Awas! AS Bisa Kirim 3 Badai Hari Ini: Perang Dagang-Inflasi-Suku Bunga
Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam dengan dominasi pelemahan.
Wall Street kompak menguat di tengah wait and see akan data inflasi AS
Inflasi Amerika Serikat, pidato Chairman The Fed Powell, neraca perdagangan April, serta rilis data SULNI diperkirakan akan menjadi penggerak pasar hari ini.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan bergerak beragam dengan cenderung melemah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah melemah, sedangkan imbal hasil SBN turun sebagai indikasi kenaikan harga. Pelemahan mata uang Garuda masih berada semakin mendekati level Rp16.100/US$.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan volatile pada hari ini. Pergerakan IHSG, rupiah, dan SBN akan dipengaruhi oleh banyaknya data dan agenda penting sepanjang pekan ini.
Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dan satu pekan ke depan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (14/5/2024) ditutup melemah 0,22% di level 7.083,76. Mengutip RTI, tercatat turnover IHSG berada di angka Rp14,38 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 18,29 miliar lembar, dimana 273 saham naik, 267 turun dan 236 tidak berubah.
Berdasarkan data Refinitiv, penguatan IHSG didorong dari kenaikan empat sektor di mana sektor utilities menjadi sektor dengan pemberat terbesar mencapai 1,71%, kemudian disusul sektor konsumer non siklikal sebesar 0,88%.
Saham konglomerasi Grup Astra yakni PT Astra International Tbk (ASII) menjadi pemberat terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin, yakni mencapai 22,3 indeks poin.
Sebagai informasi, saham ASII akan membagikan dividen tunai kepada pemegang sahamnya dengan total Rp 21 triliun atau Rp 519 per saham dari laba bersih tahun buku 2023 yang sebesar Rp 33,8 triliun. Cum date dividen atau hari terakhir investor membeli saham ASII untuk mendapatkan hak pembagian dividen jatuh pada Senin (13/5/2024).
Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro menjelaskan, dividen yang sebesar Rp21 triliun tersebut termasuk dengan dividen interim yang sebesar Rp3,97 triliun atau Rp 98 per saham. Dividen interim tersebut telah dibayar pada 31 Oktober 2023.
"Sehingga sisanya yang sebesar Rp 17 triliun atau Rp 421 per saham akan dibayarkan 30 Mei 2024 pada pemegang saham perseroan yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham tanggal 15 Mei 2024 pukul 16:00 WIB," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual akhir bulan lalu, dikutip Senin (13/5/2024).
Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup terdepresiasi 0,09% di angka Rp16.090/US$ kemarin, Selasa (14/5/2024). Pelemahan rupiah ini melanjutkan tren depresiasi yang terjadi hari sebelumnya sebesar 0,22%.
Tekanan terhadap rupiah masih terjadi akibat penantian data ekonomi AS khususnya inflasi produsen (PPI). Data PPI keluar hanya sehari sebelum rilis inflasi AS. Jika PPI kembali menguat atau bergerak di atas ekspektasi pasar maka hal ini menjadi kabar buruk karena ada kemungkinan inflasi masih kencang.
Para investor telah fokus pada inflasi saat mereka mempertimbangkan seberapa cepat bank sentral AS kemungkinan akan memangkas suku bunga.
Selain itu, investor juga menunggu pernyataan Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell yang akan disampaikan pada pada acara Annual General Meeting, Foreign Bankers' Association, Amsterdam. Publik menunggu apakah Powell akan memberi sinyal kebijakan ke depan.
Sementara dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun berbalik arah, turun sebesar 0,95% di level 6,968% pada perdagangan Selasa (14/5/2024). Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membeli Surat Berharga Negara (SBN).
(mza/mza)