
Nasib Mata Uang Asia: Rupiah Bangkit, Won & Yuan Justru Anjlok

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia terpantau bergerak variatif terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap wait and see pelaku pasar perihal data inflasi AS.
Dilansir dari Refinitiv pada Jumat (31/5/2024) pukul 09:28 WIB, pelemahan mata uang Asia terparah dipimpin oleh won Korea Selatan sebesar 0,43% dan yuan China turun 0,1%.
Namun berbeda dengan peso Filipina dan rupiah Indonesia yang masing-masing naik 0,12%, yen Jepang menguat 0,11%, dan ringgit Malaysia mengalami apresiasi 0,04%.
Hari ini AS akan mengumumkan data konsumsi pribadi warga AS atau PCE. Data inflasi PCE AS periode April 2024 sudah sangat ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar global sejak awal pekan ini, karena data ini dapat mempengaruhi ekspektasi arah kebijakan suku bunga The Fed.
Pasar memperkirakan inflasi PCE AS secara tahunan melandai menjadi 2,6%, sedangkan secara bulanan juga cenderung turun menjadi 0,2%. Adapun PCE inti diperkirakan juga turun menjadi di 0,2%.
Jika inflasi PCE benar-benar melandai atau sesuai ekspektasi pasar, maka ada kemungkinan The Fed dapat mengubah sikapnya, meski mereka masih melihat data inflasi utama berikutnya.
Namun sebaliknya, jika inflasi PCE kembali naik, maka pasar akan cenderung pesimis jika suku bunga dapat dipangkas pada tahun ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)