
Waspada! Amerika Buat Dunia Cemas: IHSG Bisa Longsor ke Bawah 7.000?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali ditutup di zona merah pada perdagangan Kamis (30/5/2024), dengan Nasdaq anjlok lebih dari 1% dan saham teknologi memimpin penurunan setelah perkiraan Salesforce mengecewakan.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup merosot 0,86% ke posisi 38.111,48, S&P 500 melemah 0,6% ke 5.235,48, dan Nasdaq Composite ambles 1,08% menjadi 16.737,08.
Nasdaq ambruk terbebani oleh saham Salesforce yang ambruk 19,7%, sehari setelah perusahaan memperkirakan laba dan pendapatan kuartal kedua di bawah perkiraan Street karena lemahnya belanja klien pada produk cloud dan bisnis perusahaannya.
Investor mencerna data yang menunjukkan perekonomian tumbuh lebih lambat dari perkiraan sebelumnya pada kuartal I-2024. Di lain sisi, laporan terpisah menunjukkan klaim pengangguran mingguan naik lebih dari perkiraan.
Departemen Perdagangan menunjukkan perekonomian tumbuh lebih lambat pada kuartal pertama dibandingkan perkiraan sebelumnya, setelah revisi ke bawah pada belanja konsumen dan peralatan serta ukuran utama inflasi yang melambat, menjelang rilis data inflasi PCE periode April 2024 pada hari ini.
Produk domestik bruto (PDB) riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 1,3% pada kuartal pertama, turun dari perkiraan awal sebesar 1,6% tetapi sedikit lebih buruk dibandingkan perkiraan Dow Jones sebesar 1,2%.
Pengurangan konsumsi, dari pertumbuhan 2,5% menjadi 2%, merupakan penyebab utama revisi penurunan tersebut.
"Biasanya Anda memperkirakan pasar akan menguat setelah revisi PDB turun karena ini menandakan perekonomian sedang moderat, tugas The Fed sudah selesai, kita bisa melakukan penurunan suku bunga. Namun, itu bukan reaksi yang kita dapatkan saat ini," kata Mark. Hackett, kepala riset investasi di Nationwide, dikutip dari Reuters.
Melambatnya data perkiraan kedua dari pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal I-2024 membuat yield Treasury AS mulai melandai, setelah dalam beberapa hari terakhir mengalami kenaikan.
Yield Treasury acuan tenor 10 tahun turun 7 basis poin (bp) menjadi 4,55%, turun dari posisi tertingginya sejak awal Mei 2024.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, maka tandanya investor sedang memburu obligasi.
Selain itu, data klaim pengangguran mingguan AS untuk periode pekan yang berakhir 25 Mei 2024 terpantau meningkat yakni menjadi 219.000, dari sebelumnya pada April lalu sebanyak 216.000 klaim.
Investor masih menanti rilis data ekonomi penting yang akan dirilis menjelang akhir pekan ini, dengan data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) terbaru akan dirilis pada Jumat besok.
PCE menjadi ukuran inflasi favorit bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan investor akan mencermatinya untuk mendapatkan petunjuk mengenai prospek kebijakan moneter The Fed.
Di satu sisi ada beberapa indikator ekonomi AS masih cukup kuat, tetapi dari indikator lainnya justru mendingin, terutama sektor tenaga kerja.
Beragamnya data ekonomi AS membuat pasar bimbang, apalagi terkait dengan kapan berakhirnya era suku bunga tinggi. Para pejabat The Fed juga sempat bimbang akan bervariasinya data ekonomi AS.
Namun, selama inflasi masih membandel, The Fed masih belum akan memangkas suku bunga acuannya, sehingga data inflasi menjadi perhatian utama dibandingkan data lainnya.
(chd/chd)