebut terbang 7,3%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)
