Seberapa Besar Harga Minyak Terdampak Kematian Presiden Iran?

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
22 May 2024 20:10
Kilang Pertamina Internasional
Foto: PT Kilang Pertamina Internasional

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia sempat melonjak, seiring dengan situasi geopolitik yang tidak menentu di Iran, setelah Presiden Iran Ebrahim Raisi tewas dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (19/5.2024). Harga minyak memang dengan cepat turun tetapi kekhawatiran akan naiknya harga minyak dunia karena situasi di Timur Tengah belum mereda sepenuhnya.

Harga minyak langsung naik pada awal perdagangan Senin (20/5/2024) atau sehari setelah kabar helikopter Presiden Raisi jatuh. 

Menurut Refinitiv pada Senin (20/5/2024) pukul 09.38 WIB acuan minyak mentah Brent naik 0,3% menjadi US$84,24 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,2% menjadi YS$80,21 per barel.

Namun, harga minyak akhirnya ditutup melemah pada Senin. Harga minyak brent ditutup melandai 0,32% ke US$ 82,71 per barel sementara harga minyak WTI turun 0,32% ke US$ 79,8 per barel. Harga minyak terus melemah setelahnya.

Pada perdagangan Rabu (22/5/2024) pukul 18.30 WIB, harga minyak brent melemah 0,58% ke US$ 82,4 per barel dan minyak WTI turun 1,32% ke US$ 78,21 per barel.

Situasi yang terjadi Iran belum sepenuhnya berdampak ke harga minyak.  Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING, menyatakan bahwa pasar minyak mungkin akan tetap stabil dalam rentang tertentu sampai ada kejelasan tentang kebijakan produksi dari OPEC. Pertemuan OPEC+ dijadwalkan pada 1 Juni mendatang, dan keputusan yang diambil pada pertemuan ini akan menjadi penentu penting bagi pergerakan harga minyak di masa depan.

Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan pembelian sebanyak 3,3 juta barel minyak dengan harga US$79,38 per barel untuk mengisi kembali Cadangan Minyak Strategis yang dilakukan beberapa waktu lalu. Pembelian ini dilakukan setelah penjualan besar-besaran dari cadangan tersebut pada 2022.

Penurunan inflasi di Amerika Serikat juga memberikan dukungan pada pasar, meningkatkan ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve yang dapat menurunkan nilai dolar dan membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Kematian Presiden Iran, Ebrahim Raisi, akibat kecelakaan helikopter diperkirakan akan menyebabkan volatilitas di pasar minyak saat investor mengevaluasi dampak potensial terhadap produksi dan ekspor minyak Iran. Sebagai salah satu produsen minyak utama, setiap gangguan pada produksi minyak Iran bisa mempengaruhi pasokan minyak global dan harga.

Peran Iran dalam kenaikan harga minyak dipengaruhi oleh Perairan Selat Hormuz, sebagai rute penting bagi kapal tanker minyak yang membawa minyak dari Arab Saudi dan produsen minyak Teluk lainnya ke pasar global. Selat Hormuz juga menjadi jalur vital bagi kapal kontainer yang berlayar menuju dan dari Khalifa dan pelabuhan kontainer yang besar di Jebel Ali, Dubai.

Sebagian besar kapal kontainer telah menghindari berlayar melalui perairan Yaman sejak bulan Desember, setelah kelompok Houthi yang didukung Iran melakukan serangkaian serangan terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel, Inggris, dan Amerika Serikat. Mereka mengklaim tindakan tersebut sebagai dukungan terhadap warga Palestina di Gaza. Namun, hingga saat ini, jalur melalui Selat Hormuz belum begitu menjadi perhatian utama.

Peta selat hormuz laut merah. (Tangkapan Layar/cnbc.com)Foto: Peta selat hormuz laut merah. (Tangkapan Layar/cnbc.com)
Peta selat hormuz laut merah. (Tangkapan Layar/cnbc.com)

 

Namun, para ahli memperkirakan pasar minyak akan tetap relatif stabil berkat kapasitas cadangan yang besar yang dimiliki oleh OPEC.

Tidak hanya itu, Energy Information Administration (EIA) mencatat Iran merupakan produsen minyak mentah terbesar kelima di OPEC pada 2021 dan produsen gas alam terbesar ketiga di dunia pada 2020.

Negara Para Mullah memiliki sebagian dari cadangan minyak dan gas alam terbesar di dunia, menempatkannya sebagai pemegang cadangan minyak terbesar ketiga dan cadangan gas alam terbesar kedua di dunia pada tahun 2021. Hingga akhir tahun 2021, Iran menyumbang 24% dari cadangan minyak di Timur Tengah dan 12% di dunia.

Meskipun memiliki cadangan yang melimpah, produksi minyak mentah Iran mengalami penurunan sejak tahun 2017 karena sektor minyak mengalami kurangnya investasi dan sanksi internasional selama beberapa tahun. Jika sanksi dicabut, produksi minyak mentah Iran bisa kembali ke kapasitas penuh, yang menurut EIA mencapai 3,7 juta barel per hari (bpd).

 

Cadangan Minyak Iran Terbesar ke-2 DuniaFoto: Source: EIA
Cadangan Minyak Iran Terbesar ke-2 Dunia

Insiden jatuhnya helikopter Presiden Iran terjadi tidak lama setelah India menandatangani perjanjian penting dengan Iran untuk mengoperasikan Pelabuhan Chabahar, sebuah inisiatif strategis yang bertujuan meningkatkan perdagangan dengan Asia Tengah.

Perjanjian ini mendapat kritikan dari Amerika Serikat, dengan peringatan dari juru bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel mengenai kemungkinan sanksi bagi pihak yang berbisnis dengan Iran.

Meskipun demikian, Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar menekankan manfaat regional dari pelabuhan tersebut dan mengadvokasi perspektif yang lebih luas, dengan mencatat pengakuan sebelumnya oleh Amerika Serikat tentang pentingnya strategis Chabahar.

Selain tewasnya Presiden Raisi, kawasan Timur Tengah juga tengah dikagetkan oleh pengumuman kesehatan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz. Kondisi ini menyebabkan Putra Mahkota membatalkan perjalanannya ke Jepang dan menimbulkan kekhawatiran mengenai stabilitas Timur Tengah. 

Ketidakstabilan politik di Timur Tengah berdampak pada harga minyak, tetapi efeknya diperkirakan terbatas karena pasar sudah terbiasa dengan dinamika politik di kawasan tersebut. Selain itu, ketersediaan cadangan minyak yang besar di OPEC memberikan buffer yang cukup untuk mengatasi gangguan sementara dalam produksi minyak.

Sebagai tambahan, Rusia melaporkan peningkatan serangan Ukraina di wilayahnya sejak meluncurkan serangan baru di wilayah timur laut Kharkiv awal bulan ini.

Sebuah fasilitas energi Rusia di Krasnodar, kilang minyak Slavyansk, mengalami kerusakan akibat serangan drone pada akhir pekan lalu, menurut laporan media negara TASS yang mengutip pejabat keamanan perusahaan.

Di tengah ketidakpastian ini, Amerika Serikat mengambil langkah proaktif dengan membeli minyak untuk mengisi kembali Cadangan Minyak Strategisnya. Keputusan ini mencerminkan upaya untuk memastikan ketersediaan pasokan minyak yang cukup untuk menghadapi kemungkinan gangguan di masa depan.

Pasar minyak global dipengaruhi oleh berbagai faktor geopolitik dan ekonomi yang saling berkaitan. Ketidakpastian politik di Iran, kondisi kesehatan Raja Arab Saudi, serta serangan terhadap fasilitas energi di Rusia semuanya memberikan peran pada fluktuasi harga minyak. Namun, dengan kapasitas cadangan yang besar dan langkah-langkah stabilisasi yang diambil oleh negara penghasil minyak utama seperti Amerika Serikat membuat pasar minyak tetap relatif stabil dalam jangka pendek.

Dalam jangka panjang, kebijakan produksi dari OPEC+ akan menjadi faktor penentu utama bagi harga minyak. Pertemuan yang akan datang pada 1 Juni 2024 akan memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan produksi minyak global. Hingga saat itu, pasar minyak kemungkinan akan terus dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik dan dinamika pasar global.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation