Tekuk Dolar AS, Rupiah Sabet Peringkat 3 Tertinggi di Asia

Revo M, CNBC Indonesia
16 May 2024 10:07
Petugas menhitung uang asing di penukaran uang DolarAsia, Blok M, Jakarta, Senin, (26/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menhitung uang asing di penukaran uang DolarAsia, Blok M, Jakarta, Senin, (26/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, Kamis (16/5/2024) berada di zona hijau setelah inflasi AS lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Dilansir dari Refinitiv, mayoritas mata uang Asia mengalami apresiasi. Per pukul 9:42 WIB, yen Jepang menguat paling signifikan sebesar 0,61% terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia menguat 0,53%. Sedangkan rupiah juga terpantau naik 0,5%.

Berbeda halnya dengan rupiah, rupee India justru turun tipis sebesar 0,03%.

Indeks dolar AS (DXY) tercatat turun 0,16% ke angka 104,17. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan kemarin (15/5/2024) yang berada di posisi 104,34.

Ambruknya DXY hingga berada di bawah level 105 ini terjadi karena inflasi AS yang dirilis tercatat sesuai ekspektasi pasar yakni di angka 3,4% year on year/yoy untuk periode April. Angka ini juga terpantau lebih rendah dibandingkan periode Maret yang naik 3,5% yoy.

Lebih lanjut, inflasi inti di luar harga energi dan pangan melandai ke 3,6% (yoy) pada April 2024, dari 3,8% (yoy) pada Maret 2024. Secara bulanan, inflasi inti melandai ke 0,3% pada April 2024 dari 0,4% pada Maret 2024.

Dalam jangka pendek, DXY tampak akan mendapatkan tekanan jika laporan ekonomi selanjutnya terus mencerminkan inflasi yang terkendali.

Hal ini berhubungan dengan potensi pemangkasan suku bunga yang akan dilakukan bank sentral AS (The Fed) di tahun ini.

Jika inflasi terus menunjukkan tren yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, maka target The Fed untuk mencapai 2% akan semakin dekat dan berdampak pada probabilitas yang semakin tinggi untuk pemangkasan suku bunga.

Pada akhirnya, tekanan terhadap mata uang Asia akan semakin berkurang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation