
5 Isu Panas IHSG: Emiten Prajogo Tertawa, Salim Menangis

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup cerah bergairah pada perdagangan Rabu (15/5/2024) kemarin, setelah beberapa hari terakhir cenderung bergerak volatil.
IHSG ditutup melejit 1,36% ke posisi 7.179,83. IHSG berhasil kembali ke level psikologis 7.100 pada akhir perdagangan kemarin.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 12 triliun dengan melibatkan 17miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 296 saham menguat, 257 saham melemah, dan 224 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor bahan baku dan keuangan menjadi penopang IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni masing-masing sebesar 2,43% dan 0,92%.
Adapun berikut berita-berita terkait IHSG kemarin.
1. Tak Peduli Ada Higher for Longer, IHSG Tetap Bergairah
Bergairahnya IHSG kemarin terjadi meski data inflasi produsen (producer price index/PPI) Amerika Serikat (AS) periode April 2024 masih cukup panas dan pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengindikasikan akan memberlakukan kebijakan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama atau higher for longer.
Pada Selasa malam waktu Indonesia, PPI AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada April 2024, didorong oleh kenaikan tajam dalam biaya jasa dan barang, menunjukkan bahwa inflasi tetap tinggi di awal kuartal II-2024.
PPI Negeri Paman Sam pada bulan lalu naik 0,5% periode April setelah turun sebesar 0,1% pada Maret lalu, berdasarkan data dari US Bureau of Labour Statistics.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), PPIAS meningkat 2,2% pada April, dari sebelumnya yang tumbuh 1,8% pada Maret 2024.
Ekonom yang disurvei olehReutersmemperkirakan PPI AS akan naik 0,3%. Secara tahunan,PPI meningkat 2,2% lebih tinggi dibanding periode Maret sebesar 1,8%.
Setelah PPI, AS akan mengumumkan data inflasi konsumen (consumer price index/CPI) April 2024 pada malam nanti waktu Indonesia. Sebagai catatan, CPI AS menembus 3,5% (yoy) pada Maret 2024. Jika inflasi masih panas maka pemangkasan suku bunga semakin lama.
Pasar keuangan masih mengharapkan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memulai siklus pelonggaran pada September 2024, meskipun beberapa ekonom percaya pemotongan suku bunga pertama bisa terjadi pada bulan Juli
Sebelumnya pada Selasa malam waktu Indonesia, Ketua The Fed Jerome Powell kembali mengatakan bahwa inflasi AS melandai lebih lambat daripada yang dia perkirakan. Dengan alasan itu pula, The Fed kemungkinan besar
"Kami tidak memperkirakan ini akan mudah. Namun, inflasi melaju lebih tinggi dibandingkan yang kami perkirakan. Ini membuat kita harus bersabar dan membiarkan kebijakan yang terbatas bekerja," tutur Powell dalam pidatonya di acara Foreign Bankers' Associationdi Amsterdam, Belanda.
Namun, Powell juga kembali menegaskan jika The Fed tidak akan menaikkan suku bunga kembali tahun ini.
The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 basis poin (bp) sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, dan Mei 2024.
2. IHSG Melesat, Tapi Asing Masih Lepas Saham-saham di RI
Hingga perdagangan kemarin, investor asing tercatat masih melakukan aksi jual bersih (net sell) meski cenderung menurun. Terpantau net sell asing kemarin mencapai Rp 136,09 miliar di seluruh pasar dengan rincian sebesar Rp 120,31 juta di pasar reguler dan sebesar Rp 135,97 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Hal ini menandakan bahwa asing mulai mengurangi aksi net sell atau outflow-nya kemarin.
Di lain sisi, beberapa saham terpantau masih dilepas asing kemarin. Saham-saham bank raksasa terpantau masih menjadi saham yang dilepas asing hingga perdagangan kemarin.
Saham perbankan raksasa kedua di Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasarnya yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi yang paling banyak dilepas asing kemarin, yakni mencapai Rp 319 miliar.
Selain BBRI, adapula saham perbankan paling jumbo di Indonesia yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 124,2 miliar.
Berikut saham-saham yang dilepas asing kemarin.
3. Ini Saham Penopang IHSG Kemarin.
Dua emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni saham eneri baru terbarukan (EBT) PT Barito Renewables Energi Tbk (BREN) yang mencapai 27,5 indeks poin dan saham petrokimia PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) sebesar 22,6 indeks poin.
Selain itu, adapula saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Berikut saham-saham yang menjadi penopang IHSG kemarin.
4. MSCI Kocok Ulang Indeks Lagi, Saham Ini Ada yang Melesat
Kemarin, Morgan Stanley Capital International (MSCI) kembali melakukan penyesuaian atau rebalancing di MSCI Global Standard Indexes List, MSCI Small Cap Indexes List, dan MSCI Micro Cap Indexes List terbaru pada Mei 2024.
Emiten milik Prajogo Pangestu, yakni saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) masuk pada kategori saham MSCI Global Standard Index.
Sedangkan di MSCI Small Cap Index, ada penghuni baru yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Compa Tbk (ULTJ). Termasuk juga saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
Beberapa saham yang menjadi penghuni baru indeks MSCI Global Standard Index dan MSCI Small Cap Index terpantau berhasil melesat. Berikut daftarnya.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harian |
Chandra Asri Pacific | TPIA | 9125 | 8,31% |
Ultra Jaya Milk Industry | ULTJ | 1950 | 3,45% |
Gudang Garam | GGRM | 18700 | 1,77% |
Sumber: RTI (data per Rabu (15/5/2024)
Saham TPIA menjadi yang paling kencang penguatannya kemarin yakni melejit 8,31% menjadi Rp 9.125/unit. Melesatnya saham TPIA juga membantu IHSG berhasil melesat lebih dari 1%.
Sementara saham TOWR dan saham SMGR keluar dari indeks tersebut dan masuk ke MSCI Small Cap Index.
Dengan ini, sejatinya saham TOWR dan SMGR hanya berpindah indeks dari sebelumnya di MSCI Global Standard Index, kemudian berpindah ke MSCI Small Cap Index.
5. Kocok Ulang Indeks MSCI, Saham Ini Malah Ambruk
Tentunya ketika ada rebalancing indeks MSCI, adapula saham yang terdepak dari indeks tersebut. Di MSCI Global Standard Index, saham TOWR dan SMGR terpantau terdepak.
Sementara di MSCI Small Cap Index, saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI), PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP), dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) keluar dari indeks tersebut.
Saham lainnya yang terdepak adalah Perkebunan London Sumatra Indonesi atau Lonsum. Lonsum menjadi bagian dari Grup PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) dan bersinergi dengan perusahaan lain di bawah Grup Indofood yang dimiliki keluarga Salim.
Namun untuk saham TOWR dan SMGR, sejatinya hanya berpindah indeks dari sebelumnya di MSCI Global Standard Index, kemudian berpindah ke MSCI Small Cap Index. Namun, keduanya seakan 'turun kasta'.
Terpantau saham-saham yang terdepak dari indeks MSCI secara mayoritas terkoreksi. Berikut daftar sahamnya.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harian |
Lippo Karawaci | LPKR | 82 | -5,75% |
Sarana Menara Nusantara | TOWR | 750 | -3,85% |
Media Nusantara Citra | MNCN | 334 | -2,91% |
Astrindo Nusantara Infrastruktur | BIPI | 80 | -2,44% |
Semen Indonesia (Persero) | SMGR | 4120 | -2,37% |
Energi Mega Persada | ENRG | 193 | -2,03% |
Metro Healthcare Indonesia | CARE | 168 | -1,18% |
PP London Sumatra Indonesia | LSIP | 865 | -1,14% |
Sumber: RTI (data per Rabu (15/5/2024)
Saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menjadi yang paling parah koreksinya kemarin, setelah LPKR terdepak dari MSCI Small Cap Index, yakni ambles 5,75% menjadi Rp 82/saham.
Secara periodik, MSCI melakukanreviewatas saham-saham apa yang layak dimasukkan menjadi konstituen dan dikeluarkan atau dikenal denganrebalancing. Adapun MSCI melakukan rebalancing secara berkala tiap tiga bulan terakhir, sehingga rebalancing berikutnya akan terjadi pada Agustus 2024.
MSCI juga menyaring sejumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar,free floatsaham, likuditas saham dalam periode tertentu, dan sejumlah kriteria lainnya.
Pengumuman penghuni baru MSCI Global Standard Index dan MSCI Small Cap Index ini memang sudah ditunggu-tunggu pasar mengingat MSCI menjadi salah satu acuan melihat saham-saham unggulan yang menjadi pilihan investasi.
Indeks MSCI sering kali menjadi perbincangan akibat pilihan sahamnya dari berbagai negara, industri, kapitalisasi pasar, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, investor global akan mengacu pada indeks MSCI sebagai emiten pilihan awalnya.
Faktor-faktor tersebutlah yang berpotensi memengaruhi pergerakan saham yang masuk dalam indeks MSCI menguat dan saham yang didepak anjlok. Namun, tidak semua keputusan beli atau jual mengindikasikan harga saham nya sudah tidak dapat naik atau turun lagi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)