Newsletter

Panas Usai Libur Panjang: Awas! Badai Sentimen dari AS Ancam RI

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
13 May 2024 06:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Setelah libur panjang, pasar keuangan Indonesia memasuki pekan sibuk pada minggu ini. Banyaknya rilis data ekonomi diperkirakan akan membuat pasar volatile hari ini dan pekan ini. 
Data ekonomi terbanyak salah satunya datag dari AS mulai dari inflasi harga produsen, inflasi AS hingga pidato pejabat The Fed.

Berikut sejumlah sentimen pekan ini yang akan menggerakkan pasar saham, rupiah, hingga SBN:

Inflasi Amerika Serikat

AS akan mengumumkan data inflasi April pada Rabu (15/5/2024).  Data ini menjadi yang paling ditunggu-tunggu pelaku pasar di seluruh dunia karena akan menentukan arah kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Jika inflasi AS melandai maka optimisme pemangkasan suku bunga akan semakin meningkat demikian juga sebaliknya.

Sebelum data inflasi keluar, Pada Selasa pekan depan (14/5/2024), AS akan merilis terlebih dahulu data inflasi produsen (PPI). Kemudian pada Rabu pekan depan, barulah data inflasi konsumen (CPI) dirilis.

Konsensus pasar Trading Economics memperkirakan PPI AS pada bulan lalu cenderung naik sedikit menjadi 2,2% secara tahunan (yoy) dan cenderung stabil di 0,2% secara bulanan (month-to-month/mtm).

Sementara untuk CPI, pasar memperkirakan CPI AS akan sedikit mendingin menjadi 3,4% (yoy) dan 0,3% (mtm) pada April 2024. Adapun CPI inti juga diprediksi sedikit melandai menjadi 3,7% (yoy).

Sebagai catatan, inflasi AS menanjak ke 3,5% (yoy) pada Maret 2024.

Melansir Financial Times, kemajuan dalam menurunkan inflasi menuju target jangka panjang Federal Reserve sebesar 2% telah terhenti dalam beberapa bulan terakhir, karena kenaikan harga sewa dan perumahan masih berlanjut sementara harga bensin dan kendaraan telah melonjak. Para ekonom TD Securities berpendapat bahwa angka utama pada  April masih kemungkinan akan turun, meskipun adanya kenaikan harga bensin.

Tingkat inflasi yang lebih tinggi pada kuartal pertama telah membuat para pedagang di pasar berjangka secara dramatis menarik kembali harapan mereka untuk pemangkasan suku bunga, dari enam prediksi pemangkasan seperempat poin pada bulan Januari menjadi antara satu dan dua hari ini.

Tetapi data inflasi yang lebih rendah bisa membantu memperkuat harapan akan dua pemangkasan, dan memperkuat keyakinan bahwa Fed akan melakukan pemangkasan pertamanya pada pertemuan bulan September.

Pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dapat memiliki dampak yang signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:

  1. Peningkatan Likuiditas: Ketika The Fed memangkas suku bunga, biasanya itu dilakukan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan likuiditas di pasar. Dengan suku bunga yang lebih rendah, biaya pinjaman menjadi lebih murah, mendorong investor untuk meminjam lebih banyak dan menginvestasikan uangnya ke dalam saham. Ini dapat mengakibatkan arus modal masuk ke pasar saham Indonesia, yang dapat mendorong naiknya IHSG.

  2. Penurunan Nilai Tukar Rupiah: Pemangkasan suku bunga oleh The Fed dapat menyebabkan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Ketika suku bunga AS menurun, investor cenderung beralih ke aset yang berdenominasi dalam mata uang yang lebih stabil, seperti dolar AS. Ini dapat menimbulkan tekanan pada nilai tukar rupiah dan membuat saham-saham di Indonesia menjadi lebih murah bagi investor asing, yang mungkin mendorong kenaikan IHSG.

  3. Peningkatan Aktivitas Perdagangan: Suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong aktivitas perdagangan di pasar saham, karena investor mencari hasil yang lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh instrumen investasi yang lebih tradisional, seperti obligasi. Hal ini dapat menghasilkan kenaikan volume perdagangan di IHSG, yang dapat berdampak positif pada kinerja indeks.

  4. Dampak Sektor-Sektor Tertentu: Pemangkasan suku bunga dapat memiliki dampak yang berbeda-beda pada sektor-sektor ekonomi tertentu. Misalnya, sektor perbankan mungkin mengalami tekanan karena margin keuntungan mereka menurun akibat suku bunga yang lebih rendah. Meski demikian, perbankan juga mendapat keuntungan dari potensi peningkatan kredit tersalurkan dan penurunan risiko kredit. Sementara itu, sektor properti dan konstruksi dapat mengalami pertumbuhan karena biaya pinjaman yang lebih murah.

Pidato Powell dan Pejabat The Fed
Sejumlah pejabat The Fed akan menyampaikan pidato hingga menjadi pembicara di event pekan ini. Pernyataan mereka tentu saja ditunggu untuk menebak sinyal kebijakan The Fed ke depan.

Vice Chair Philip N. Jefferson yang akan berbicara di Cleveland Fed Conference on Central Bank Communications, Cleveland, Ohio pada hari ini, Senin (13/5/2024).

Chairman The Fed Jerome Powell juga akan menghadiri diskusi pada acara Annual General Meeting, Foreign Bankers' Association, Amsterdam pada Selasa (14/5/2024).

Gubernur The Fed Christopher J. Waller juga akan menjadi pembicara pada University of Virginia 2024 Commencement Ceremony pada Sabtu (18/5/2024).

Puncaknya adalah pidato remark dari Powell pada Georgetown Law Commencement Ceremony, Washington, D.C pada Minggu (19/5/2024).

Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia

Perhatian pasar domestik tertuju pada rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia untuk periode April 2024 yang dirilis hari ini, Senin (13/5/2024).  Konsensus pasar mengindikasikan bahwa IKK Indonesia pada bulan lalu cenderung mengalami penurunan kecil, diproyeksikan turun menjadi 123,1, dari angka sebelumnya yang berada di 123,8 pada bulan Maret.

Dalam penghitungannya, IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Skor di atas 100 menandakan bahwa konsumen memiliki pandangan optimis terhadap situasi ekonomi yang sedang berlangsung.

Menanggapi proyeksi ini, Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, mengamati bahwa kepercayaan konsumen atau indeks penjualan riil masih berada di atas angka moderat. 

"Keyakinan konsumen kami itu 125-126, di atas angka 100. Berarti konsumen masih percaya terhadap situasi ekonomi, sehingga mereka melakukan konsumsi. Kalau konsumen tidak memiliki kepercayaan konsumen, mereka tidak akan melakukan konsumsi," jelasnya.

Sentimen positif dari IKK, yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki pandangan optimis terhadap situasi ekonomi, dapat mendorong pertumbuhan sektor konsumsi. Ketika memiliki keyakinan yang tinggi, konsumen cenderung lebih banyak melakukan pembelian barang dan jasa. Hal ini dapat meningkatkan kinerja perusahaan-perusahaan di sektor konsumsi yang terdaftar di IHSG, seperti ritel dan makanan-minuman.

Penjualan Ritel Indonesia

Bank Indonesia akan merilis data penjualan ritel untuk periode Maret 2024 pada Selasa (14/5). Berdasarkan konsensus pasar yang dikutip dari Trading Economics, pertumbuhan penjualan ritel diproyeksikan hanya sebesar 2,1%, yang merupakan penurunan dari pertumbuhan pada bulan Februari yang mencapai 6,4%.

Penurunan ini diprediksi karena momentum penjualan cenderung menurun, setelah beberapa bulan sebelumnya didorong oleh periode sentimen positif.

Data penjualan ritel yang melebihi harapan pasar dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan sektor ritel. Hal ini dapat mendorong minat investor untuk membeli saham-saham perusahaan ritel tersebut, yang dapat berkontribusi pada kenaikan IHSG.

Pada bulan Februari, kinerja penjualan ritel didorong oleh pertumbuhan pada sektor Makanan, Minuman, dan Tembakau, serta adanya peningkatan pada sektor Peralatan Informasi dan Komunikasi dan Barang Budaya dan Rekreasi, meskipun masih berada dalam zona kontraksi.

Meskipun demikian, Bank Indonesia (BI) memperkirakan bahwa penjualan ritel Indonesia pada bulan Maret akan tetap kuat. Ini tercermin dari pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2024 sebesar 3,5% (yoy) atau mencapai 222,8.

Neraca Perdagangan & Ekspor - Impor Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data penting terkait neraca perdagangan termasuk ekspor dan impor periode April pada Rabu (15/5) pukul 11.00 WIB. Indonesia berhasil mencatat surplus neraca perdagangan pada periode Maret 2024, menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Surplus neraca dagang tersebut mencapai US$4,47 miliar, menandai surplus ke-47 secara beruntun sejak Mei 2020. Apabila periode April ini kembali mencatat surplus, Indonesia akan mencatatkan surplus ke-48 kali beruntun.

Baik ekspor dan impor Indonesia diperkirakan akan menurun drastis pada April 2024 karena berkurangnya layanan perdagangan selama libur panjang Lebaran. Seperti diketahui, libur bersama Hari Raya Idul Fitri berlangsung selama delapan hari dari 8 April hingga 15 April 2024.

Indeks Harga Properti

Indonesia akan merilis data Indeks Harga Properti (IHP) periode kuartal-I 2024 pada Jumat (17/5). Menurut data yang dirilis oleh Bank Indonesia, harga properti residensial di Indonesia naik sebesar 1,74% secara tahunan pada kuartal-IV 2023, seiring kenaikan sebesar 1,96% pada periode sebelumnya.

Jika harga properti naik, hal ini dapat diinterpretasikan sebagai tanda bahwa konsumen memiliki daya beli yang kuat dan bahwa ekonomi sedang dalam keadaan yang baik. Sentimen positif terhadap kesehatan ekonomi dapat mendorong investor untuk membeli saham, yang kemudian dapat mengangkat sektor properti IHSG.

Jika data menunjukkan pertumbuhan harga properti residensial yang stabil atau meningkat, ini dapat memberikan sentimen positif terhadap sektor properti secara keseluruhan. Investor dapat melihatnya sebagai indikator bahwa permintaan properti tetap kuat, yang dapat menguntungkan perusahaan properti dan perusahaan terkait, seperti sektor konstruksi dan alat bangunan.

Data Ekonomi China

Pada Sabtu lalu, China telah merilis data inflasinya pada periode April 2024. Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan Indeks harga konsumen (IHK) yang meningkat 0,3% dari tahun sebelumnya (yoy).

Kenaikan tersebut mencatatkan angka lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan 0,1% pada Maret 2024.

Pada Rabu (9//5/2024) China juga melaporkan ekspor mereka akhirnya tumbuh 1,5% (yoy) pada April. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kontraksi 7,5% pada Maret 2024.

Impor China juga tumbuh 8,4% (yoy) pada April, dari kontraksi 1,9% (yoy) pada Maret 2024.
Tumbuhnya ekspor dan impor China serta inflasi ini menjadi kabar baik. Dengan menguatnya impor China dan naiknya inflasi maka sinyal kenaikan permintaan dari Tiongkok sudah menyala.

Kondisi ini akan menguntungkan Indonesia sebagai salah satu pemasok barang terbesar ke China.

(mza/mza)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular